💕TUJUHPULUHSATU💕

243 16 0
                                    

Penerbangan dari bandara Soekarno-Hatta pukul tujuh pagi dan sampai di bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pukul sepuluh pagi. Sambil menunggu mas Adithya mengambil koper, aku mampir ke Solaria dan langsung pesan makanan. Setelah itu aku mencari tempat duduk. Kebetulan pagi ini Solaria nggak terlalu ramai.

Saat aku baru duduk, tiba-tiba Iphone ku berdering dan aku yakin pasti dari suamiku dan benar saja dia menelepon ku dan menanyakan posisi aku dimana. Lalu aku bilang kalau sekarang lagi ada di Solaria karena lapar. Mas Adithya menyuruhku untuk tetap di sana karena dia akan menghampiri ku.

Sambil menunggu mas Adithya datang, aku makan lebih dulu. Biar nanti dia pesan sendiri mau makan apa di sini. Satu porsi nasi goreng daging sapi dan jus alpukat sudah cukup untuk mengisi perut ku. Setengah jam kemudian barulah mas Adithya datang dan dia langsung duduk di samping ku. Aku menawarkan diri untuk memesankan makanan padanya. Tapi dia menolak dan malah dia mengingatkan ku untuk minum obat alergi karena aku habis makan nasi goreng yang ada penyedapnya. Aku baru sadar dan langsung mencari obat di dalam tas dan ternyata obatnya nggak ada. Alhasil suami ku langsung cari apotik untuk beli obat alergi ku.

" Mas, obat alerginya nggak kebawa. Di tas satu lagi. " ucap ku sambil garuk-garuk bagian kaki yang mulai terasa gatal.

" Ya sudah. Mas cari apotek dulu. " katanya. Lalu pergi meninggalkan ku sendiri.

Sambil menunggu mas Adithya membeli obat, aku memperbanyak minum air putih. Rasa gatal ku kini nggak hanya di kaki saja tapi sekarang ke bagian paha bahkan sampai punggung berasa gatalnya. Nafas ku mulai sesak. Tapi aku masih bertahan. Cukup lama mas Adithya pergi. Setelah lima belas menit, dia langsung memberikan obatnya pada ku dan langsung ku minum.

" Lain kali sebelum berangkat di cek lagi obatnya. Lagian tumben banget kamu mau makan Solaria. "

" Lagi pengen mas. Beli obat dimana ini? " tanya ku penasaran.

" Di Guardian. " jawab nya.

" Makasih ya mas. " aku berterimakasih pada suami ku.

" Sama-sama. Ya sudah kalau begitu kita pergi dari sini. Soalnya supirnya sudah datang. "

" Supir siapa mas? Mas beneran nggak mau aku pesenin makanan di sini? "

" Nggak. Nanti makan di villa saja. Ada bibik yang sudah masak."

" Ya sudah kalau begitu. "

Aku dan mas Adithya pun bergegas menuju parkiran mobil. Setelah muter-muter cari mobil, akhirnya ketemu juga. Supir nya langsung membawa koper milik ku dan suami ku menuju bagasi mobil. Perjalanan dari bandara menuju Villa orang tua suami ku sekitar satu jam. Villa suami ku ini nggak jauh dari pantai seminyak Bali.

Selama di perjalanan menuju Villa aku lebih banyak diam. Sementara mas Adithya dan supirnya yang ternyata bukan warga asli Bali, melainkan dari sunda. Tapi sudah lama bekerja dengan keluarga suamiku. Jadi ketika diminta pindah ke Bali, beliau bersedia asal istrinya boleh ikut. Orangtua mas Adithya pun mempersilakan.

Sudah hampir satu jam perjalanan tapi masih belum sampai juga. Mana jalanan nya macet. Mungkin karena ini menjelang weekend tapi entahlah. Yang pasti aku pengen cepat sampai karena sudah beberapa kali menguap. Efek dari obat alergi yang tadi aku minum membuat ku jadi mengantuk dan aku pun tidur di sisa perjalanan menuju Villa.

*****

Aku menguap dan membuka kedua mata ku. Betapa terkejutnya aku saat melihat diriku sudah ada di atas tempat tidur. Aku berada di sebuah kamar bernuansa putih dan luas. Jujur aku nggak inget kapan turun dari mobil. Apa mungkin mas Adithya yang memindahkan aku? Nanti aku tanyakan. Tapi sekarang dia dimana? Aku bangun dari tempat tidur dan mencari suami ku.

" Mas. Mas Adithya. " panggil ku dengan suara cukup kencang.

Aku mendengar suara percikan dari kolam renang. Apa mungkin dia sedang berenang? Aku berjalan menuju ke arah teras belakang yang ada kolam renang dan benar saja dia sedang berenang sendiri.

" Mas Adithya. " aku kembali memanggil namanya.

" Sudah bangun sayang. Kamu tidurnya pules banget. Sampai nggak sadar kalau sudah sampai di Villa. Akhirnya mas gendong kamu kamar. Nggak tega mas bangunin kamunya. " katanya. Lalu menghampiri ku yang duduk di tepi kolam.

" Maafin aku ya mas. Pasti berat gendong aku tadi. "

" Nggak terlalu berat kok sayang. Anggap saja mas lagi olahraga angkat beban. "

" Berarti aku berat ya? Nanti aku fitness deh supaya nggak berat kalau di gendong kamu. "

" Kamu nggak berat kok. Tapi sexy buat mas. " bisiknya di telinga kanan ku.

" Kalau nggak sexy mana mungkin mas mau nikah sama aku. " kata ku sambil tersenyum.

" Turun yuk ke kolam. Kita berenang bersama. "

" Nggak mau. Dingin mas airnya. "

" Kalau sudah di dalam pasti jadi hangat. "

Mas Adithya dengan tiba-tiba langsung mencium bibir ku. Semakin lama ciumannya semakin dalam. Kemudian kedua tangan nya melepaskan pakaian ku dan tinggalah kini aku hanya menggunakan pakaian dalam. Lalu dia melepaskan ciuman di bibir ku dan beralih ke bukit gunung kembar ku. Dia pegang dan hisap hingga aku mendesah.

Satu persatu pakaian dalam ku pun sudah terlepas. Kini aku benar-benar sudah nggak pakai apa-apa. Begitupun suami ku. Dia dengan santai mengajak ku untuk masuk ke dalam kolam dan berenang hingga dua putaran.

" Mas, sudah ya. Aku mau mandi. " kata ku meminta izin untuk membersihkan diri.

" Nanti dulu. Ini baru hidangan pembuka. Sekarang kamu duduk di tepi kolam. " mas Adithya menyuruh ku untuk naik ke tepi kolam. Kemudian dia lebarkan kedua paha ku. Tanpa permisi dia menyentuh milik ku dengan bibir dan lidah nya.

" Mas, kamu apaain aku. " kata ku sambil mendesah.

" Nikmati saja sayang. Kalau kamu sudah mau keluar jangan lupa bilang sama mas. " ujarnya lalu dia kembali memainkan inti milik ku.

Rasanya nikmat sekali. Semakin lama desahan ku semakin kencang dan kadang aku meminta mas Adithya untuk berhenti melakukannya tapi ternyata ketika aku memintanya untuk berhenti maka lidahnya semakin masuk kedalam. Semetara kedua tangannya memainkan kedua gunung ku dan puncaknya dia putar dan kadang ditarik perlahan. Hingga akhirnya aku sudah nggak tahan lagi dan bilang ke suami ku kalau aku mau keluar. Aku pun mencapai klimaks dan cairan milik ku keluar sangat deras.

" Ternyata enak juga cairan milik istri mas. Sekarang saat nya masukkan torpedo mas ke milikmu yang sempit. " katanya.

" Pelan-pelan mas. Milik kamu itu besar untuk ku. " ucap ku sambil berusaha untuk melihat milik suami ku.

Mas Adithya nggak memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Dia langsung memasukkan miliknya ke inti ku yang sudah basah dan siap untuk di masukkan. Ketika miliknya sudah masuk bahkan sampai mentok ke dalam milik ku. Lalu dia mainkan dan atur ritme nya. Desahan kami saling bersahutan hingga akhirnya mendapatkan pelepasan bersama dan itu nikmatnya sunguh luar biasa. 

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang