" Sayang, sarapan pagi dulu ya. " kata mas Adithya sambil membuka plastik wrapping di piring dan mangkuk yang berisikan bubur dan lauk pauk.
" Aku males makan mas. Nanti saja. " ucap ku.
" Tiga suap saja ya. Perut kamu nggak boleh kosong. " mas Adithya membujuk ku. " Kamu kan harus minum obat. Biar cepat sembuh. "
" Maksa banget. Aku nggak mau mas. Janga paksa aku. "
" Mas Suapin ya. "
" Nggak usah. Lebih baik mas kembali kerja. Lagian nanti siang bunda ke sini sama Kinan. :
" Masih marah ya kamu sama mas? "tanya nya.
" Nggak. Sudah sana pulang terus kerja lagi. Hampir satu minggu nggak ada mas aku bisa kok. Jadi ada atau tidak nya mas nggak berpengaruh juga sekarang. "
Mas Adithya tersenyum dan menghampiri ku.. Aku yang melihatnya langsung membuang muka. Jujur aku masih kesal dan marah sama dia. Hanya karena lupa minta izin untuk bertemu dengan Rafi, aku di tuduh selingkuh. Hampir satu minggu dia nggak pulang ke apartemen. Bahkan untuk komunikasi pun dia sulit untuk aku hubungi.
" Ngapain deket-deket aku. Sana urusin tuh kerjaan kamu. " aku bicara dengan nada jutek.
" Kalau lagi marah begini kamu cantik yang. " katanya, lalu duduk di samping ku..
" Gombalan mu recehan banget. Ih, sempit tahu. Sana duduk saja di sofa. " aku menyuruhnya untuk pindah dari ranjang pasien yang ku tiduri.
Bukannya pergi ke sofa malah ikut berbaring seperti ku. Aku kesel banget. Tapi aku harus tahan karena nggak boleh banyak bergerak, nangis atau marah. Takut jahitannya terbuka.
" Sempit tahu nggak? nggak kasihan apa sama luka aku yang masih basah di perut. " protes ku.
" Makanya kamu diam, jangan banyak bergerak. " dia menyuruh ku untuk diam.
" Terserah kamu lah. Keras kepala. " ujar ku dengan nada keseal.
" Mas tahu kamu marah. Tapi mas butuh menenangkan diri. Biar bagaimana pun mas hanya manusia biasa. Ada batas kesabarannya. Mas cemburu melihat kamu berduaan sama Rafi. "
" Ya sudah makan tuh cemburu. "
" Mas minta maaf ya. Nggak lagi-lagi cuekin kamu apalagi sampai nggak pulang. Tapi memang beneran jadwal mas sibuk banget. Kalau nggak percaya kamu tanya Restu. "
" Nggak usah. Percuma hubungin asisten kamu itu kalau di telepon juga nggak pernah di angkat. Sudahlah nggak usah banyak alasan. Kamu memang lebih mementingkan perkerjaan daripada istrinya. "
" Bukan begitu sayang. Mas kan janji mau ajak kamu liburan ke Bali. "
" Nggak perlu ke Bali. Aku mau pulang ke rumah Bunda saja. "
" Kita tetap akan berangkat tapi tunggu kamu pulih dulu. "
" Nggak mau. Aku mau tinggal sama Bunda lagi. " aku menangis pelan.
" Jangan nangis. Iya. Iya. Nanti keluar dari rumah sakit kita nginep di rumah Bunda. " mas Adithya menenangkan ku.
" Tapi mas nggak boleh ikut ke rumah Bunda. Aku nggak mau di ganggu sama mas dulu. "
" Nggak bisa. Kita kan suami istri. Susah, bahagia, sedih ya harus bersama."
" Omong kosong. Saat aku sedih dan membutuhkan mas, tapi nggak ada. Seharusnya mas lebih peka sama istrinya. Apa yang sedang terjadi sama istrinya. Bukannya ngambek nggak jelas gitu. "
" Iya mas siap salah deh. Pokoknya semua salah mas. "
Aku menghapus air mata ku lalu diam. Sementara itu mas Adithya mengambil nampan plastik yang berisikan makanan dan minuman. Awalnya aku nggak mau memakannya tapi akhirnya aku luluh juga dan makan sarapan pagi dengan disuapi oleh suami. Selama makan aku hanya diam saja. Selesai makan, mas Adithya memberikan ku beberapa obat kapsul dan tablet yang harus di minum oleh ku.
Sarapan pagi dan minum obat selesai. Aku kembali istirahat. Sementara mas Adithya kembali ke sofa dan membuka laptop nya. Aku sempat melihat di meja dekat sofa ada beberapa dokumen yang terbuka. Apa lagi kalau bukan laporan rumah sakit.
" Yang, kamu istirahat saja dulu. Nanti jam sepuluh ada dokter visit untuk periksa kondisi kamu. " katanya. Tapi mata tertuju pada laptop.
" Bawel. Sudah sana kerja lagi saja. " ucap ku.
*****
Aku yang sedang tidur, terbangun ketika mendengar suara mas Adithya sedang bicara dengan dokter yang menangani ku. Ternyata dokternya teman kuliah suami ku saat masih kuliah S1 kedokteran. Mereka cukup lama berbincang hingga akhirnya dia sadar kalau aku sudah bangun dan langsung meminta temannya untuk memeriksa kondisi aku.
Dokternya ramah sekali. Dia bilang kondisinya sudah lebih baik. Tapi tetap masih harus di rawat sampai tiga hari kedepan. Aku nggak lupa mengucapkan terimakasih pada dokternya. Selesai pemeriksaan dokternya pamit karena masih harus visit ke pasien lainnya. Mas Adithya mengantarnya sampai pintu kamar rawat inap. Setelah itu dia kembali menghampiri ku dan langsung mencium kening ku.
" Sayang, kamu mau nggak pindah rumah sakit? " tanya suami ku.
" Nggak mau. Aku sudah nyaman disini. " jawab ku.
" Pindah saja ya? Kalau di rumah sakit tempat Papah lebih enak dan nyaman. Mas juga bisa tenang jaga kamu sambil kerja. "
" Aku maunya di sini saja. Kalau mas mau kerja ya sudah sana balik ke rumah sakit Papah. Nanti ada Bunda dan Kinan yang jaga aku. "
" Mas nggak mau cari ribut. Pindah ya? " bujuk mas Adithya.
" Sekali nggak tetap nggak. Kalau mas ada kerjaan silakan pergi. Aku nggak akan nahan mas di sini. Pekerjaan itu nomer satu untuk mas dan aku harus mengerti bukan. "
" Bukan begitu sayang. Kamu itu juga perioritas untuk mas. Kalau kamu sakit seperti ini mas jadi khawatir. "
" Selama hampir satu minggu kemarin mas kemana saja? Sibuk sampai lupa kalau ada istrinya yang selalu menunggu. Aku sudah korban kan karir ku demi mas. Tapi ini balasan yang aku dapat. "
" Bukan begitu sayang. Mas hanya ingin kamu dirumah biar nggak capek. Biar bisa ikut temani mas kalau harus ke luar kota atau luar negeri. Mas juga kan tadi sudah minta maaf dan menjelaskan hampir satu minggu kemana. Iya mas salah karena terlalu cemburu melihat kamu dengan Rafi bertemu tanpa izin terlebih dahulu ke mas. "
" Dan harusnya mas tanya dulu kenapa aku mengajak Rafi bertemu, pasti ada maksud dan tujuannya. Bukannya langsung menuduh aku dan Rafi berselingkuh. Berminggu-minggu aku terus mendapatkan teror dan ancaman dari Ranti dan aku hanya diam karena nggak mau membuat mas khawatir. Aku nggak mau membebani pikiran mas karena aku merasa masih sanggup untuk menghadapi dia. "
" Harusnya kamu cerita sama mas. Jangan kamu simpan masalah itu sendiri. "
" Karena aku nggak mau membebani mas. "
" Kamu itu tanggung jawab mas. Beruntung kamu masih selamat. Bagaimana kalau kamu lewat dan mas nggak tahu keadaan sebenarnya. "
" Itu semua berkat Nadira dan suaminya. Bukan karena mas. Mereka yang menyelematkan nyawa aku. Sementara mas menghindar dari aku dan sibuk dengan pekerjaan. " aku menatap mata suami ku dengan tatapan sedih dan raut wajah kecewa.
Mas Adithya memegang kedua tangan ku sambil menatap mata ku dengan tatapan serius. " Mas janji akan lebih memperhatikan kamu. Mas nggak mau sampai kejadian ini terulang kali. Mas sangat mencintai kamu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...