Aku bersyukur sekali karena memilki sahabat yang selalu ada di kala suka dan duka. Seperti hari ini, Nadira datang dan menjenguk ku. Dia mengajak ku untuk bicara dari hati ke hati. Nadira dengan sabar mendengar kan keluh kesah dan kesedihan ku saat ini mengalami keguguran karena pendarahan dan janin yang nggak berkembang. Padahal usia kandungan ku baru mau masul satu bulan. Aku merasa bersalah karena telat menyadari kehadiran nya di dalam rahim ku.
Aku menangis dalam pelukkannya. Dia bisa merasakan kesedihan yang ku rasakan. Nggak mudah saat kehilangan calon buah hati. Tapi Nadira mengingatkan untuk jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Apalagi kesempatan aku untuk hamil lagi sangat besar. Insya Allah aku dan mas Adithya bisa cepat mendapatkan kembali buah hati. Ini adalah cobaan bagi ku dan suami. Nadira bilang aku harus ikhlaskan kepergiannya dan nggak perlu menyalahkan diri lagi. Memang takdirnya harus seperti itu.
" Han, aku yakin kamu kuat dan tegar. Kasihan mas Adithya. Dia juga pasti sedih dan kehilangan, sama seperti kamu. " kata Nadira.
" Iya. Aku mengerti. " ujar ku sambil menghapus kembali air mata ku.
" Yakinlah di balik ujian ini, Allah menyiapkan suatu kebahagian yang indah untuk kamu dan mas Adithya. "
" Makasih sudah mengingatkan dan menguatkan aku. "
" Sama-sama. Aku yakin kamu bisa melewatinya. "
" Insya Allah, Nad. Aku sedang menata hati lagi. Hampir satu minggu aku membuat suami dan keluarga menjadi khawatir. "
" Iya. Terutama mas Adithya Ibu mertua dan Bunda. Aku melihat mereka benar-benar sedih tapi harus tetap tegar saat sedang bersama kamu. "
" Aku nanti minta maaf karena sudah membuat mereka khawatir. "
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan ada suami ku dan suami Nadira masuk ke dalam. Mereka berjalan bersama ke arah ku.
" Sudah selesai sesi curhatnya? " tanya suami Nadira.
" Sudah mas. " jawab ku.
" Jangan sedih lagi ya. Kasihan suami kamu. Dia merena banget. Apalagi nggak di kasih jatah sama kamu. Pusing katanya. " canda mas Rizal dan itu membuat suami ku melotot pada nya.
" Kapan aku bilang pusing karena nggak di kasih jatah sama Hanna. Wah parah kamu. Pikirannya nggak jauh dari selangkangan ya. Nad, kok kamu mau sih nikah sama si sontoloyo ini. Kalau aku sih nggak banget. " kata mas Adithya pada sahabatku.
" Mau bagaimana lagi. Sudah jodohnya dari Allah harus sama mas Rizal. Mesum nya akut dia mas kalau udah deket sama aku. " kali ini Nadira yang bicara.
" Sayang, aku mesumnya hanya kamu saja. Nggak ada yang lain di hati mas selain istri mas yang cantik dan sexy ini. "
Aku ketawa mendengar ucapan suami Nadira. Memang benar, mas Rizal itu kalau udah dekat sama Nadira sudah pasti bicaranya kacau deh. Gampang tersulut kalau udah sama istrinya. Aku menikmati pembicaraan ini. Suami ku menggelengkan kepala pada sahabatnya itu. Aku tahu perjalanan cinta mereka itu nggak mudah. Dari mulai Nadira mengalami amnesia dan akhirnya gagal menikah sampai akhirnya mereka bertemu lagi dan menikah.
" Sudah jam sembilan malam. Aku sama Nadira pamit pulang ya. Nggak tahan pengen ngajak istri ku asoy geboy. Mumpung jadwal operasi kosong. Harus di manfaatkan waktunya. "
" Mas Rizal. Apaan sih bilangnya asoy geboy. Kalau mau pulang sana sendiri. Aku masih mau di sini. " kali ini Nadira protes sama suaminya.
" Sayang ku. Cintanya mas. Yuk pulang. Mas sudah nggak tahan nih. Nanti kalau sudah kebelet banget kita mampir ke hotel saja ya. Besok mas libur kok. "
" Punya sahabat otaknya miring begini ya. Sana kalau mau pulang. Nggak usah ajak Nadira. Dia masih betah di sini. "
" Bukannya dukung sahabatnya supaya istri mau pulang sama aku malah suruh di sini saja. Nggak asyik nih. "
" Istri kamu saja masih betah di sini sama Hanna. Sana kalau udah nggak tahan ada kamar mandi. Keluarin sendiri saja. Mudah kan. "
Aku dan Nadira ketawa bersama menyaksikan perdebatan antara suami ku dan suami Nadira. Memang mereka kalau bertemu itu seperti tom and jerry. Tapi kalau nggak ketemu suka kangen. Mas Adithya dan Mas Rizal kan kerja di rumah sakit yang berbeda. Aku merasa terhibur dengan kehadiran pasangan satu ini. Terutama suami Nadira. Dia itu cocok jadi komedian. Ada saja tingkah lakunya yang bikin kita ketawa dan pasti terhibur.
" Nad, sudah sana pulang. Bukannya ngusir ya. Kasihan itu mas Rizal udah pengen katanya. " kata ku ke sahabatku.
" Baru juga tadi pagi sebelum pergi kerja dia sudah aku kasih jatah. Sekarang minta lagi. Capek lah aku. "
" Kalau capek nggak mungkin minta nambah kan. " Mas Rizal menatap istrinya sambil tersenyum.
" Apaan sih mas. Kamu tuh yang minta nambah. " Nadira nggak terima saat suaminya bicara seperti itu.
" Sudah sana pulang. Aku mau istirahat sama Hanna. " kata mas Adithya ke suami Nadira.
" Tenang saja ini mau pulang. Nggak perlu ngusir. " ucap nya.
" Han, aku pamit ya. Besok kalau sempet aku mampir lagi ke sini. Kamu harus banyak istirahat. " pamit Nadira.
" Iya. Kamu hati-hati di jalan. " ujar ku.
" Pamit ya. Jangan sedih lagi. Kalian berdua sama-sama subur. Paling tiga kali asoy geboy jadi lagi. Ikhlaskan ya. Nanti di ganti sama Allah sama yang lebih baik, lebih sehat, lebih lucu dan lebih segalanya. "
" Iya, mas. Makasih ya sudah jenguk aku. "
" Sudah sana pulang. Pusing kepala aku dengernya. "
" Bawel amat. Han, jangan lupa kalau sudah bisa di pakai suruh suami kamu pakai dulu sarung burung perkututnya. Biar rahim kamu pulih dulu. "
Aku hanya ketawa mendengar ucapan suami Nadira. Aku tahu maksudnya karena dokter Septian sudah memberi tahu aku mengenai hal itu. Mas Adithya langsung mendorong mas Rizal keluar dari kamar. Nadira memberi isyarat pada ku kalau dia pulang dan aku menganggukan kepala sambil tersenyum padanya.
Setelah mereka pulang kini tinggalah aku dan mas Adithya. Kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil menunggu suami mandi, aku mengambil Iphone ku dari meja nakas dan ternyata ada pesan masuk dari nomor nggak ku kenal. Saat aku buka ternyata dari Ranti. Intinya tunagan Rafi ini marah sama aku. Dia mengancam kalau sampai pernikahannya dengan Rafi gagal maka dia akan membuat kehidupan aku menjadi neraka. Dia akan membunuh ku kalau sampai Rafi kembali kepada ku.
Aku menghela nafas panjang. Masalah apalagi setelah ini. Tapi mau nggak mau aku harus menghadapinya. Aku nggak mau Rafi dan Ranti merusak rumah tangga ku. Aku juga sebenarnya nggak mau ikut campur lagi dengan masalah mereka. Tapi sepertinya aku masih harus menyelesaikan masalah ini sampai tuntas agar aku bisa tenang bersama suami ku. Aku juga berhak bahagia dengan mas Adithya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...