Sore ini aku sedang duduk di halaman belakang rumah sambil menikmati teh manis hangat dan pisang goreng buatan ibu Meta. Rasanya enak sekali pisang goreng nya sampai aku habis lima potong. Tapi masih lapar ya. Pengen makan sate maranggi Haji Yetty Purwakarta. Tapi mas Adithya belum pulang kerja. Apa aku nyetir sendiri saja ya? Minta di temani ibu Meta.
Aku berjalan menuju dapur untuk mencari ibu Meta. Ternyata beliau sedang masak bakwan goreng kesukaan mas Adithya. Aku langsung menghampirinya dan beliau kaget dengan kadatangan ku yang secara tiba-tiba.
" Bu, bisa temani saya nggak? " tanya ku sambil mengambil bakwan goreng yang ada di piring.
" Mbak mau kemana memangnya? " jawab ibu Meta kemudian balik bertanya.
" Mau ke Purwakarta Bu. Lagi pengen sate maranggi Haji Yetty. " kata ku.
" Astagfirullahalazim mbak. Jauh banget sampai ke sana. Memangnya nggak ada cabang nya yang lebih dekat dari Jakarta? "
" Baby nya pengen sate langsung dari Purwakarta. Temani saya ya. " aku memasang raut wajah memelas.
" Sudah bilang sama den Adithya belum? "
" Belum. Saya nggak tahu mas Adithya pulang jam berapa. Temani saya ya. Ibu hanya duduk manis saja. Saya yang nyupir. "
" Ya Allah mbak. Saya nggak kasih izin kalau mbak yang nyupir. Den Adithya pasti marah kalau tahu mbak. "
Nggak tahu kenapa air mata ku langsung mengalir begitu saja. Lalu aku pergi meninggalkan beliau menuju kamar. Aku rebahan di atas tempat tidur dan menangis. Nggak berapa lama kemudian ibu Meta masuk kedalam kamar dan menghampiri ku.
" Kita telepon den Adithya dulu ya kalau memang mbak Hanna pengen sate Maranggi yang di Purwakarta. " kata ibu Meta sambil mengelus rambut ku.
" .... " aku hanya diam saja tapi air mata terus mengalir.
Ibu Meta mencoba menghubungi mas Adithya dari handphone nya tapi nggak di angkat. Telepon ke asistennya juga sama juga nggak di angkat. Aku diam saja sambil mengelus perut ku yang sudah terlihat besar. Begini rasanya kalau lagi ngidam. Kalau nggak di turuti bawaanya sedih begini.
" Mbak Hanna ngidam ya? " tanya nya.
" Iya, Bu. Yuk temani saya beli sate maranggi. " jawab ku sambil menatapnya.
" Bentar ibu carikan supir dulu ya. "
" Kelamaan Ibu. Saya masih bisa nyetir. SIM saja mas masih berlaku tiga tahun lagi. "
" Kalau jaraknya deket nggak apa-apa. Ini jauh loh mbak. Purwakarta itu butuh waktu lebih dari dua jam. Demi keselamatan mbak dan baby nya ya. Sabar dulu ya. "
Kesal karena nggak ada supir yang bisa mengantar, akhirnya aku bangun dari tempat tidur dan mengambil kunci mobil dari atas meja nakas samping tempat tidur ku. Aku langsung ambil dompet, jaket dan hijab ku. Ibu Meta mencoba untuk menahan ku agar jangan dulu pergi tapi aku harus menunggu berapa lama lagi. Sekarang sudah jam lima sore. Jam sepuluh malam sudah tutup rumah makannya.
Aku keluar kamar menuju garasi mobil. Lalu aku stater mobil milik ku dan membiarkannya selama sepuluh menit sampai mesin mobilnya sudah panas. Ibu Meta dengan terburu-buru langsung keluar dari dalam rumah dan berusaha menahan ku untuk menunggu mas Adithya. Tapi aku menolaknya. Akhirnya ibu Meta pun ikut masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum dan langsung memasang seatbelt.
Satpam rumah sempat bertanya mau kemana aku dan ibu Meta. Dengan santai aku jawab saja mau ke Purwakarta beli sate Maranggi. Awalnya satpam yang jaga rumah ku itu mau melarang tapi ibu Meta langsung menatap satpam itu dan menggelengkan kepalanya. Satpam nya pun mengerti kode dari ibu Meta dan mempersilakan aku untuk pergi meninggalkan rumah.
Baru keluar dari komplek rumah saja jalanan sudah macet. Beruntung mobil ku sudah matic jadi nggak terlalu capek. Aku sangat bahagia karena bisa kembali nyetir sendiri. Biasanya kan selalu di anterin supir kalau nggak suami sendiri yang nyetir. Aku lihat ibu Meta berulang kali melihat handphone nya. Aku sempat melihat raut wajahnya yang khawatir saat aku menyetir. Beliau bilang sate maranggi ada di Mall Pondok Indah. Tapi aku menolaknya karena aku mau nya sate maranggi haji Yetty yang ada di Purwakarta.
Masuk tol ternyata lebih rame dan macet. Walaupun sedikit kesal tapi aku mencoba menikmatinya. Beberapa kali Iphone ku berdering dan aku tahu pasti itu dari mas Adithya. Akhirnya dia telepon ke ibu Meta. Aku tersenyum saja melihat ekpresi wajah beliau.
" Angkat saja bu teleponnya. Saya lagi nyetir. " kata ku.
Ibu Meta langsung mengangkat telepon dari suami ku. Aku nggak tahu apa yang mereka bicarakan tapi yang jelas raut wajah beliau langsung berubah dan hanya sesekali bicara. Aku meminta beliau untuk loud speaker handphone nya. Aku sangat menikmati ocehan suami ku yang sangat mengkhawatirkan istrinya.
" Mas, kamu nggak marah sama ibu Meta. Aku yang paksa beliau untuk menemaniku ke Purwakarta. " kata ku.
" Sayang kamu kan bisa tunggu mas pulang. Nggak harus nyetir sendiri. " ucap mas Adithya kepada ku.
" Salah sendiri aku telepon nggak di angkat. Aku lagi ngidam mas. Nunggu kamu nanti rumah makan sate maranggi nya keburu tutup. "
" Ya tapi kan bisa tunggu mas pulang. Kamu posisi dimana sekarang? "
" Di tol lingkar luar Jakarta. "
" Kamu cari rest area terdekat sekarang dan langsung share lokasi nya. "
" Nggak mau. Aku sudah lama nggak nyetir. Ini bagian dari ngidam mas. Kalau mau kita langsung ketemuan di Purwakarta ya. "
" Sayang, kamu lagi hamil. Nurut sama mas. Ya Allah ngidam nya kok begini yang. Mas takut mengkhawatirkan kamu. "
" Kamu nya jangan berpikir negative. Banyakin do'a semoga aku selamat sampai tujuan. Sudah ya mas ini aku masih nyetir. Jadi nggak fokus jadinya. Bye sayang. "
Mas Adithya udah ngomel-ngomel lagi dan aku meminta ibu Meta untuk mematikan telepon dan handphone nya. Bahagia banget sore ini bisa keluar rumah dan nyetir sendiri. Apalagi pergi nya ke luar kota. Sesekali nggak apa-apa bikin suami panik dan ngomel-ngomel. Apalagi ini permintaan baby yang ada di dalam perut ku.
Hampir tiga jam aku mengendarai mobil karena jalan tol macet. Seharusnya dua jam sampai. Aku meminta ibu Meta untuk mencarikan alamat sate maranggi haji Yetty lewat Google Map dan akhirnya ketemu. Setelah memarkirkan mobil, aku langsung masuk ke dalam dan mencari kamar mandi. Sementara itu ibu Meta langsung mencari tempat duduk yang nggak jauh dari parkiran mobil.
Selesai dari kamar mandi aku langsung mencari ibu Meta dan akhirnya bisa duduk santai juga. Aku minta beliau memberi kabar ke mas Adithya kalau kita sudah sampai. Salah satu pelayan nya datang dan aku langsung memesan sate nya 3 porsi pakai nasi. Minum nya aku minta air putih hangat, sementara ibu Meta minta teh tawar hangat.
Lima belas menit kemudian, sate maranggi nya tiba dan aku sudah ngiler melihatnya. Ibu Meta hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat ku yang sudah nggak sabar makan sate nya. Sebelum makan aku berdo'a terlebih dahulu. Lalu aku makan sate nya dan rasanya enak sekali. Aku makan sate nya sambil mengelus perut ku. Saat aku sedang makan tiba-tiba dari arah samping suami ku datang bersama asisten kesayangannya. Dia langsung duduk di sebelah ku dan memeluk ku.
" Ya Allah sayang, lain kali kamu jangan begini ya. Kalau ngidam tunggu sampai mas pulang baru kita cari. " katanya dengan raut wajah cemas.
" Keburu tutup mas. Lagian punya handphone tapi susah di hubungi. " ujar ku dengan santai.
" Iya. Ini salah mas. Tadi ada meeting soalnya sama klien. Jadi mas silent. Maafin mas ya. " mas Adithya meminta maaf dan aku hanya diam saja karena sedang menikmati sate maranggi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...