Ilustrasi kamar Hanna dan Adithya di hotel
" Mas, kita check-out jam berapa? " tanya ku sambil merapihkan tempat tidur yang berantakan.
" Harusnya jam dua belas siang kita sudah harus check-out. Tapi kalau kamu masih betah di sini, nanti mas telepon bagian resepsionis nya untuk tambah satu atau dua hari di sini. " jawab mas Adithya yang sedang duduk di sofa.
" Kita pulang saja. Nggak perlu perpanjang. Sayang uang nya lebih baik di tabung. "
Mas Adithya tertawa kencang hingga aku menatapnya. Memangnya ada yang lucu dengan ucapan ku. " Kok ketawa sih mas? "
" Ucapan kamu bikin mas ketawa. Sayang, mas masih mampu membiaya kamu menginap di sini mau seminggu, sebulan bahkan setahun pun mas masih sanggup ya. "
" Itu namanya sombong mas. "
" Bukan sombong, tapi itu nyata. Sekarang kan uang mas, uang kamu juga. Lagian juga kita belum malam pertama. "
Aku langsung mengambil bantal dan melemparkannya pada suami ku. " Malam pertama terus yang di ingat. "
Mas Adithya menghampiri ku dan dia ikut duduk di samping ku sambil memegang tangan kanan ku. Aku nggak berani menatap nya. Masih terbayang kejadian semalam yang membuatku panas dingin. Belum pernah siapa pun yang mencium bibirku seperti yang di lakukan oleh suami ku tadi malam.
" Sayang, kita sudah menjadi pasangan halal. Cepat atau lambat kita pasti melakukannya. Anggaplah saat ini kamu belum siap, tapi mas juga manusia biasa. Butuh tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologis. "
" Maaf. " aku menunduk kan kepala ku.
Mas Adithya memeluk ku dengan erat kemudian dia mencium kening ku. " Mas akan memberikan waktu hingga kamu siap untuk melepaskannya. Jangan lupa kita masih punya satu agenda acara yaitu resepsi pernikahan. Mas harap, setelah acara itu selesai kamu siap melepaskannya dan semoga baby juniornya mas bisa segera hadir dalam rumah tangga kita. "
" Iya mas. Terimakasih atas pengertian mas."
" Ya sudah kalau begitu kita siap-siap untuk check-out. Semua barang dan pakaian sudah kamu masukan ke dalam koper kan? "
" Sudah. Mas, kita akan tinggal dimana setelah ini? Apakah di rumah orang tua mas, rumah bunda atau di apartemen aku? "
" Di apartemen kamu saja untuk sementara sampai rumah kita selesai. "
" Rumah? "
" Iya. Mas sedang bangun rumah di dekat rumah sakit tempat mas kerja. Maaf ya mas nggak cerita sama kamu. Tadinya ini mau jadi kejutan tapi mas pikir-pikir lagi lebih baik kasih tahu kamu saja. Lagian juga sudah enam puluh persen mau jadi. Kamu nggak keberatan kan? "
" Nggak mas. Aku ikut saja. "
" Makasih ya sayang. "
Setelah itu kami keluar dari kamar untuk check out dari hotel Somerset Sudirman Jakarta. Selesai dengan urusan hotel, kami keluar dan mobil mas Adithya sudah ada di depan halaman lobi hotel. Aku di minta masuk terlebih dahulu ke dalam mobil oleh suami ku. Mas Adithya sedang memasukkan koper kami ke dalam bagasi mobil. Setelah rapih, baru lah dia masuk ke dalam mobil dan menstaternya. Sebelum pergi, kita baca doa terlebih dahulu. " Bismillah, semoga selamat sampai tujuan. " kata suami lalu tersenyum pada ku.
*****
Bunyi dering ponsel milik mas Adithya membuat ku terbangun dari tidur ku. Aku menguap dan melihat suami ku yang sedang bicara melalui Airpods di telinga nya. Aku bisa menebak kalau itu panggilan dari rumah sakit karena aku sempat mendengar ucapan mas Adithya, kalau lima belas menit lagi sampai ke rumah sakit.
Setelah selesai telepon mas Adithya meminta maaf pada ku. " Sayang, maaf sebelumnya. Mas ada panggilan dari rumah sakit. Kamu mau mas antar dulu ke apertemen atau ikut sama mas dulu ke rumah sakit baru kita pulang? "
" Ikut ke rumah sakit dulu saja. Kasihan pasien mas pasti sudah menunggu."
" Ada kecelakaan beruntun jadi sebagian pasiennya di larikan ke rumah sakit tempat mas. Kamu beneran nggak apa-apa yang nunggu mas sampai selesai operasi? "
" Iya. Aku nunggu mas di rumah sakit sampai mas selesai. "
" Kamu nanti jangan nunggu mas di tempat praktik tapi ke ruangan kerja mas di lantai empat. Di sana kamu bisa rebahan di sofa bed. "
" Berarti kita ke rumah sakit tempat papah ya, bukan tempat biasa mas praktik? "
" Iya. Kita ke rumah sakit tempat papah. "
" Ok. Sudah sekarang mas fokus nyetir mobilnya. Nggak usah ngebut. Aku takut. Kita baru nikah loh mas. Belum malam pertama. "
Mas Adithya tersenyum kemudian mencubit pipi ku. " Iya. Mas bawa mobilnya nggak ngebut. Nggak sabar merasakan malam pertama sama kamu, yang. "
" Sakit tahu mas. Pipi ku di cubit. " Aku memegang pipi ku yang di cubit oleh suami ku.
" Maaf ya sayang. mas gemes banget sama kamu. "
" Tapi nggak cubit juga kali. "
" Iya. Iya. Mas yang salah. Sekali lagi maafin mas ya. "
Aku hanya menggangukan kepala. Setelah itu mas Adithya kembali fokus menyetir sementara aku hanya diam sambil menikmati perjalanan dengan di temani lagu kezia yang judulnya aku masih memikirkanmu dari salah satu stasiun radio terkenal di Jakarta. Entah kenapa lagu ini mengingat kan ku dengan Rafi.
Di pertengahan lagu Kezia yang sedang kuhayati tiba-tiba mas Adithya meminta ku untuk mematikan radio nya. " Yang, tolong matiin radio nya. "
" Kenapa mas? " tanya ku.
" Aku nggak suka lagu ini." jawab mas Adithya dengan nada ketus.
" Tapi mas lagu ini...," belum selesai aku bicara, mas Adithya sudah memotong pembicaraan ku dan mematikan radionya.
" Lagu ini pasti mengingatkan kamu dengan Rafi. Mas nggak suka. "
Mas Adithya menjadi lebih sensitif kalau itu sudah berhubungan dengan Rafi. Memang lagu itu sempat membuat ku mengingat Rafi. " Rafi itu masa lalu aku. Sekarang aku sudah jadi milik mas. Apa itu masih kurang? "
" Memang raga kamu milik mas, tapi jiwa kamu belum seratus persen untuk mas. "
" Astagfirullahalazim. Begitu mudahnya mas mengucapakan kata itu. Aku harus bagaimana supaya mas percaya kalau jiwa dan raga ku hanya milik mas, bukan untuk Rafi? "
" Buktikan dengan perbuatan bukan dengan ucapan. "
" Dan buktikan juga kalau mas memang percaya sama istrinya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomansaBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...