💕ENAMPULUHSEMBILAN💕

253 14 0
                                    

Selama tiga hari aku di rumah sakit, Bunda dan Mamah mertua setiap hari gantian menjaga ku. Biasanya jam tujuh pagi Mamah sudah datang dan menemani ku sampai siang. Sementara Bunda datang jam dua siang sampai jam delapan malam. Barulah malam nya giliran suami ku. Sebenarnya kasihan juga aku dengan mas Adithya, karena jarak antara rumah sakit tempat aku di rawat dengan rumah sakit tempat dia itu lumayan memakan waktu. Rumah sakit suami ku berada di daerah Jakarta Selatan, sementara rumah sakit tempat aku di rawat berada di daerah Jakarta Barat.

Hari ini aku sudah boleh pulang. Tadi dokternya bilang kalau aku masih nggak boleh terlalu capek, dan nggak boleh angkat barang yang berat karena takutnya jahitannya lepas. Kontrol lagi minggu depan di jam sepuluh pagi. Obatnya harus di minum sampai habis. Aku mengucapkan terimakasih pada dokternya. Bunda sudah merapihkan pakaian ku ke koper. Sementara Mamah sedang mengurus administrasi bersama Mira. Yang tanya suami ku kemana, dia nggak bisa jemput aku siang ini karena ada operasi mendadak.

Setelah semua sudah siap aku turun dari ranjang pasien dan jalan dengan perlahan menuju kursi roda. Rasa nyeri nya masih terasa banget. Sampai di kursi roda, aku langsung duduk. Lalu Mamah yang dorong kursinya dengan di temani Bunda. Sementara Mira yang membawa koper milik ku. Sampai di lobby halaman rumah sakit, mobil Mamah sudah ada dan aku dengan perlahan masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan aku hanya diam saja. Mas Adithya ternyata sudah titip pesan ke Bunda, kalau aku pulangnya harus ke apartemen. Padahal aku sudah bicara sama dia, mau nginep di rumah Bunda. Tapi nggak di izinkan. Perjalanan dari rumah sakit menuju apartemen butuh waktu hampir dua jam. Tiba di lobby luar apartemen, aku kembali menggunakan kursi roda menuju unit ku dengan di bantu oleh Mira. Sementara Bunda dan Mamah mau ke supermarket dulu.

" Mir, kamu nanti setelah antar saya ke kamar langsung saja makan siang ya. Minta sama ibu Meta. " perintah ku.

" Iya, Mbak. " katanya.

Akhirnya sampai juga di kamar. Aku langsung rebahan di atas tempat tidur. Sebelum Mira keluar dari kamar, aku memintanya untuk mengambilkan Iphone ku dari dalam tas.

" Ini mbak, handphone nya. " Mira menyerahkan Iphone nya kepada ku.

" Makasih ya. " aku mengucapkan terimakasih.

" Kalau butuh sesuatu panggil saya saja ya mbak. Bapak tadi pesan ke saya untuk jaga mbak sampai beliau pulang. "

" Nggak usah. Lagian ada Ibu Meta. Bukannya nanti malam waktunya kamu yang jaga ibu di rumah sakit? "

" Iya, mbak. Tapi tadi pagi sudah bilang ke adik saya untuk izin nggak masuk kerja. Jadi saya bisa fokus mengurus mbak Hanna. "

" Kamu nggak lihat saya sudah lebih sehat. Lagian juga ada Bunda sama Mamah yang temani saya hari ini. Kesehatan ibu kamu lebih penting. Tenang saja gaji kamu bulan ini nggak akan saya potong walaupun banyak izin. Nanti saya bicara sama Bapak ya. Kalau nggak kamu ambil cuti saja dulu agar bisa fokus sama pengobatan ibu. "

" Nanti saya pikirkan lagi. Terima kasih mbak atas perhatian dan pengertian mbak Hanna sama saya dan ibu. "

"Sama-sama. Pikirkan ya dan segera kasih kabar ke saya. "

" Iya, mbak. Kalau begitu saya pamit. "

Mira keluar dari kamar ku dan kini tinggalah aku sendiri. Aku mengerti apa yang di rasakan oleh nya saat ini. Ibu nya sakit kanker rahim stadium dua. Aku sering kali melihat asisten ku ini diam dan melamun. Aku tahu dia pasti membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengobatan ibu nya. Tapi disisi lain dia juga sering mengkhawatirkan kondisi kesehatan ibu yang naik turun. Nanti aku akan bicara dengan mas Adithya untuk mencari solusi untuk asisten ku ini.

Saat aku baru mau chat Nadira, ternyata dia menelepon dan aku langsung mengangkatnya.

" Assalamualaikum, Nad. " sapa ku terlebih dahulu.

" Walaikumsalam. Han, maaf ya nggak bisa antar kamu pulang. " kata Nadira meminta maaf.

" Nggak apa-apa, Nad. Kamu lagi dimana? Kok ada suara mas Rizal. " tanya ku penasaran.

" Hari ini jadwal dia kosong jadi kamu ngerti kan kelakuan suami ku. " jawab nya dan aku tersenyum mendengarnya.

" Ya sudah kalau begitu aku nggak mau ganggu kamu sama suami. Nanti telinga ku jadi nggak suci lagi karena dengar suara desahan. " kata ku sambil tertawa terbahak-bahak.

" Nggak suci gimana? Kamu kan sudah perawan. Pasti sudah biasa mendengar suara desahan. " ujarnya lalu ikut tertawa juga.

Aku mendengar lagi suara mas Rizal memanggil Nadira. " Nad, itu kamu dipanggil suami. Lanjut nanti lagi ya pembicaraan kita. "

" Pengganggu banget nih suami ku. Han, aku mau kasih tahu siapa tahu minat. Kamu kan hobby baca novel dan nulis. Coba deh download aplikasi Wattpad. Di situ kamu bisa menyalurkan minat dan bakat kamu, siapa tahu ada penerbit yang tertarik. "

" Aku pernah dengar aplikasi itu. Nanti aku coba download. Makasih ya informasinya. "

" Sama-sama. Di coba dulu ya. Sayang kan kamu punya bakat menulis. Apalagi sekarang kamu banyak di rumah kan. "

" Iya, Nad. Sekali lagi makasih banyak ya. "

" Ya sudah aku matiin ya. Mas Rizal sudah manggil terus. Bye Hanna. " Nadira mengakhiri teleponnya.

Atas saran dari sahabat ku, akhirnya aku memutuskan untuk mendownload aplikasi wattpad. Selain untuk hiburan juga aku bisa menyalurkan bakat dan hobby ku dalam menulis novel bergenre romantis. Aku langsung membuka Apple Store dan mencari aplikasi Wattpad. Setelah ketemu aplikasinya, aku langsung download. Selesai download aku langsung daftar dan selamat datang di dunia orange.

Saat aku sedang baca novel di wattpad, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ternyata Bunda dan Mamah sudah datang.

" Bunda ganggu istirahat kamu? " tanya Bunda sambil menghampiriku.

" Nggak kok. Bunda nggak ganggu. " jawab ku.

" Lagi apa nak? Mamah perhatikan kamu sedang serius lihat handphone. " kali ini Mamah yang bertanya.

" Lagi baca novel Mah di Wattpad." Jawab ku pada Mamah.

" Mamah dan Bunda sudah makan siang? Ini sudah jam satu siang. " tanya ku sambil melihat jam dinding.

" Tadi kita sudah makan di restoran dekat supermarket. " jawab Bunda dan Mamah berbarengan.

" Ya sudah kalau sudah makan siang. Tadinya Hanna mau minta Ibu Meta untuk menyiapkan makan siang. "

" Kamu yang belum makan siang. Biar Mamah bilang ke Ibu Meta untuk menyiapkan makan siang untuk menantu kesayangan. "

" Makasih ya, mah. Maaf merepotkan. " aku tersenyum pada beliau.

Mamah keluar dari kamar dan kini hanya aku dan Bunda. Beliau menatap ku dengan raut wajah sedih kemudian dia mengelus kepala ku yang nggak tertutup hijab. Aku bisa merasakan apa yang menjadi kegelisahan beliau. Mas Adithya pasti sudah menceritakan kejadian sebenarnya sampai aku bisa masuk rumah sakit pada Bunda.

" Kalau ada masalah, jangan kamu pendam nak. " bisik Bunda di telinga kanan ku. " Ini terakhir kalinya wanita itu melukai anak Bunda. Untuk selanjutnya nggak ada kata maaf lagi. " 

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang