" Gimana sudah enakan? " tanya mas Adithya.
" Sudah. Tinggal pusing sama ngantuknya saja. Ruam nya juga sudah mulai berkurang. " jawab ku.
Mas Adithya menarik tangan ku dengan pelan untuk melihat ruam merah di kedua tangan ku. " Masih sesak nafas nggak? "
" Berkurang. Lagian juga udah minum obat, pakai oksigen dan di infus juga. Jadi sudah lebih baik. "
" Padahal tadi mas sudah bilang ke kepala koki nya kalau kamu punya riwayat alergi makanan. Mas sudah kasih catatatan bahan makanan apa saja yang nggak boleh ada di menu makanan kamu. Termasuk minyak goreng harus menggunakan yang baru, bumbu-bumbu apa saja yang harus di hindari dan peralatan masak harus steril. "
" Mungkin dia lupa mas. Sudah nggak perlu di perpanjang lagi. "
" Nggak bisa. Dia bisa membahayakan pasien di sini. Ini rumah sakit, dan sudah pasti dokter selalu kasih catatan makanan apa yang boleh dan nggak boleh di makan. Mas sudah minta ibu Marta dan ibu Meta untuk kesini dengan kepala koki nya. "
Aku tahu kalau suami ku ini sedang dalam kondisi marah dan kesal. Raut wajahnya nggak bisa di bohongi. Aku bangun dan duduk di tempat tidur lalu memintanya untuk duduk di samping ku. " Sayang. Aku tahu kamu pasti kesal dan marah. Tapi tolong jangan marahi mereka. Cukup kamu tegur dan nasehati. Nggak perlu pakai emosi. "
Mas Adithya menghela nafas panjang. Aku langsung memeluknya dan mencoba untuk menenangkannya. " Janji ya, untuk nggak memarahi mereka. " kata ku.
" Aku marah itu pasti ada sebab nya. "
" Tapi kasih kesempatan mereka untuk bicara terlebih dahulu. Cari tahu dulu siapa yang salah. Baru kamu tegur dan nasehati. Biasanya mas nggak seperti ini. "
" Karena ini terjadi sama kamu. Istri dari atasannya sendiri. Apa mereka menghargai aku sebagai atasannya. "
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dan mas Adithya menyuruh mereka untuk masuk. Aku bisa melihat raut wajah mereka sangat tegang terutama kepala kokinya. Sebelum bangkit dari duduknya, aku sempat memang tangannya dan memberikan bahasa isyarat agar jangan memarahi mereka. cari tahu dulu siapa yang salah.
" Saya minta penjelasan kenapa nasi goreng ini bisa buat alergi istri saya kambuh? " tanya mas Adithya. " Bukan kah saya sudah kasih catatan nya sama ibu Marta, kalau istri saya memiliki riwayat alergi makanan. "
" Maaf pak. Saya sudah kasih catatannya pada asisten kepala koki, karena tadi kepala kokinya sedang sibuk. "
" Pak Damin, bisa tolong jelaskan kepada saya letak kesalahannya dimana? Hingga istri saya bisa kumat alerginya setelah makan nasi goreng. "
" Maaf sebelumnya saya yang kurang teliti membaca catatatan yang bapak berikan. Saya memasak menggunakan wajan yang sebelumnya di pakai untuk buat nasi goreng seafood dan saya juga memasukan bubuk kaldu jamur pada nasi gorengnya. "
" Tolong lain kali di baca lebih teliti. Beruntung ini terjadi dengan istri saya. Dia nggak akan nuntut bapak. Tapi bagaimana kalau terjadi pada pasien? Bisa di tuntut pihak rumah sakit. "
" Maafkan saya. Saya janji nggak akan mengulangi kesalahan lagi. " Pak Damin meminta maaf.
" Bapak salah minta maaf nya ke saya. Harusnya ke istri saya. Dia yang tadinya dalam kondisi sehat tapi karena kesalahan bapak yang kurang teliti jadi harus seperti ini. "
" Maafkan saya, Ibu Hanna. Saya nggak ada niat untuk mencelakai ibu. Saya janji nggak akan mengulangi kesalahan lagi. "
" Saya sudah memaafkan. Tapi lain kali tolong lebih teliti lagi ya pak. " ucap ku pada kepala kokinya.
" Ya sudah. Kalau begitu pak Damin dan ibu Marta bisa keluar. Saya mau bicara dengan ibu Meta. " perintah suami ku.
Setelah mereka keluar. Kini hanya aku, suami ku dan ibu Meta yang ada di kamar. Mas Adithya bicara dengan ibu Meta dengan serius. Cukup lama dan entah apa yang di bicarakan oleh mereka. Ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan. Aku mencari Iphone ku untuk menelepon Mira untuk menanyakan kembali jadwal praktik ku, karena takut ada perubahan.
" kamu cari apa, yang? " tanya mas Adithya.
" Iphone aku mana ya, mas. " jawab ku.
" Mas simpan di laci meja nakas. "
" Ok. "
Aku membuka laci meja nakas dan menemukan Iphone ku dengan banyak pesan dan panggilan dari asisten ku. Aku membaca satu persatu pesan dari asisten ku lalu aku menelepon nya. Tapi panggilan ku nggak di jawab. Aku coba lagi hingga tiga kali tapi masih nggak ada jawaban. Nggak berapa lama kemudian, masuk chat dari Nadira dan saat membacanya rasanya aku ingin marah saat itu juga sama suami ku.
Ternyata diam-diam suamiku sudah mengalihkan pasien ku kepada Nadira. Dan sahabat ku itu bertanya aku sakit apa sampai semua pasien hari ini di oper ke dia. Sesekali aku melihat suami ku yang masih terlibat pembicaraan dengan ibu Meta. Aku masih harus bersabar untuk menahan amarah ku hingga asisten rumah tangga nya keluar dari kamar.
Setelah menunggu hampir lima belas menit, akhirnya ibu Meta keluar dari kamar. Mas Adithya kembali menghampiriku dan bertanya kenapa raut wajah ku kesal. " Kamu kenapa, yang? Kok tampang nya jutek begitu. "
" Menurut mas? "
" Kok malah tanya balik. Mas nggak tahu. "
" Nggak tahu atau pura-pura nggak tahu? "
" Mas beneran nggak tahu. "
Aku langsung perlihatkan chat whats's Up dari Nadira kepada suami ku. Dia yang langsung tersenyum dan mengerti kenapa aku jutek dan marah padanya. " Masih belum paham juga? "
" Ini kan demi kebaikan kamu juga sayang. "
" Apanya demi kebaikan aku. Nggak harusnya mas ikut campur dalam urusan pekerjaan aku. "
Melihat ku yang marah, mas Adithya langsung memeluk ku. Dia melakukan hal yang sama seperti yang biasa aku lakukan kepadanya saat dia sedang emosi. Aku berusaha melepaskan pelukannya karena aku benar-benar marah kali ini. Aku nggak pernah ikut campur urusan pekerjaan nya tapi dia dengan seenaknya ikut campur dalam jadwal praktik ku tanpa izin terlebih dahulu pada ku.
" Ok. Ok. Mas minta maaf. Tapi mas punya alasan melakukan itu. " kata mas Adithya menahan tubuh ku agar nggak berontak.
" Alasan apa yang mengharuskan mas untuk ikut campur urusan pekerjaan aku. " tanya ku sambil menatap mata suamiku.
" Penyakit alergi kamu semakin parah. Mas, sudah menjadwalkan kamu untuk konsultasi dengan dokter alergi imunolog. "
" Aku nggak butuh untuk saat ini. " kata ku dengan nada cukup tinggi.
" Ini demi kebaikan kamu, yang. Makanya mas minta tolong asisten kamu untuk mengalihkan pasien kamu kepada Nadira dan dia menyanggupi. "
" Tapi setidaknya mas harus izin aku. "
" Iya. Lain kali mas izin dulu sama kamu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...