💕EMPATPULUHTIGA💕

267 29 0
                                    

Mira yang melihat ku duduk di kursi kerja ku, langsung menghampiri untuk melihat kondisi ku. " Kenapa Mira? " tanya ku.

" Mbak, keningnya berdarah dan ada memarnya. " jawab Mira memberi tahu. " Biar saya obati luka mbak Hanna. "

" Nggak usah. Ini cuma luka kecil. Kamu temani dulu tante Mila. Saya mau telepon Nadira dulu. " kata ku.

Setelah itu aku menghubungi Nadira. Tapi ternyata nggak di angkat. Mungkin dia lagi sibuk. Lalu aku melihat tante ku yang terbaring di sofa sambil masih menangis. Kepala ku masih saja terasa pusing. Padahal hanya terbentur meja saja. Aku jadi kembali mengingat kejadian tadi. Bagaimana Om Frans begitu kasarnya terhadap tante Mila. Hati tante ku ini terbuat dari apa sampai mau mempertahankan rumah tangga nya yang nggak sehat. Padahal anak belum punya. Seharusnya kalau dari awal sudah tahu om Frans melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tante Mila bisa melakukan visum serta melaporkan suaminya ke pihak berwajib.

Miris sekali melihat kondisi tante ku seperti ini Kalau bunda sampai tahu, pasti beliau marah, sedih dan kecewa dengan apa yang telah di lakukan oleh adik iparnya terhadap adik kesayangannya. Aku berpikir apa sanggup aku untuk membantu memberikan pelayanan psikologi terhadap tante Mila? Aku takut nggak bisa profesional dalam menghadapi kasus tante ku ini. Maka dari itu aku menghubungi Nadira untuk meminta pendapatnya.

Bunyi dering telepon dari Iphone ku menyadarku kembali. Lalu ku lihat nama Nadira yang tertera di layar. Aku langsung mengangkat telepon nya. Ternyata tadi nggak keangkat telepon dari ku karena dia sedang masak untuk suami nya. Lalu aku mulai berdiskusi dengan Nadira tentang kondis Tante Mila. Setelah mendapat masukkan dari dia, aku merasa lega. Nadira yang akan menangani kasus tante ku. Aku meminta nya untuk datang ke rumah sakit suami ku karena tante Mila akan ku bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan visum.

" Mira, siapkan mobil. Kita akan ke rumah sakit bersama tante Mila. " perintah ku.

" Baik mbak. " kata Mira.

Sambil menunggu Mira yang menghubungi supir, aku merapihkan tas ku dan bersiap untuk meninggalkan klinik menuju rumah sakit suami ku. Mobil sudah siap dan aku meminta tolong Rengganis untuk membantu Mira yang sedang memapah tante Mila. Bukannya aku nggak mau bantuin tante Mila, tapi kepala ku saja masih pusing dan mulai berdenyut sakit. Jalan saja agak sempoyongan. Tapi aku masih sanggup untuk berjalan menuju mobil.

Sampai mobil, tante Mila di rebahkan di tempat duduk sebelah ku. Aku meminta supir ku untuk lebih cepat membawa mobilnya menuju rumah sakit. Satu jam kemudian kita sudah sampai di IGD rumah sakit. Mira ternyata sudah menghubungi Restu. Jadi tante ku langsung mendapatkan penanganan yang cepat. Mira meminta ku untuk berbaring di bed samping tante ku. Tapi aku menolaknya dan mengatakan baik-baik saja.

Proses visum sedang berjalan dan tante Mila meminta ku untuk selalu mendampinginya. " Tante tenang ya. Jangan takut. Ada Hanna di sini. " kata ku menguatkan.

" Jangan tinggalin tante sendiri ya. Tante takut kalau om Frans ke sini. " ucap tante Mila pelan.

" Tante tenang saja. Om Frans nggak akan berani ke rumah sakit ini. Tante aman di sini. " aku kembali menenangkan tante ku.

Nggak lama kemudian Nadira datang dengan suami nya. Aku minta tolong Mira untuk mendampingi tante Mila karena aku harus bicara dulu dengan sahabat ku.

" Nad. Maaf jadi ngerepotin kamu dan mas Rizal. " kata ku.

" Santai saja, Han. " ucap suami Nadira.

" Nggak apa-apa. Gimana kondisi tante Mila sekarang? " tanya Nadira pada ku.

" Trauma berat. Mau nya di temani terus dan takut kalau suaminya datang. " jawab ku. " Kita tunggu sampai selesai luka nya di obati. Baru setelah itu kamu bisa masuk bertemu tante ku. Aku nggak sanggup kalau harus turun tangan dalam kasus ini. "

" Kamu tenang saja. Istri ku siap membantu. "

" Kok jadi kamu yang jawab mas. Hanna kan sahabat ku. "

" Adithya juga sahabat ku. Dia kan istrinya Adithya. "

Mulai lagi deh mereka berebat. Memang Nadira dan mas Rizal itu pasangan yang unik. Kalau jauh saling rindu. Tapi kalau dekat ya seperti sekarang. Aku melihat Mira menghampiri ku dan memberikan laporan kalau tante Mila akan di pindah kan ke kamar rawat inap. Mira juga bilang kalau tante Mila ingin aku yang ada di samping nya.
Saat aku mau ke tempat tante Mila, tiba-tiba kepala ku sakit sekali dan rasanya aku nggak sanggup untuk menahan sakit nya. Kemudian pandangan ku mulai buram. Tapi aku tetap berjalan dengan pelan. Hingga akhirnya aku nggak sanggup lagi untuk berjalan dan rasa sakit di kepala ku semakin bertambah. Semuanya tambah buram dan lama-lama semakin nggak terlihat. Akhirnya aku jatuh pingsan.

*****

Aku tersadar ketika merasakan sentuhan di telapak tangan ku. Mata ku dengan perlahan terbuka dan ternyata suami ku sudah ada di samping ku.

" Mas. " panggil ku ke mas Adithya.

" Sayang nya mas sudah bangun ya. " kata suami ku sambil tersenyum.

" Ini dimana mas? "tanya ku.

" Di kamar rawat inap. Masih sakit dan pusing kepalanya? " jawab nya lalu kembali bertanya.

" Iya. Masih mas. Oh ya tante Mila bagaimana kondisinya sekarang? "

" Sudah ada yang menangani. Kamu tenang saja. Aku sendiri yang akan turun tangan dalam kasus ini. "

" Makasih ya mas. "

" Lebih baik kamu istirahat lagi ya. "

" Boleh nggak aku lihat tante Mila sekarang? "

" Sebaiknya jangan dulu ya. Kamu mengalami cedera otak ringan. Hasil CT Scan nya sudah keluar dan dokternya sudah laporan ke mas. "

" Jadi aku nggak bisa menjenguk tante Mila? "

" Ada waktunya sayang. Kamu butuh istirahat dan masih dalam pantauan dokter spesialis syaraf. Sebentar lagi kamu harus melakukan tes MRI untuk pemeriksaan otak yang lebih detail. "

" Apa separah itu mas sampai harus MRI? "

" Aku nggak bisa jawab. Tapi yang terpenting kamu harus banyak istirahat untuk beberapa hari kedepan. "

Tumben banget mas Adithya nggak tanya masalah tante Mila. Apa mungkin Mira sudah laporan sama dia. Entahlah tapi yang jelas mas Adithya nggak banyak bicara dan menyuruh ku untuk istirahat. Lebih baik aku kembali istirahat karena kepala ku mulai pusing kembali. Sementara itu mas Adithya tiduran di samping ku sambil memeluk ku. Aku tahu dia pasti lelah. Semalam dia cerita kalau hari ini ada jadwal operasi besar yang membutuhkan waktu hingga sepuluh jam. Lalu aku mencium keningnya sebelum kembali ke alam mimpi.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang