💕LIMAPULUHTUJUH💕

244 14 0
                                    

" Jaga mulut kamu Ranti. Minta maaf sama Hanna. " kata Rafi menyuruh Ranti untuk minta maaf.

" Aku nggak sudi minta maaf sama pelakor. Terus saja  belain dia. Kenapa? Mas masih mau sama dia? Nggak ingat kalau kita sebentar lagi mau nikah. " ucap Ranti.

" Kita akan menikah. Kamu nggak usah khawatir. Tapi jaga sikap kamu sama Hanna. Dia bukan pelakor. Kamu itu orang baru dalam hidup aku. Sementara Hanna itu sudah lama aku mengenalnya. Jadi aku minta sama kamu untuk minta maaf. " bentak Rafi.

" Sudahlah Raf. Aku nggak apa-apa. Kalian selesaikan masalah ini, aku nggak mau ikut campur. " ujar ku pada Rafi.

" Hey, pelakor. Semua ini karena kamu. Kalau kamu nggak kegenitan atau masih berharap sama mas Rafi, nggak mungkin seperti ini. "

" Saya nggak pernah merasa kegenitan dengan Rafi. Apalagi masih berharap. Jangan berasumsi kalau nggak tahu keadaan sebenarnya. "

" Kalau pelakor memang begitu. Nggak mau ngaku kalau dirinya salah. "

" Ya memang saya nggak salah. Justru saya selalu bilang ke Rafi untuk segera menikah dengan anda. Saya nggak mau menjadi pengganggung hubungan kalian. "

" Nggak mau jadi penggangu tapi masih gatel ketemu sama calon suami orang. Hey, sadar diri. Kamu itu hanya masa lalunya. Aku ini masa depannya. Jadi jangan berharap deh kalau mas Rafi akan kembali sama kamu. "

" Saya ulangi lagi ya mbak, hubungan saya dan Rafi sekarang hanya teman. Saya ini sudah menikah. Jadi buat apa saya masih berharap sama tunangan anda. Justru saya mau bantu anda supaya hubungan kalian bisa baik dan pernikahan kalian harmonis. "

" Oh jadi kamu sudah menikah? Wah luar biasa ya. Sudah punya suami tapi masih genit. Apa jangan-jangan kalian sudah berzinah ya. "

" Ranti! Kamu sudah keterlaluan. Kamu sudah merendahkan Hanna dan pasangan kamu sendiri. Apa kamu bisa membuktikannya kalau kami berdua telah melakukan perzinahan? Ha? Kalau ngomong itu di pikir dulu. " Rafi sudah nggak bisa lagi menahan rasa amarahnya.

" Kalau nggak pernah melakukan ya nggak usah marah. Kalau mas marah berarti kalian benar telah melakukan perzinahan. " Ranti bicara dengan nada emosi.

" Atas dasar apa kamu menuduh mas melakukan hal itu? Mana buktinya? Bahkan mas kenal dengan suami dari Hanna. Kamu itu jangan sok tahu. "

" Kenapa mas terus bela dia? Sudah jelas-jelas dia itu pelakor dalam hubungan kita. " teriak Ranti.

" Hanna itu bukan pelakor Ranti. Jangan terus menyalahkan dia. Kamu itu dalam keadaan emosi, Sebaiknya kamu keluar dari sini untuk menenangkan diri. "

" Wah sekarang mas suruh aku keluar dari sini. Bukannya menyuruh pelakor yang keluar. "

" Sudah. Lebih baik aku saja yang keluar Raf. Aku capek mau istirahat. " ujar ku dan Rafi menggangukan kepala. Tapi berbeda dengan Ranti.

Aku yang mau keluar dari kamar rawat inap, tiba-tiba di tahan oleh Ranti lalu dia menampar ku hingga dua kali. Aku kaget dengan apa yang di lakukan olehnya. Begitupun Rafi, dia kaget dan marah. Aku berusaha untuk sabar dan menahan emosi agar nggak membuat masalah ini semakin runyam.

" Itu balasan yang tepat untuk kamu yang menjadi psikolog aku dengan berpura-pura menjadi orang baik padahal bermain di belakang dengan tunangan aku. "

" Saya ini sudah bukan lagi psikolog anda sejak tahu kalau tunangan anda itu Rafi. Saya sadar diri, kalau saya masih menjadi psikolog anda maka saya akan bersikap subjektif bukan objektif. Maka dari itu saya alihkan konseling anda pada Nadira. "

" Bagus kalau sadar diri. Kalau kamu masih jadi psikolog aku, mungkin sudah aku laporkan kamu ke HIMPSI untuk mencabut izin praktik kamu. "

" Saya sudah cukup sabar ya menghadapi mbak Ranti. Mulai dari menghina saya, menuduh saya sampai sekarang mengancam. Mbak sadar dong kalau mau hubungannya baik dengan pasangannya, tolong di jaga emosi dan perkataanya. "

Aku sudah mulai kehabisan rasa sabar ku. Ranti ini keterlaluan menurutku. Kenapa semuanya jadi salah aku? Bukan keinginan ku untuk bertemu kembali dengan Rafi. Aku pun sudah berusaha untuk membujuk Rafi untuk memperbaiki hubungannya dengan dia tapi apa yang kudapat adalah cacian dan hinaan pada ku.

" Raf, aku keluar ya. Ajak bicara baik-baik Ranti. Jangan pakai emosi. " kata ku sambil membuka pintu.

Saat aku mau keluar, Ranti menahan tangan ku dan kali ini aku di dorong olehnya hingga jatuh ke lantai. Setelah itu aku kembali di tampar oleh Ranti. Rafi yang melihatku terjatuh langsung bangun dari tempat tidur sambil membawa tiang infusan dan menghampiriku. Jujur saat ini aku merasa sakit sekali perutku. Aku mencoba untuk berdiri tapi aku nggak sanggup.

" Ranti, kamu ini sudah buat mas malu. Cara kamu itu kasar dan nggak ada etika nya. Hanna itu nggak bersalah. Justru mas lah yang punya banyak salah sama Hanna. "

" Aku? Kasar? Dia memang pantas mendapatkan itu. Beraninya dia merebut mas dari aku. Dia itu hanya wanita murahan yang mengganggu hubungan kita. "

Aku semakin pusing dengan perdebatan antara Rafi dan Ranti. Aku berusaha untuk berdiri, di bantu dengan Rafi tapi lagi-lagi Ranti mendorongku dan aku kembali jatuh ke lantai. Aku sudah nggak sanggup lagi untuk bangun karena perutku semakin sakit dan kali ini Rafi melihat celana piyama ku ada darah dan semakin lama semakin banyak. Aku mengerang kesakitan.

" Han, kamu berdarah? Apa kamu sedang hamil? " tanya Rafi.

" Aku ngga tahu Raf. Tolong panggil mas Adithya. Aku nggak sanggup lagi menahan sakit ini. " jawab ku pelan.

Rafi langsung bangun menuju tempat tidur dan mencari tombol nurse call dan nggak lama kemudian ada perawat yang masuk ke dalam. Rafi langsung menyuruh perawat tersebut untuk mengambil emergency bed sekarang juga. Sambil menunggu perawat datang, Rafi menenangkan ku. Sementara Ranti bukannya menolong ku malah dia masih terus menghina ku lalu keluar dari ruangan tanpa rasa bersalah.

Setelah Ranti keluar, ada dua orang perawat wanita dan satu perawat laki-laki masuk dengan membawa emergency bed. Aku di angkat dan di baringkan di emergency bed lalu di bawa ke ruang IGD.

" Raf, tolong hubungi mas Adithya. Kalau nggak bisa coba hubungi asisten suami ku namanya Restu. " kata ku meminta tolong Rafi.

" Iya. Nanti aku hubungi suami kamu. Sekarang jangan banyak bicara ya. Semoga semua baik-baik saja. " ujar Rafi menenangkan ku.

" Maafin aku ya, Raf. Kamu jadi bertengkar sama Ranti. " aku merasa bersalah karena aku, Rafi dan Ranti bertengkar.

" Jangan memikirkan Ranti. Harusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan ke kamu. " katanya dengan ekspresi yang sulit ku mengerti.

" Jangan membenci Ranti. Dia hanya dalam keadaan emosi. Tolong perbaiki hubungan kalian. Aku nggak mau sampai kalian gagal nikah hanya karena aku. " ucap ku sebelum akhirnya semua terasa gelap.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang