Nggak terasa kehamilan ku sudah memasuki bulan ke sembilan atau tiga puluh enam minggu. Itu berarti tinggal menunggu waktu lahiran saja. Sebenarnya dari semalam aku sudah merasakan kontraksi tapi aku nggak bilang ke mas Adithya. Aku nggak mau membuatnya khawatir apalagi pagi ini ada jadwal operasi di rumah sakit. Hampir setiap dua jam aku bolak balik kamar mandi karena mau buang air kecil.
Tapi di jam sepuluh pagi aku mulai merasakan kontraksi lebih sering dan aku melihat ada cairan lendir bercampur darah yang keluar dari milik ku. Akhirnya aku telepon dokter Septian dan dia menyuruh ku untuk ke rumah sakit. Aku langsung memanggil Ibu Meta untuk membawa tas yang isinya perlengkapan bayi dan aku nanti saat setelah melahirkan.
" Ibu, aku minta tolong koper dan tas baby nya masukin ke dalam bagas mobil sekarang. Kita ke rumah sakit. Ibu temani saya ya. " kata ku yang masih duduk di sofa panjang.
" Apa nggak nunggu dulu bapak? " kata ibu Meta. Sekarang beliau memanggil mas Adithya dengan kata Bapak karena sudah mau punya anak.
" Saya sudah telepon dokter Septian dan beliau minta saya ke rumah sakit. " ucap ku sambil menahan sakit saat kontraksi berlangsung.
" Saya pesan kan taxi dulu ya mbak. " Ibu Meta mulai panik, aku bisa melihat dari raut wajahnya.
" Nggak usah. Saya masih sanggup nyetir. Tolong ambilkan kunci mobil saya. " perintah ku.
" Astagfirullahal'azim mbak. Mau melahirkan masa nyetir mobil. "
" Saya masih sanggup makanya saya berani. Cepatan bu. Waktu sangat berharga. "
Dengan terpaksa ibu Meta mengambil kunci mobil dan memberikannya pada ku. Aku berjalan dengan pelan menuju garasi. Aku buka kunci mobilnya dengan remote kemudian aku panaskan dulu mobilnya. Sementara aku melihat ibu Meta sedang jalan menuju ke mobil sambil membawa koper ku dan tas perlengkapan baby nanti.
Aku membuka kunci bagasi mobil dan beliau langsung memasukannya ke dalam. Setelah itu langsung masuk kedalam mobil dan duduk di samping ku. Aku mengeluarkan mobil dari garasi dan saat keluar aku meminta satpam yang bertugas untuk membuka gerbang rumah.
Sempat pak satpam nya menanyakan kepada ku mau kemana. Ibu Meta bilang nggak usah banyak tanya karena aku mau ke rumah sakit. Lalu pintu gerbang di buka dan aku langsung pergi meninggalkan rumah. Aku mengendarai mobil dengan sangat hati-hati.dan pelan. Beberapa kali aku menepikan mobil karena merasakan kontraksi kembali dan sakitnya luar biasa. Ibu Meta yang melihatnya panik tapi aku berusaha menenangkannya.
" Jangan panik ibu. Tenang. Saya masih sanggup menyetir sampai rumah sakit. Sebentar lagi kita sampai. " kata ku pelan.
" Saya takut mbak Hanna melahirkan di jalan. " ucap ibu Meta sambil melihat ku.
" Insya Allah baby nya bertahan sampai rumah sakit. Ibu tenang makanya. Jangan panik. Nanti saya jadi ikut panik. "
" Kita cari parkiran saja mbak. Kita naik taxi ya. " bujuk nya.
" Ibu percaya kan sama saya. Tenang ya bu. Ini lima belas menit lagi kita sampai. Lebih baik ibu telepon Restu untuk mengabari mas Adithya dan minta supaya dia menunggu di IGD. "
Ibu Meta pun langsun menelepon Restu dan Alhamdulillah langsung di angkat olehnya. Aku nggak ikut banyak bicara karena fokus ke nyetir dan menahan rasa nyeri saat kontraksi muncul. Setelah menelepon Restu, aku minta tolong ibu Meta untuk memberi tahu Bunda dan Mamah kalau aku sedang menuju rumah sakit Papah.
Lima belas menit kemudian aku sampai di depan IGD rumah sakit. Ibu Meta langsung turun di mobil dan masuk kedalam. Sementara aku masih duduk bersandar di jok mobil dan aku merasakan kalau celana piyama ku basah. Aku nggak tahu apa ini air ketuban atau bukan. Tapi setelah itu aku merasa sangat kesakitan. Ingin rasanya aku memegang tangan suami ku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...