Ilustrasi kamar tidur Hanna
Sudah satu minggu berlalu sejak pertemuan ku dengan Rafi. Tapi entah kenapa hati ini masih belum juga bisa tenang. Aku yang baru bangun tidur, kemudian duduk sambil memandang buku diary yang berjumlah lebih dari dua puluh dan berantakan di atas tempat tidur. Buku yang menyimpan banyak kenangan saat aku satu sekolah dengannya. Mulai dari zaman duduk di bangku Sekolah Dasar hingga kuliah satu Universitas di Jakarta.
Tiba-tiba bunyi ketukan dari balik pintu kamar terdengar." Kak, sudah bangun? Ini nak Adithya sudah datang dan menunggu kakak di ruang keluarga. " kata bunda.
" Sudah bunda. Tolong bilang kakak mau mandi dulu. " ujar ku sambil buru-buru membereskan buku diary dan menyimpannya kembali kedalam box container.
" Boleh bunda masuk kedalam? "
" Masuk saja bun. Pintunya nggak di kunci kok. "
Bunda membuka pintu kamar lalu masuk kedalam. Setelah itu di tutupnya kembali pintunya, kemudian menghampiriku. Bunda duduk di atas ranjang tempat tidurku. Beliau sempat melihat ku yang sedang memasukan beberapa buku kedalam box container berwarna biru. " Bentar ya bun, aku rapihin dulu buku. "
" Iya. Kalau boleh bunda tebak itu bukannya buku diary kakak waktu zaman masih sekolah. Kenapa tiba-tiba kakak keluarkan? "
"...."
" Kak, bunda hafal sekali kalau box container itu isinya buku diary. Kakak nggak biasanya loh buka box itu. Apa ada yang menganggu pikiran kakak ? "
" Nggak ada. Semuanya baik-baik saja. " .
" Sini duduk di samping bunda. Sudah biarkan saja buku-buku itu biar nanti bunda yang rapihkan."
" Tanggung bun, bentar lagi selesai kok. Aku nggak mau merepotkan bunda. "
" Kalau kakak nggak mau, biar bunda yang menghampiri kakak dan bantu untuk membereskan buku itu. "
Sebelum bunda datang menghampiriku, aku langsung meninggalkan tumpukan buku diary ku yang masih belum tersusun rapih. Lalu aku buru-buru duduk di samping bunda. Aku tahu bunda itu sensitif kalau anak-anaknya ada masalah. Mungkin itu yang dinamakan feeling seorang ibu.
" Kakak sayang kan sama bunda. "
" Sayang pakai banget bun. " aku mencium kening bunda. Tentu saja aku sayang sama Bunda. Terlebih hanya bunda yang aku miliki setelah ayah meninggal.
" Kalau kakak sayang coba cerita sama bunda. "
" Cerita apa bun? Kakak baik-baik saja. "
" Bunda tahu kakak lagi sedih. Mata kakak bengkak dan bunda yakin kalau semalam habis nangis. Bunda juga tahu kalau buku yang kakak rapihkan tadi itu pasti ada hubungannya dengan masa lalu kakak. "
Akhirnya pecahlah sudah tangisan ku. Bunda langsung memeluk ku sambil mengelus punggung ku dengan pelan dan berulang-ulang. Cukup lama aku menangis dalam pelukkan bunda. Mungkin sekitar lima belas menit aku dalam pelukkan bunda hingga akhirnya aku mulai tenang. " Sudah lebih tenang sekarang? " tanya bunda sambil menghapus sisa air mata ku.
" Sudah, bun. " jawab ku dengan nada suara serak.
" Alhamdulillah. Kalau begitu sekarang kakak mau berbagi cerita sama bunda kan ? "
" .... "
" Ya sudah kalau kakak belum mau cerita. Lebih baik kakak istirahat saja. Nanti bunda bicara sama nak Adithya kalau kakak sedang kurang enak badan dan nggak mau di ganggu dulu."
Bunda yang sudah berdiri dan beranjak pergi dari ranjang tempat tidurku kemudian aku tahan tangan kanannya. " Bun, Jangan dulu pergi. Kakak mau cerita sama bunda. "
Setelah aku bicara seperti itu, bunda tersenyum lalu beliau kembali duduk di samping ku. " Coba cerita, kakak ada masalah apa? "
" Dia kembali. " ujar ku dengan nada suara pelan
" Dia siapa kak? " bunda merasa ambigu dengan ucapanku.
" Rafi, bun. Dia kembali hadir. "
" Bagaimana bisa kakak bertemu dengan Rafi? "
" Seminggu yang lalu kakak diminta tolong sama teman untuk bertemu calon donatur yang mau membantu membiayai untuk pembuatan sekolah gratis bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kakak nggak tahu kalau yang bernama Hanif itu ternyata Rafi. Nama lengkap dia itu Rafi Hanifaldin Setiawan. "
" Tenyata takdir mempertemukan kembali anak ku dengan cinta pertamanya. " Batin bunda.
" Awalnya kakak mencoba untuk bersikap profesional. Tapi di akhir pertemuan Rafi menyatakan perasaannya kalau dia cinta sama kakak dan dia juga minta maaf karena waktu dulu menyakiti perasaan kakak. Rafi tahu kalau kakak cinta sama dia selama ini. "
Bunda yang mendengar cerita ku langsung memeluk ku dan kembali berusaha menenangkan ku yang sedang menangis. " Sabar ya kak. Ini memang nggak mudah untuk Kakak. "
" Kenapa Rafi harus datang di saat kakak sedang mempersiapkan pernikahan bersama mas Adithya? Kenapa nggak dua tahun yang lalu atau lima tahun yang lalu, bun? Kakak bingun bun harus bagaimana? Di saat kakak sudah ikhlas dan bisa untuk membuka hati kakak untuk mas Adithya, kenapa dia hadir kembali dalam hidup kakak? Kakak harus bagaimana bun? "
" Yang harus kakak lakukan adalah mendekatkan diri pada Allah. Kakak coba sholat istikharah. Minta sama Allah agar diberikan petunjuk supaya kakak nggak bingung siapa yang seharusnya menjadi pendamping hidup kakak. "
" Makasih ya bun. Kalau nggak ada bunda kakak pasti masih bingung apa yang harus kakak lakukan. Ternyata psikolog juga manusia biasa. Bisa juga menghadapi masalah buntu untuk dirinya. Padahal kakak sering bantu pasien atau klien dalam mencari problem solving, tapi ketika kakak menghadapinya langsung, kakak butuh orang lain untuk mencari problem solvingnya. "
" Manusia nggak ada yang sempurna. Mungkin kakak memang diberikan amanah oleh Allah untuk membantu orang lain tapi di balik itu semua kakak juga manusia biasa yang butuh dibantu, dan kali ini kakak di bantu melalui jalan bunda agar hati kakak tenang. "
" Iya bun. Sekali lagi makasih ya. Aku sayang bunda. " aku mencium kening bunda lalu tersenyum.
" Kak, bunda turun ya. Kasihan nak Adithya nunggu sendiri di bawah. Adik kamu kan sudah pergi dari jam enam pagi di jemput nak Rafael. Katanya mau olahraga di Gelora Bung Karno Senayan. "
" Alasan mau olahraga, padahal mau pacaran mereka itu."
" Kinan kan sudah dewasa. Lagian nak Rafael juga baik dan sopan. Biarlah mereka pendekatan. Siapa tahu Rafael memang jodoh adik mu. "
" Aamiiin. Semoga saja kali ini berjodoh. " aku mengamini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...