💕 ENAM 💕

714 55 0
                                    

Selama seminggu ini aku terus di ganggu oleh kehadiran Rafi di klinik tempat aku kerja. Sampai aku minta tolong Mira untuk jadi mata-mata apakah pria itu masih menunggu ku di dalam klinik ataupun parkiran mobil. Belum lagi telepon dan chat dari dia yang bikin aku tambah pusing. Kadang aku nggak habis pikir, apa dia nggak punya kesibukan lain selain datang ke tempat praktik ku. 

Biasanya dokter itu kan sibuk. Lihat saja mas Adithya, kalau sudah kerja pasti lupa waktu. Terkadang aku protes kalau dia terlalu memfosir dirinya untuk bekerja. Aku takut dia jatuh sakit. Dokter juga manusia biasa. Akhirnya aku memutuskan untuk ambil cuti untuk istirahat. Aku merasa stress ku naik level nya menjadi tingkat tinggi dan itu karena kehadiran Rafi. Aku sempat berpikir untuk bicara dengan mas Adithya, tapi aku belum siap dan melihat jadwal operasinya yang lagi padat maka dari itu aku memutuskan untuk menenangkan diri di apartemen ku.

Aku sempat bicara dengan Bunda, kalau untuk beberapa hari ini aku pulang ke apartemen. Awalnya bunda nggak setuju dan terus bertanya ada masalah apa hingga harus kembali ke sana. Tapi aku belum bisa menjawabnya dan aku meminta pengertian dari bunda. Aku juga meminta bunda untuk merahasiakan keberadaan ku dari mas Adithya. Memang selama berpacaran dengan nya, aku nggak pernah memberitahu soal apartemen yang ku miliki.

Aku mulai menghidari mas Adithya. Semua sms, pesan Whats Up bahkan panggilan telepon aku abaikan. Aku merasa bimbang saat ini. Apa aku siap untuk menjelaskan mengenai siapa sebenarnya sosok Rafi. Aku takut kalau nanti mas Adithya tahu kebenarannya, dia akan marah dan pada akhirnya dia akan meninggalkan ku dan rencana pernikahan kami pun terancam gagal.

Ketika aku akan menggapai kebahagian ku bersama mas Adithya, namun tiba-tiba datang kembali Rafi dalam hidupku. Dia kembali hadir dengan membawa banyak kejutan. Salah satunya saat Rafi bilang kalau dia mencintaiku dan meminta maaf karena kesalahan masa lalunya dan itu membuat ku bimbang.

Rasanya setiap memikirkan hal itu, membuat kepala ku pusing. Ingin rasanya aku pergi jauh meninggalkan semuanya tapi itu nggak mungkin karena pada akhirnya aku harus memilih antara mas Adithya atau Rafi. Aku menghela nafas dengan berat. Lalu aku segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ini adalah salah satu cara aku untuk menenangkan diri. Aku mencurahkan isi hati ku pada sang pencipta dan memohon untuk diberikan jalan keluar dalam kemelut cinta ini. Aku hanya ingin bahagia tanpa harus menyakiti perasaan orang lain.


*****

Ilustrasi Hanna ibadah sholat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi Hanna ibadah sholat

Setiap malam aku menjalankan ibadah sholat Istikharah lalu setelahnya aku menangis hingga membuat mata ku terlihat bengkak, dan kalau sudah seperti itu aku langsung mengompres kedua mata ku dengan air dingin agar di pagi harinya mata bengkak ku kempes. Nafsu makan pun berkurang. Rasanya badan ku mulai nggak bisa diajak kompromi.

 Rasanya badan ku mulai nggak bisa diajak kompromi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar Hanna di apartemen

Ku lirik jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam. Aku yang sedang berbaring di tempat tidur sambil bergelung dalam selimut terpaksa harus bangun karena bunyi bel apartemen yang terus berbunyi. Ingin rasanya mengabaikan suara bel itu, namun pada akhirnya aku bangun untuk membukakan pintu. Aku cukup terkejut karena di depan ku saat ini adalah mas Adithya. Aku sempat terdiam sambil memandangnya.

" Mas tahu dari mana aku di sini? "

" Nanti mas jelasin. Boleh masuk kan? "

" Silakan. "

Ilustrasi sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi sofa

Aku mempersilakan mas Adithya untuk masuk ke dalam. Setelah itu aku menutup kembali pintunya kemudian menyusulnya yang sudah duduk di sofa ruang tengah. Maklum apartemen yang aku tempati ini termasuk tipe junior 1 bedroom. " Mau minum apa mas? " tanya ku.

" Nanti saja. Mas ke sini karena butuh penjelasan dari kamu. " jawab mas Adithya dengan tatapan serius.

" Maksud mas? ".

" Kenapa kamu menghindar dari mas? bahkan untuk menghubungi kamu pun susah? mas butuh penjelasan. "

Aku menghela nafas dengan berat. Kemudian duduk di samping mas Adithya. Cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Sebenarnya aku belum siap tapi karena dia sudah ada di sini dan aku nggak mungkin bisa menghindar lagi dari nya. Mungkin sudah saatnya aku menjelaskan kenapa aku menghindar.

" Jadi bisa kamu jelaskan kenapa hampir satu minggu ini kamu sulit di hubungi? "

" .... " Aku masih diam.

" Ada hubungan apa kamu dengan Rafi? " tanya mas Adithya dan itu membuat ku terbelalak.

" Apa yang mas tau tentang Rafi? " jawab ku lalu balik bertanya.

" Jawab dulu pertanyaan mas. Ada hubungan apa antara kamu dan Rafi? semenjak terakhir pertemuan di restoran itu kalian berdua sulit untuk dihubungi. "

" Rafi itu teman lama aku, mas. "

" Bisa kamu jelaskan arti teman lama di sini? "

" Dia teman satu sekolah ku dulu. Mas, aku nggak mau bahas masalah Rafi. Itu hanya cerita masa lalu. " Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan tentang Rafi.

" Kenapa? Kamu takut untuk bicara jujur sama mas? "

" Bukan begitu mas." aku bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan dari mas Adithya. Di tambah kepala ku mulai berdenyut dan pusing.

" Kita ini sebentar lagi akan menikah. Kamu akan menjadi istri mas. Tapi kenapa kamu menyembunyikan masa lalu kamu dengan Rafi dari mas ? "

"Aku nggak bermaksud menyembunyikan masa lalu aku dengan Rafi. Bahkan aku juga nggak tahu kalau Rafi itu rekan kerja mas. ".

Aku bersandar pada sofa sambil memijat keningku yang semakin pusing dan badan ku mulai menggigil kedinginan. " Rafi adalah pria yang pernah mengisi hatiku sebelum kamu hadir dalam hidupku, mas. "

Mas Adithya menoleh pada ku di saat aku sedang memijat kening ku.  " Kamu sakit? " 

Tanpa permisi lagi, mas Adit memeriksa denyut nadiku. Aku sempat menepis tangannya tapi kemudian dia ambil kembali tangan kanan ku untuk memeriksanya. Setelah itu dia memegang kening ku. lalu " Pindah ke kamar ya. Badan kamu panas. "

Aku menganggukan kepala ku tanda setuju. Kemudian aku mencoba bangun dari sofa namun aku kembali lagi duduk karena lemas dan rasa pusing di kepala yang terus berdenyut. " Biar mas bantu gendong kamu ke kamar. "

Aku menggelengkan kepala ku. " Nggak usah mas. "

Pada akhirnya aku pasrah ketika mas Adithya menggendong ku menuju kamar. Kemudian di baringkannya aku di tempat tidur " Sudah makan malam? "

" Belum. "

" Kamu istirahat. Mas keluar dulu beli makanan dan obat. "

" Maafin aku, mas. "

"Jangan banyak pikiran. Kita bicarakan masalah ini setelah kamu pulih. "

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang