Akhirnya di hari ke enam aku bisa keluar juga menikmati terbitnya matahari di pantai sanur Bali. Aku duduk di atas atas pasir putih yang lembut sambil menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Nggak banyak orang yang datang di pagi ini. Aku dan mas Adithya sangat menikmati dan suasana nya pun begitu tenang.
" Apakah kamu bahagia Hanna? " tanya mas Adithya.
" Bahagia mas. Aku memang sangat menyukai pantai dari dahulu. " jawab ku.
" Mas senang kalau kamu bahagia. Maafin mas baru bisa bawa kamu honeymoon. "
" Nggak apa-apa mas. Aku tahu pekerjaan mas itu sibuk sekali. Selain menjadi dokter, mas juga harus bantu Papah di rumah sakit. "
" Makasih ya sayang. Kamu dengan sabar memahami dan mendampingi mas yang banyak kekurangan ini. Bahkan kehilangan calon anak kita menjadi tamparan bagi diri mas yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Tolong maafin mas ya. "
Aku yang mendengar kata calon anak langsung teringat kembali dan itu membuat ku sedih. Memang itu nggak mudah dan butuh waktu menerima kenyataan bahwa aku telah kehilangan janin yang ku kandung. Tapi dengan dukungan dari suami, keluarga dan sahabat akhirnya aku bisa mengikhlaskannya.
" Sudahlah yang lalu biarlah berlalu. Semoga kedepannya kita di berikan amanah lagi oleh Allah untuk mempunyai buah hati yang lebih sehat. "
" Aamiin. Semoga kita segera mendapatkan penggantinya. Mas sudah nggak sabar dan pastinya jika hari itu tiba maka mas akan fokuskan diri ini untuk menjaganya agar sehat dan kuat di rahim kamu. Itu janji mas. " katanya sambil mengelus perut ku hingga berkali-kali.
Aku nggak kuat lagi menahan air mata ini. Kalau mengingat saat dimana aku harus kehilangan dan menjalani proses kuret yang menyakitkan. Anak pertama yang seharusnya menjadi hal terindah bagi kami. Tapi ternyata harus kembali ke sang pencipta. Aku memeluk suami ku dan kita berdua sama-sama menangis.
Kehilangan, kesedihan, amarah, kekecewaan semoga akan terganti dengan kebahagian setelah ini. Memang ujian rumah tangga aku dan mas Adithya nggak mudah. Di mulai dengan kahadiran Rafi yang mengusik rumah tangga kami, kehilangan janin yang baru memasuki usia satu bulan, teror dan ancaman dari tunangan Rafi yang berujung perutku di tikam dengan pisau lipat, dan semua itu menjadi pembelajaran bagi aku dan suami. Yakinlah bahwa badai pasti berlalu.
" Sayang, kamu masih mau di sini atau mau pulang? " tanya mas Adithya kepada ku.
" Masih mau di sini. Aku benar-benar menikmati pemandangan matahati terbit di pagi ini. " jawabku pada ke suami.
" Ya sudah. Mas juga akan di sini sampai kamu merasa bosan dan menginginkan pergi dari pantai ini. "
" Makasih ya mas karena sudah membawa ku ke pantai ini. Seperti ini saja sudah bahagia buat aku. "
" Jadi selama beberapa hari di villa kamu nggak bahagia? "
" Kalau itu beda lagi. Mas benar-benar bikin aku kecapean. "
" Kecapean tapi mendesah keenakan dan teriak nama mas lagi pas mau klimaks. "
Aku langsung mencubit lengan nya. " Mulutnya mas nih mesum banget. "
Mas Adithya bukannya kesakitan saat aku cubit, malah dia tertawa terbahak-bahak. Aku bisa melihat raut wajah suami ku yang bahagia dan tertawa dengan lepas seakan nggak ada beban yang dia pikirkan saat ini. Memang kita berdua membutuhkan hal seperti ini. Kesibukkan kami berdua dalam pekerjaan memang menjadikan hubungan suami-istri menjadi sedikit hambar.
Tapi lihat sekarang. Semua terasa berbeda. Mas Adithya pun terlihat dari wajahnya kalau dia sangat bahagia. Bagaiamana nggak bahagia kalau setiap hari aku di gempur terus olehnya dan itu berpengaruh terhadap hormon tentunya. Suami ku ini jadi terlihat lebih fresh dan banyak tersenyum.
" Yang, semalam Papah telepon mas. "
" Kenapa mas? "
" Papah minta besok pagi pulang karena ada salah satu pejabat daerah mau operasi jantung tapi mintanya mas yang menangani. Apa kamu keberatan? "
" Nggak apa-apa mas. Kita juga sudah hampir satu minggu di sini. Aku tahu banyak pekerjaan yang sudah menanti. Bisa liburan sama kamu ke sini saja sudah bersyukur. "
" Jadi nggak apa-apa ya kalau besok kita pulang? "
" Iya, nggak apa-apa. "
" Makasih ya sayang atas pengertiannya. "
" Tapi..., "
" Tapi apa yang? "
" Hari ini ajak aku jalan-jalan ya. Aku mau shopping. "
" Ya ampun. aku pikir kenapa. Siap ibu negara. Hari ini aku siap mengantar kemana pun kamu mau. "
" Makasih ya sayang. "
Beginilah pagi ku di pantai Sanur bersama suami. Menikmati terbitnya matahari sambil duduk di atas pasir putih. Maka nikmat Tuhan mana yang kau dustakan. Aku mensyukuri setiap hal yang telah di berikan oleh sang pencipta. Di moment ini juga akhirnya kita bisa deep talk dan bicara dari hati ke hati mengenai perjalanan rumah tangga kita yang masih terbilang baru namun penuh dengan ujian yang menguras hati dan pikiran. Memang nggak mudah tapi kita dapat melaluinya dengan kesabaran dan keikhlasan. Cinta saja nggak cukup bagi hubungan kita berdua. Tapi kejujuran dan komunikasi sangatlah penting dalam membangun fondasi rumah tangga.
*****
Seharian aku benar-benar di bawa ke berbagai pusat perbelajaan yang ada di Bali. Nggak lupa aku dan mas Adithya membeli oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat. Aku benar-benar lelah sekali. Suami ku membebaskan ku membeli apa pun yang aku mau. Baik itu pakaian, dalaman, kain khas bali, sepatu dan masih banyak lagi barang yang ku beli. Aku mengucap rasa syukur karena di akhir liburan ini aku bisa berbelanja dengan di temani suami tercinta.
Beberapa kali aku memijat kaki ku yang terasa pegal. Mas Adithya yang melihatnya langsung menyuruh ku untuk berbaring di atas tempat tidur karena dia akan memijatnya setelah membersihkan diri. Aku pun senang mendengarnya. Sambil menunggu dia mandi, aku membuka laptop dan menulis lanjutan cerita yang sedang ku buat. Satu jam kemudian hasil tulisan ku di part sepuluh selesai juga dan langsung aku upload di Wattpad milik ku.
Selesai aku update, mas Adithya pun selesai mandi. Dia langsung mengambil minyak kutus-kutus dan membalurkannya ke kaki ku. Rasanya hangat di pegal-pegal nya pun berkurang. Hampir setengah jam dia memijat kedua kaki ku dan setelah itu dia langsung memeluk ku dan mencium bibir ku. Nggak perlu dijelaskan lagi kan apa yang akan di lakukan oleh suami ku. Dia kembali meminta hak nya dan kali ini dengan gaya yang berbeda dari semalam. Entah sudah berapa gaya yang telah kami lakukan selama menginap di villa ini. Asal suami bahagia aku sebagai seorang istri hanya bisa nurut saja. Aku juga menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomansBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...