" Han, tunggu. Kita harus bicara. " panggil Rafi.
" Mau apa lagi. Kita sudah nggak ada urusan. " kata ku.
Tiba-tiba Rafi menarik tangan kanan ku dan memeluk tubuh ku. Untungnya suasana di klinik sudah sepi karena sudah jam delapan malam. " Kamu apa-apaan sih. Lepasin. Kita ada di klinik. Jangan buat aku malu."
Namun Rafi malah semakin mempererat pelukan nya. " Aku nggak akan melepaskan pelukan ini sebelum kamu janji nggak akan menghindari aku. "
" Raf, please. Ini salah. Ok kita bicara di ruang praktik aku gimana? " aku memberikan penawaran. " Tapi lepasin dulu pelukannya."
Akhirnya Rafi melepaskannya. Kemudian kami jalan berdampingan menuju ruang praktik ku. " Jadi kamu mau bicara apa sekarang? " tanya ku.
Ilustrasi ruang praktik Hanna
" Han, kamu jangan seperti itu. Aku tahu ini salah tapi aku juga nggak bisa membohongi perasaan ini. "jawab Rafi sambil menyentuh kedua tangan ku.
" Raf, tolong lepaskan tangan aku. Kalau mau bicara silakan tapi nggak perlu pegang tangan ku. " ucap ku dengan nada tegas.
" Lama-lama aku bisa gila kalau seperti ini terus. Aku sayang dan cinta kamu, Han. Harus bagaimana lagi supaya kamu percaya dengan perasaan yang aku miliki saat ini. "
" Kamu telat, Raf. Sekarang semuanya sudah berbeda. "
" Jangan membohongi hati kamu. Aku tahu kamu masih menyimpan perasan sama aku. " Rafi mendekatkan wajahnya ke aku. " Kamu bukanlah orang yang pandai menyembunyikan perasaan. Maka dari itu kita mulai dari awal. Kita berjuang bersama."
" Nggak ada yang perlu di perjuangkan, Raf. Kamu harus terima kenyataan ini."
" Kasih alasan kenapa kamu nggak bisa kasih aku kesempatan? "
" Haruskah aku jawab pertanyaan itu? Pertanyaan yang menurut ku hanya akan menambah luka. "
" Jawab saja, Han. Yang terluka itu bukan hanya kamu tapi aku juga. Dulu memang aku nggak pernah membalas cinta kamu. Aku minta maaf. Itu kebodohan aku. Tapi sekarang perasaan yang selama ini kamu miliki, aku menyambutnya. "
" Harus berapa kali aku bilang, kita nggak bisa untuk bersama. Sebentar lagi aku akan menikah. Tolong hargai keputusan aku. "
" Kamu belum menikah, Han. Itu artinya masih ada kesempatan untuk aku bisa merebut kamu dari Adithya. Aku hanya butuh persetujuan, kalau kamu mau berjuang bersama aku untuk bisa kita bersama. "
" Aku nggak setuju. Aku juga berhak bahagia. Harus kamu tahu betapa tersiksa nya aku saat mengharapkan kamu untuk bisa membalas rasa yang aku punya. Lima belas tahun lebih aku harus menjalani hidup dengan terus berharap sama kamu. Itu hal nggak mudah untuk aku. Hingga akhirnya mas Adithya datang dan dia dengan sabar menunggu ku untuk bisa melepaskan bayang-bayang kamu. Raf, Sekarang kamu datang terlambat dan di waktu yang salah. "
" Buat aku nggak ada yang namanya kata terlambat. "
" Itu kamu bukan aku. "
Saat aku masih berdebat dengan Rafi, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangan ku. " Hanna." panggil mas Adithya.
Aku bisa melihat mas Adithya masuk dan menghampiri ku " Ada Rafi di sini. Kamu ada urusan apa sama Hanna? Mau konseling? "
" Nggak. Aku ada urusan sama Hanna."
" Oh, kamu ada urusan sama calon istri aku. " mas Adit memberikan penekanan pada ucapan calon istri. " Kalau boleh tahu ada urusan apa ya? "
"Bukan urusan kamu. " kata Rafi menampilkan raut wajah nggak suka dengan kehadiran mas Adithtya.
Aku bisa melihat raut wajah dari kedua pria yang saat ini bersama ku. Mereka saling menatap dengan tatapan nggak suka. Untuk mencairkan suasana, aku pun mengalihkan perhatian mas Adithya dengan bertanya apa dia sudah makan malam atau belum. " Mas, sudah makan belum? "
" Tadinya mas mau kasih kamu kejutan terus kita makan malam bareng di apartemen. Tapi ternyata ada Rafi. "
Bunyi dering handphone Rafi membuat dia harus mengangkat teleponnya. Aku bisa lihat dari ekspresinya kalau yang menelepon pasti ada hal yang penting. Bisa jadi panggilan dari rumah sakit, karena aku punya calon suami yang profesi nya sama seperti Rafi. " Maaf , aku harus angkat telepon. " kata Rafi lalu meninggalkan kami berdua.
" Kita pulang sekarang. Mas nggak suka kalau kamu berduan sama Rafi. "
" Iya. Kita pulang. Tapi tunggu Rafi dulu. Kita pamitan dulu sama dia. "
" Oh, jadi kamu masih mau nunggu Rafi. Kamu nggak sadar kalau mas itu cemburu melihat kamu sama dia. "
Baru aku mau menjawab, Rafi datang dan meminta maaf karena harus pergi lebih dahulu karena ada panggilan dari rumah sakit. " Han, maaf aku harus pergi. Ada panggilan dari rumah sakit. Lain kali kita bertemu lagi. "
" Iya, nggak apa-apa. Aku dan mas Adithya juga mau pulang. Hati-hati di jalan, Raf. "
" Kamu juga hati-hati di jalan. Aku pergi ya. " Rafi berjalan meninggalkan ku dan mas Adithya.
Setelah Rafi pergi, kini tinggal aku dan mas Adithya. " Mas, kita pulang sekarang ya. Hari ini aku nggak bawa mobil. "
Aku sempat mendengar helaan nafas mas Adithya yang cukup berat. Lalu dia menatap ku selama beberapa menit dengan tatapan yang sulit di mengerti oleh ku. " Ayo kita pulang. "
Mas Adithya menggenggam tangan ku selama berjalan menuju parkir mobil. Aku nggak bisa menolak karena percuma saja, genggaman nya sulit untuk di lepas dan aku juga nggak mau mencari masalah dengan nya. Sesampainya di mobil, dia membukakan pintu kiri mobil nya dan menyuruh ku untuk masuk, di susul kemudian dirinya masuk ke dalam pintu mobil bagian pengemudi .
Selama di dalam perjalanan, mas Adithya hanya diam. Akhirnya aku membuka percakapan lebih dulu. " Mas, kita mau kemana ? "
" Kamu mau kita kemana? "
" Mas masih marah sama aku? "
" Menurut kamu? Apa mas terlihat marah atau nggak? "
" Maaf." hanya kata itu yang terucap oleh ku.
" Tolong hargai perasaan mas sebagai calon suami kamu. Melihat kamu berduaan di ruang praktik membuat mas berprasangka buruk sama kalian berdua. Aku sayang dan cinta sama kamu, Han. "
" Aku tahu. Maafin aku, mas. Tapi Demi Allah bukan aku yang meminta Rafi untuk ke klinik."
" Mas percaya. Tapi lain kali kalau dia datang lagi menemui kamu. Tolong kasih tahu. Biar mas bisa memberikan peringatan pada nya untuk nggak ganggu kamu lagi. "
" Iya, mas. Sekali lagi maafin aku ya mas. " Aku memegang tangan kirinya yang sedang memegang kopling mobil.
Ilustrasi Hanna memegang tangan mas Adithya
Mas Adithya sudah kembali tersenyum. Itu artinya masalah ini sudah selesai. Aku pun membalas senyumannya. " Mas akan perjuangkan kamu. Jadi jangan harap ada pria lain yang bisa memiliki kamu termasuk Rafi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...