" Sayang, kamu belum bangun juga? " tanya mas Adithya sambil mengecup kening ku.
" Masih ngantuk mas. " jawab ku.
" Kamu akhir-akhir ini kenapa sih ngantuk terus? Cek kesehatan mau nggak? Takutnya diabetes. " kata nya lalu mengelus kepala ku dengan lembut.
" Nggak mau. Mas doain aku suapaya sakit diabetes ya? Aku kan hanya capek saja. "
" Bukan begitu sayang. Mas nggak mau sampai kamu sakit? Apa kata orang suaminya dokter tapi istrinya sakit tapi nggak tahu. "
" Bawel nih mas. Memangnya jam berapa sekarang? "
" Jam setengah satu. Kamu melewati sarapan pagi dan sekarang harus makan siang. Ayo bangun dulu. Kita makan bersama. Mumpung mas lagi istirahat. "
Dengan terpaksa aku bangun tapi mata ku masih terpejam. Aku masih ngantuk banget. Seumur hidup baru pertama kali bangun sampai siang seperti ini. Biasanya jam segini aku sudah beraktifitas ke luar. Tapi sekarang aku malas sekali. Gampang lelah dan rasanya badan itu nggak enak saja.
" Cuci muka dulu. " perintah suami ku.
Aku membuka kedua mata ku dan ku lihat suami ku duduk di depan ku dengan masih menggunakan baju OK berwarna hijau, pakai kacamata pokoknya aku lihat suami ku ganteng banget. Jadinya pengen manja-manja sama dia. Aku langsung memeluknya. Rasanya tenang sekali saat ada dalam pelukannya.
" Istri mas manja banget nih. Ayo cuci muka dulu. Kita makan. Mas hanya punya waktu setengah jam. Setelah itu mas harus kembali ke ruang operasi. "
" Nggak bisa libur ya? " tanya ku ke mas Adithya.
" Nggak bisa sayang. Jadwal mas padat banget. " jawab nya sambil menatap ku.
" Terserah mas saja. " kata ku dengan raut wajah kesal.
Tanpa permisi aku langsung menuju kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Sebenarnya aku mau protes sama dia, tapi lagi-lagi aku harus diam dan bersabar karena suami ku ini seorang dokter spesialis bedah dan juga dia harus membantu papah yang sebentar lagi akan pensiun sehingga nantinya mas Adithya lah yang mengganti posisi jabatan Papah nya sebagai pemilik dari rumah sakit ini.
Selesai cuci muka dan sikat gigi aku keluar kamar dan menghampiri suami ku yang sudah duduk di sofa panjang sambil nonton film di Netflix. Mas Adithya langsung membuka plastik yang menempel di beberapa piring lauk dan nasi merah. Kemudian lauknya di satukan ke piring yang berisi nasi merah. Lalu dia memberikannya pada ku. Menu makanan siang ini bikin aku nggak selera makan. Aroma nya pun bikin aku mual mau muntah.
" Di makan sayang makanan nya. " kata suami ku menyuruh ku untuk makan.
" Nggak mau mas. Aku makan buah saja. " ucap ku lalu mengembalikan piring yang isinya terdapat daging semur kentang, nasi merah dan ada capcay.
" Di coba dulu. Kalau nggak makan nanti kamu sakit. "
" Nggak mau. Mas maksa banget. "
" Satu suap saja ya. " mas Adithya menyuapi ku dan dengan terpaksa aku memakannya
Baru saja masuk kedalam mulut makanannya, aku langsung bergegas ke kamar mandi karena mau muntah. Aku muntahkan makanan nya ke dalam closet duduk setelah itu aku muntah lagi dan kali ini hanya bentuk cairan saja yang keluar karena dari pagi aku belum makan. Setelah hilang mual nya dan nggak mau muntah lagi aku langsung menekan tombol flush.
Mas Adithya berdiri di depan kamar mandi dan mencemaskan kondisi ku.
" Masih mual? " tanya nya.
" Nggak. Jangan paksa aku untuk makan makanan itu. Aku mau makan buah strawberry. " jawab ku. Lalu keluar dari kamar mandi menuju sofa.
" Nggak ada buah strawberry yang. Lagian kamu juga belum makan nasi. Nanti asam lambung kamu naik. "
" Aku lagi mau makan buah strawberry mas. "
" Boleh tapi kamu makan nasi dulu biar pun sedikit yang penting lambung kamu ke isi. "
" Aku nggak mau makan nasi. Aku mau makan buat strawberry. " kali ini nada ku cukup tinggi.
Mas Adithya berusaha menahan emosi " Nanti mas suruh Restu beli buah strawberry nya. "
" Aku mau nya mas yang beliin ke toko buah. "
" Nggak bisa sayang. Mas sebentar lagi ada jadwal operasi lagi. "
Aku langsung menangis karena suami ku nggak mau membelikan ku buah strawberry. Mas Adithya langsung memeluk ku dan menenangkan ku.
" Kamu kenapa sih aneh begini? Mas bingung dengan perubahan emosi kamu. Biasanya kamu nggak seperti ini. "
Aku nggak menjawabnya dan langsung melepaskan pelukan suami ku. Setelah itu aku ambil hijab, dompet dan Iphone. Aku pergi meninggalkan mas Adithya yang lagi kebingungan dengan sikap ku. Aku pura-pura nggak dengar panggilan dari suami dan langsung bergegas ke pintu lift yang kebetulan sedang terbuka. Aku masuk ke dalam dan menekan tombol lift yang mengarah ke lobby rumah sakit.
Sampai di lobby aku keluar dari rumah sakit dan memanggil taxi yang kosong. Aku masuk ke dalam taxi dan bilang ke supir taxi nya untuk mencari tokoh buah terdekat dari rumah sakit. Beruntung supir taxi nya sabar. Supir taxi menyarakan untuk ke supermarket, tapi aku malas jadi akhirnya aku menyuruh nya untuk cari All Fresh yang terdekat.
Mobil taxi masuk ke dalam parkiran All Fresh dan aku meminta utuk menunggu nya karena nggak lama. Supir taxi nya pun bersedia menunggu ku. Aku langsung masuk ke dalam dan mencari buah yang aku inginkan. Alhamdulillah buah yang aku inginkan ada dan tinggal dua box saja. Aku membeli semuanya. Saat mau ke kasir aku melihat ada buah pisang dan aku langsung mengambilnya. Setelah itu aku ke kasir dan langsung bayar dengan menggunakan kartu debit milik ku.
Aku kembali ke parkiran mobil dan masuk ke dalam taxi yang sudah ku minta supirnya untuk menunggu ku. Aku meminta supirnya untuk kembali ke rumah sakit. Selama di jalan aku menyesali perbuatan ku kepada mas Adithya. Nggak seharusnya aku emosi seperti itu ke suami. Tapi mas Adithya juga bikin aku kesal dan pengertian. Dia sibuk dengan pekerjaanya sampai apa yang aku inginkan harus di beli oleh asistennya. Padahal aku pengen dia yang membelikannya untuk ku.
Perjalanan pulang ke rumah sakit lebih lama karena lumayan macet dan berbarengan dengan jam makan siang orang kantor. Sampai di halaman lobby rumah sakit aku langsung memberikan tiga lembar uang seratus ribu dan satu lembar uang lima puluh ribuh pada supir taxi nya dan mengucapkan terima kasih. Aku berjalan masuk kedalam rumah sakit dan nggak tahu aku pengen ketemu dengan Rafi. Jadi aku memutuskan untuk menuju ke bagian admistrasi untuk menanyakan ruangan Rafi dimana.
Setelah diberi tahu dimana ruangan nya aku langsung menuju kamar rawat inap Rafi. Sampai sana aku melihat dia yang terbaring lemah di tempat tidur sendirian. Aku memberanikan masuk ke dalam dan duduk di samping pria itu. Sedih banget aku saat melihat nya seperti ini. Lalu aku memegang tangan kanannya yang terbebas dari infus. Lalu dia terbangun dan saat tahu yang memegang tangannya adalah aku, dia tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...