💕TIGAPULUHSATU💕

375 27 0
                                    

" Sayang, kita pulang sekarang. " kata mas Adithya.

" Nanti dulu mas. Aku masih rindu sama Ayah. " ucap ku masih dalam posisi memeluk batu nisan Ayah.

" Ayah sudah tenang di alam sana. Kalau kamu seperti ini malah akan membuatnya sedih. "

Aku melepaskan batu nisan Ayah, lalu menghapus air mata ku. Benar juga apa yang dikatakan oleh mas Adithya. Ayah pasti sudah tenang di sana. Tapi aku nggak bisa bohong kalau begitu merindukannya. Lebih dari sepuluh tahun aku melanjutkan hidup ku tanpa figur seorang Ayah.

Setelah Ayah meninggal, Bunda menjadi tulang punggung keluarga selama 3 tahun dengan membuka usaha catering kecil-kecilan. Tapi setelah tiga tahun, usaha catering nya berhenti karena kondisi kesehatannya yang nggak memungkinkan. Bunda di diagnosa sakit jantung. Sama seperti penyakit Ayah. Maka dari itu aku lah yang menggantikan posisi Bunda untuk mencari uang. Sejak itu aku lah yang menjadi tulang punggu bagi keluarga ku.

" Kita pulang ya. Sudah mulai gerimis juga. "

Aku menatap langit yang sudah mendung dan awan mulai gelap. Padahal aku masih ingin lama di sini. Tapi nggak memungkinkan. Akhirnya aku dan mas Adithay pamit pada Ayah dan keluar dari area pemakaman. Gerimis pun kini berganti dengan hujan. Jarak makam ayah ke tempat parkir lumayan jauh. Aku nggak bisa lari karena cedera di kaki, jadilah aku dan suami mandi hujan.

Di tengah perjalanan menuju parkiran mobil, Restu datang dengan membawa dua payung. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk aku dan mas Adithya. Tapi sudah terlambat juga karena baju kita sudah basah semua termasuk hijab ku. Sampai di parkiran, Restu langsung membukakan pintu mobilnya dan kita pun masuk kedalam.

" Pak, kita kembali ke hotel. " kata mas Adithya pada Pak Hendra

" Baik, Mas. " ucap nya.

Mobil keluar dari parkiran pemakaman. Aku dan mas Adithya duduk berdampingan. Tiba-tiba aku bersin dan itu hingga beberapa kali. Aku mulai kedinginan. Lalu suami ku langsung memeluk ku untuk memberikan kehangatan. Aku merasa nyaman dalam pelukkan nya. Dia juga mengecup kening ku dan berbisik di telinga kanan ku untuk bersabar dan nanti setelah sampai hotel langsung mandi dan ganti baju.

Perjalanan menuju hotel terasa lama karena macet dan hujan deras. Beberapa jalan ada yang di tutup karena banjir sehingga harus putar arah dan melewati jalan perkampungan untuk menuju hotel. Satu jam setengah kita baru sampai hotel. Mas Adithya langsung menyuruh Restu untuk mengambil kunci kamar kita di resepsionis dan juga memintanya untuk mengisi bathtub dengan air hangat.

Awalnya mas Adithya mau menggendong ku tapi aku menolaknya karena masih bisa jalan sendiri walaupun lama. Sampai di kamar, Restu sudah menyiapkan air di bathtub dan mas Adithya menyuruh ku untuk masuk ke dalam kamar mandi. Sementara suami ku masih harus bicara dengan asisten nya.

Aku masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya. Kemudian  duduk di pinggir bathtub. Nggak lama kemudian mas Adithya masuk kedalam kamar mandi dan melepaskan seluruh pakaiannya termasuk pakaian dalam. Ini memang bukan yang pertama kalinya aku melihat dia tanpa busana tapi tetap saja aku kaget dan wajah ku bersemu merah saat melihat milik suami ku.

" Kenapa belum di buka hijab dan pakaian nya? Nanti masuk angin. " tanya mas Adithya.

" Nunggu air nya penuh dulu. " jawab ku.

Dia ikut duduk di pinggir tub dan menyuruh ku untuk menaikan kaki kanan ku yang di perban kepadanya. Mas Adithya melepaskannya dengan perlahan lalu dia buang perban elastisnya yang berwarna coklat ke tempat sampah. Aku kaget dan mau protes tapi dia dengan santai menjelaskan kalau nanti akan di ganti dengan perban baru.

" Tunggu apa lagi. Buka semuanya. " katanya. " Kita berendam bersama. "

" Malu mas. " kata ku pelan.

Lagi-lagi dengan santainya dia membuka hijab dan pakaian ku. Kini yang tersisa tinggalah dalaman ku. Aku menutupnya dengan kedua tangan ku. Tapi mas Adithya melepaskannya dan membuka dalaman ku dan kita sama-sama nggak pakai apa-apa. Lalu suamiku masuk terlebih dahulu ke dalam bathtub di susul kemudian aku yang masuk.

Aku duduk di depan suami ku. Dia menyuruh ku untuk bersandar padanya. Awalnya aku menolak tapi akhirnya aku mengikuti kemauannya. Mas Adihya memeluk ku dari belakang dan kedua tangan nya bermain ke area atas dan bawah milik ku. Aku mendesah beberapa kali lalu dia juga mencium pundak ku dan tengkuk ku. Benar-benar aku di buat melayang oleh suami ku.

" Mas, sudah. Aku nggak tahan kalau di pegang seperti itu. " ucap ku sambil menahan desahan.

" Nikmati saja sayang. Tapi kaki kanan kamu lurusin saja jangan di tekuk. " bisiknya di telingan kiri ku.

Tangan kanan nya terus memainkan pucak gunung ku. Terkadang dia tarik hingga aku merasa kesakitan tapi nikmat. Sementara tangan kirinya memainkan hutan rimba ku. Dia masukkan salah satu jarinya ke dalam lalu di keluarkan lagi. Mas Adithya melakukannya hingga berkali-kali sampai aku mendesah hebat dan mendapatkan pelepasan. Setelah itu aku lemas.

" Enak sayang? " tanya nya sambil mengecup tengkuk ku.

Aku hanya menjawab dengan menganggukan kepala ku. Lalu dia membiarkan ku istirahat sebentar. Aku masih merasa lemas tapi nikmat. Apalagi ketika lahar yang ku miliki keluar begitu saja. Setelah itu, mas Adithya meminta ku untuk merubah posisi jadi berhadapan dengan nya. Lalu dia menyuruh ku untuk mengurut miliknya.

Tangan kiri mas Adithya memegang tangan kanan ku dan mengarahkannya pada burung perkututnya. Sekarang tangan ku sedang memegang miliknya yang tegang, kokoh, berurat dan panjang. Aku membayangkan bagaimana kalau miliknya masuk kedalam milik ku. Apa muat? Apa aku akan kesakitan karena miliknya yang jumbo? Aku jadi takut dan mencoba untuk melupakannya.

" Urut sayang. " katanya dengan suara mendesah.

Aku mengikuti perintahnya. Dengan perlahan aku urut miliknya dan setiap kali aku melakukannya mas Adithya akan medesah. Dia meminta ku untuk lebih cepat mengurutnya dan aku melakukannya. Suara desahannya semakin kencang dan sepuluh menit kemudian keluarlah lahar hangat berwarna putih susu di tangan ku. Setelah selesai mas Adithya mencium bibir ku dan menyuruh ku kembali ke posisi awal.

" Makasih sayang. Kamu mau melakukan nya untuk mas. " ucapnya lalu mencium pundak ku.

Kami istirahat selama lima belas menit. Setelah itu mas Adithya menyuruh ku untuk bangun dan kita berdua langsung membersihkan diri di tempat pancuran yang ada shower nya. Selesai mandi aku langsung membersihkan bathtub nya. Sementara suami ku sudah keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe berwarna putih milik hotel. Saat aku keluar dari kamar mandi, tiba-tiba mas Adithya menggendong ku ala bridal style menuju tempat tidur. Setelah itu dia buka bathrobe milik ku dan di mulai lah awal percintaan kami yang sesungguhnya.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang