" Dok, semua sudah siap. " kata perawat yang datang ke kamar dan melapor pada mas Adithya.
" Sayang, kita ke ruang operasi ya. Semua akan baik-baik saja. " ucap suami ku.
" Aku takut mas. Bisa nggak mas ikut aku ke dalam ruang operasi? " tanya ku.
" Nanti mas tanya dokter Septian. Kamu tenang ya. Nggak lama kok proses kuretnya. Kurang lebih setengah jam. Nanti kamu di bius total. " jawab nya menjelaskan.
Aku menganggukan kepala tanda mengerti. Setelah itu aku di bawa menuju ruang operasi oleh beberapa perawat rumah sakit dan tentu saja suami ku. Aku terus memegang tangan kanan nya untuk berusaha menguatkan diri. Sampai di ruang operasi, dokter septian sudah ada dan menyapa kami. Mas Adithya langsung meminta izin untuk mendampingi ku. Beruntung dokter Septian mempersilakan. Suami ku langsung keluar untuk mengganti pakaian.
Aku meminta dokter anestesi nya untuk jangan dulu melakukan pembiusan. Aku mau tunggu sampai mas Adithya datang dan berada di samping ku. Dokter Septian mengajak ku bicara dan berusaha menenangkan ku yang masih menangis. Nggak berapa lama kemudian suami ku sudah datang dan bilang pada dokter anestesi untuk memulai pembiusan. Mas Adithya menghapus air mata ku dan berkata semua akan baik-baik saja.
Mas Adithya meminta pada dokter anestesi nya untuk melakukan bius total. Tapi sebelum itu dokter Septian meminta ku untuk memposisikan kedua kaki terbuka dan diangkat ke atas tempat menyimpan kaki. Aku masih memegang tangan suami ku. Lalu dokter anestesinya memasangkan masker khusus dan aku di minta untuk menghirup nya lewat hidung. Lalu nggak lama kemudian aku mulai merasa ngantuk dan setelah itu semua menjadi gelap.
*****
Aku nggak tahu berapa lama aku tertidur, namun setelah bangun aku merasa pusing dan mual. Mungkin efek samping dari obat bius nya masih terasa oleh ku. Aku memperhatikan ruangannya dan di samping ku ada beberapa tempat tidur yang sama seperti aku pakai saat ini. Hanya ada 3 pasien di ruangan ini dan itu sudah termasuk aku. Mungkin ini yang pernah di bilang sama suami ku kalau ada ruang pemulihan atau perawatan sebelum kembali masuk ke ruang rawat inap.
Nggak lama kemudian ada perawat perempuan yang datang menghampiriku dan tersenyum. Aku langsung menanyakan dimana suami ku berada. Perawat itu bilang kalau mas Adithya sedang keluar dengan asistennya. Sebentar lagi akan kembali. Aku di minta untuk istirahat kembali.
Tapi aku nggak mau istirhat kalau belum bertemu suami ku. Aku terus menunggu hingga akhirnya aku mendengar suara suami ku yang menyapa perawat, lalu dia menghampiri ku.
" Sudah bangun sayang? " tanya nya.
" Sudah. " jawab ku. " Sampai kapan aku ada di ruangan ini mas? "
" Sebentar lagi. Sabar ya sayang. " katanya sambil tersenyum.
Benar saja nggak lama kemudian aku di bawa oleh beberapa perawat dan suami ku menuju ruang rawat inap. Sampai kamar aku cukup terkejut karena sudah ada Bunda, Mamah dan Kinan. Aku berusaha tersenyum di depan mereka. Walaupun sebenarnya hati aku terluka. Kehilangan anak yang belum lahir ke dunia ini adalah suatu pukulan untuk ku. Kehadirannya yang baru saja ku ketahui dan itu membuat ku bahagia. Tapi nggak lama kemudia dalam hitungan jam kehadirannya berubah menjadi kehilangan untuk selama-lamanya.
" Kakak harus kuat ya. Mungkin ini yang terbaik. " kata Bunda sambil mengelus kepala ku.
" Sabar ya. Insya Allah nanti ada gantinya. Mamah pernah mengalaminya. Jadi jangan sedih. " Mamah memberikan kekuatan pada ku sambil memegang tangan ku.
" Kak, Jangan sedih lagi. Jelek tahu. Nanti pasti di kasih lagi yang lebih baik dan lebih sehat. " hibur Kinan lalu tersenyum padaku.
" Tenang sayang. Kata dokter Septian sudah bersih dan satu minggu lagi sudah bisa main lagi. " ujar suami ku dan itu membuat seisi ruangan tertawa.
" Dasar mesum. Istrinya habis keguguran bisa-bisanya kepikiran hal itu. " ucap ku pelan.
" Tunggu sampai istri kamu pulih dulu. Kasihan rahim menantu Mamah. "
" Adithya sudah konsultasi dengan dokter Septian. Jadi Mamah nggak perlu khawatir. Untuk selanjutnya mas nggak akan kecolongan lagi. "
" Harus itu. Makanya kamu jangan terlalu sibuk sama pekerjaan. Baru nikah bukannya bulan madu malah sibuk kerja. Mamah minta setelah Hanna sembuh kamu ajak jalan-jalan. Kita kan punya Villa di Bali. Deket lagi ke pantai. Bagus untuk menenangkan diri. "
" Iya. Mamah tenang saja. Ini lagi di atur ulang jadwal kerja nya oleh Restu. "
" Kamu itu sama kayak Papah. Sibuk kerja terus. Mamah nggak mau tahu ya. Kamu harus bisa bahagiakan istri kamu melebihi Papah yang membahagiakan Mamah. "
" Berat banget permintaan Mamah. "
" Jangan membatah. Laksanakan saja. Membuat istri bahagia, kamu akan mendapat pahala. "
" Sudah mbak, jangan terlalu di tekan anaknya. Hanna itu sabar dan kuat. Aku sangat tahu karakter anak ku ini. Insya Allah dia taat sama anak mbak. "
" Iya. Tapi tetap saja anak ku perlu di ingatkan. Soalnya persis kayak Papah nya. Workaholic banget. Kalau nggak di ingetin bablas."
Mas Adithya hanya tersenyum saja. Sementara aku masih diam dan yang ada dalam pikiran ku saat ini adalah rasa kehilangan anak yang masih belum bisa aku terima. Sebenarnya aku hanya ingin sendiri tapi itu nggak mungkin. Mas Adithya ternyata nggak membiarkan aku sendiri dan dia menghubungi kedua orang tua dan adik ku untuk menemani sekaligus menghiburku.
Belum lagi rasa nyeri dan kram masih aku rasakan paska kuret tadi. Seandainya kemarin aku mendengar ucapan Nadira dan Kinan untuk melalukan test pack pasti nggak mungkin terjadi seperti ini. Penyesalan selalu datang terlambat. Tanpa terasa aku meneteskan kembali air mata ku. Aku belum bisa menerima kenyataan ini.
Aku kembali menangis dan menjerit hingga semuanya panik. Aku nggak bisa membohongi diri, kalau aku nggak baik-baik saja. Mas Adithya meminta izin pada Bunda untuk menggantikannya duduk di samping ku. Dia langsung memeluk ku dan berusaha menenangkan ku.
" Anak kita mas. Anak kita sudah nggak ada. " kata ku sambil menangis dalam pelukannya.
" Iya. Anak kita sudah kembali pada sang pencipta. Sudah ya, ikhlaskan. " ucap nya pada ku.
" Maafin aku mas. Seandainya aku melakukan test pack lebih awal pasti nggak akan seperti ini. "
" Ikhlas kan sayang. Jangan kamu menyalahkan diri lagi. Mas di sini juga salah. Mas terlalu sibuk kerja sampai kamu hamil pun mas nggak sadar. "
" Ini salah aku mas. Semua salah ku. Aku nggak bisa menjaga anak kita. Aku kehilangan dia mas. Aku kehilangan anak ku. " Aku menjerit kencang dan setelah itu aku nggak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...