💕TIGAPULUHLIMA💕

344 27 0
                                    

" Nggak ada barang yang ketinggalan kan? " tanya ku pada mas Adithya.

" Nanti biar Restu yang cek. Tadi aku sudah kasih tahu ke dia. " jawab nya.

" Ya sudah kalau begitu. Kita siap check-out sekarang. "

" Bisa jalan nggak? " tanya nya lalu tersenyum.

" Bisa. Tapi kalau di suruh jalan cepat ya nggak bisa lah. " jawab ku. " Masih sakit. Semua gara-gara mas. "

" Kenapa jadi salah mas? "

" Jangan pura-pura lupa deh. Ini kaki kanan ku cedera karena siapa kalau bukan mas. Terus milik ku jadi nyeri karena siapa kalau bukan mas juga yang terlalu bersemangat menggempurku. "

Mas Adithya tertawa mendengar ucapan ku. " Ya sudah sebagai bentuk permintaan maaf, mas gendong kamu lagi. "

" Nggak usah. Aku masih bisa jalan sendiri. "

" Yakin? Nggak mau di gendong sama mas. Nanti kalau Restu tanya kenapa jalan nya aneh kamu mau jawab apa. Oh kamu pasti jawab nya habis di gempur sama pak Adithya. "

" Nggak sekalian saja aku jawab habis di perawanin sama pak bos. "

" Memangnya kamu berani bilang seperti itu sama asisten mas? "

" Berani saja. Tapi aku masih punya rasa malu. "

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan Restu memanggil kita berdua. Suami ku langsung membuka kan pintunya. Aku bisa melihat asisten suami ku itu datang bersama seorang bellboy. Lalu koper kami pun di bawa keluar oleh nya. Aku memanggil mas Adithya dan bilang jangan lupa untuk memberikan tip pada bellboy nya.

Aku yang sudah siap untuk jalan tapi suami ku menahannya. Mas Adithya meminta ku untuk naik ke punggung nya karena dia akan menggendong ku. Aku tadinya menolak tapi akhirnya aku mengalah dan sekarang aku dalam posisi di gendong oleh nya. Sampai di lift, kita harus menunggu beberapa saat dan pintu lift pun terbuka.

Sampai di lobby hotel aku bisa melihat asisten suami ku sedang mengurus proses check-out di bagian resepsionis. Aku dan mas Adithya melewati Restu menuju parkiran mobil. Sampai di depan mobil, pak Hendra sudah membukakan pintunya dan aku lebih dulu masuk kedalam mobil baru setelahnya suami ku yang masuk.

" Tunggu Restu dulu ya, pak. " kata mas Adithya pada supirnya yang baru masuk ke dalam mobil.

" Iya mas. " ucap pak Hendra.

Sambil menunggu Restu, kita berdua istirahat tapi mata kami saling bertatapan. Tangan kanan suami ku menggengam tangan kiri ku.

" Apa kamu bahagia Hanna? " tanya nya.

" Apa perlu aku jawab kalau kamu bisa melihatnya dari bahasa tubuh ku. " jawab ku sambil tersenyum.

" Maaf kita nggak bisa lama di sini. "

" Nggak apa-apa mas. Aku mengerti. Terima kasih karena membawa ku ke kota ini untuk ziarah ke makam Ayah. "

" Sama-sama sayang. " 

Pintu depan mobil bagian kiri terbuka dan Restu masuk kedalam. Dia memberikan laporan pada suami ku dengan rinci dan aku hanya mendengarkan saja tanpa berkomentar. Mobil kita pun meninggalkan area hotel. Sebelum kembali ke Jakarta aku meminta mas Adithya untuk mampir ke toko oleh-oleh khas Sukabumi yang sudah terkenal yaitu toko Mochi Kaswari Lampion. Memang letak tokoknya masuk ke dalam gang. Tapi rasanya otentik banget dan banyak tokoh masyarakat, pejabat dan publik figur yang sudah ke toko ini.

Mas Adithya meminta ku untuk tetap tinggal di mobil. Hanya dia dan asisten nya yang turun menuju tempat yang aku maksud. Cukup lama aku menunggu. Setengah jam kemudian mereka kembali dan aku bahagia banget saat menerima kotak yang berisi mochi isi keju dan kacang. Aku jadi ingat almarhum Ayah karena mochi ini makanan kesukaanya. Dulu toko nya kecil karena menyatu dengan bagian produksi nya. Tapi sekarang sudah berbeda. Sudah lebih maju dan banyak produk yang di tawarkan selain dari mochi itu sendiri.

 Sudah lebih maju dan banyak produk yang di tawarkan selain dari mochi itu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi Mochi oleh-oleh khas Sukabumi

Perjalanan menuju Jakarta dari Sukabumi kurang lebih empat jam. Kalau macet bisa lebih. Tapi semoga perjalanan ini lancar dan selamat sampai tujuan. Selama di perjalanan aku dan mas Adithya kembali tidur sementara yang menemani pak Hendra menyupir yaitu Restu. Cukup lama aku dan suami tidur. Kita berdua memang kurang istirahat. Nggak usah di jelaskan lagi kan apa yang aku dan suami ku lakukan hingga bergadang.

Sampai di tol lingkar dalam Jakarta aku terbangun. Lalu aku melihat suami ku yang masih tidur. Aku mengambil Iphone ku dari dalam tas dan mengambil foto nya yang sedang tidur. Nggak tahu kenapa aku mulai merasakan betapa pentingnya dia dalam hidup ku saat ini. Padahal dulu biasa saja. Aku sempat mencium telapak tangan suami ku dan dia langsung terbangun.

" Maaf ya jadi kebangun kamu. " ucap ku meminta maaf.

" Nggak apa-apa. Sudah waktunya aku bangun. Sekarang kita dimana? " tanya mas Adithya.

" Kita sudah di Tol dalam kota. " jawab ku. " Mas mau minum? "

" Boleh. Kamu tahu saja kalau mas haus. "

Lalu aku memberikan air pitih dari botol minum pada suami ku. Setelah selesai minum, dia kembalikan botolnya pada ku. Aku juga menawarkan mocha yang masih tersisa beberapa butir lalu aku suapi ke dalam mulut suami ku. Mas Adithya begitu menikmati setiap suapan yang aku berikan padanya.

Akhirnya sampai juga di rumah sakit. Lalu mas Aditya menyuruh ku untuk langsng ke kamarnya sementara dia dan Restu menuju ruang rapat. Ternyata mas Adithya sudah menelpon ibu Meta untuk membantu ku mengurus koper dan mengantarkan ku ke kamar yang kemarin pernah aku tempati.

Ibu Meta sudah menyiap kan kursi roda sejak di dalam lobby dan menyuruh ku untuk duduk di kursi tersebut. Lalu aku di bawanya menuju lift. Saat aku sedang menunggu lift, beberapa staff baik dokter, perawat dan pekerja lainnya menyapa ku dan tentu saja demi kesopanan aku pun menyapa balik mereka.

Pintu lift terbuka dan kami pun masuk kedalam. Sampai kamar aku langsung bangun dari kursi roda menuju tempat tidur. Aku langsung rebahan dan rasanya nikmat sekali. Rasa pegal di punggung ku mulai berkurang. " Alhamdulillah Ya Allah rasanya nikmat sekali bisa rebahan di atas tempat tidur. " kata ku.

Ilustrasi kamar tidur 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar tidur 

" Kenapa memangnya mbak? " tanya ibu Meta.

" Pegel banget bu pinggang saya. " jawab ku sambil mengurut sendiri bagian pinggang yang pegal.

" Mau ibu bantu pijat? "

" Jangan. Saya nggak mau merepotkan ibu. "

" Nggak apa-apa mbak. Namanya perjalanan jauh badan pasti pada pegal-pegal. " Lalu ibu Meta mengambil minyak urut dari laci dan menyuruh ku untuk tengkurap agar bisa memijat ku. Rasanya enak banget pijatan nya dan akhirnya aku pun tertidur.  

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang