Ilustrasi kamar tidur Hanna dan Adithya
Semalam, setelah satu jam aku minum obat kemudian suami ku benar-benar membangunkan ku hanya untuk makan bubur ayam. Setelah itu kembali tidur. Aku nggak tahu mas Adithya tidur jam berapa tapi yang pasti kita berdua sama-sama kelelahan setelah acara resepsi kemarin.
Aku terbangun karena bunyi dering telepon dari Iphone ku. Dengan malas aku mengangkatnya. Ternyata bunda yang menelepon ku. Aku terkejut saat bunda bilang kalau sekarang sudah jam sepuluh pagi. Aku langsung membuka gorden dan ternyata benar kata bunda. Aku kesiangan dan rasanya mau nangis karena nggak sholat subuh.
Bunda menanyakan apakah aku sudah sarapan dan aku menjawab belum. Lalu bunda bilang akan memesan kan sarapan pagi untuk ku dan mas Adithya. Setelah selesai bicara sama bunda, aku segera membangunkan suami ku dengan perlahan. Aku kecup keningnya, pipinya dan terakhir bibirnya.
" Sayang, bangun. Sudah jam sepuluh pagi. Kita nggak sholat subuh. "
Mas Adithya pun akhirnya bangun. Dia mengubah posisinya menjadi duduk lalu memeluk ku. " Maaf ya sayang. Mas ketiduran sampai kita nggak sholat subuh. Mas capek banget sampai semua badan rasanya pegel-pegel. "
" Sudah terjadi. Sama mas, aku juga pada pegel-pegel juga. Kita butuh panggil tukang urut nanti. "
" Nggak usah panggil tukang urut. Nanti kamu mas urut. Tapi nanti setelah kamu gantian mas yang di urut ya. "
" Urut beneran atau modus nih. "
Mas Adithya tersenyum sambil mencubit kedua pipi ku. " Kamu mau nya yang mana? Mas bisa semua. Apalagi urut bagian gunung kembar dan hutan rimba. Mas ikhlas melakukannya. "
" Itu sih maunya kamu mas. Pagi-pagi pikiran suami ku sudah mesum saja. "
" Ya nggak apa-apa. Sudah sah dan halal. Jadi gimana kalau pagi ini kita langsung saja lakukan pagi pertama bukan malam pertama? "
Aku langung melepaskan pelukannya lalu buru-buru ke kamar mandi. Nggak lupa aku kunci pintunya. Aku sempat mendengar suami ku yang tertawa terbahak-bahak. Aku masih belum siap melakukan itu. Padahal cepat atau lambat aku dan mas Adithya akan melakukan malam pertama. Tapi nggak dalam waktu minggu ini atau entahlah sampai aku benar-benar siap melakukannya.
Ilustrasi kamar mandi hotel
Aku berdiri di depan cermin sambil menatap diri ku yang terlihat berantakan, ciri khas orang bangun tidur. Lalu aku menyalakan keran wastafel dan membasuh wajah ku dengan air. Rasanya segar sekali. Aku melakukannya beberapa kali. Setelah itu aku mematikan keran nya dan kali ini aku membetulkan rambut ku yang berantakan dengan mengikat kembali dengan ikatan rambut.
Aku duduk di ujung bathtub lalu menyalakan keran air dingin terlebih dahulu baru air panas. Rasanya aku ingin berendam untuk menghilangkan rasa lelah ku. Sambil menunggu air penuh, aku mendengar suara pintu kamar mandi di ketuk dari luar. Awalnya aku menghiraukannya tapi karena suami ku terus mengetuk dan memintaku untuk membukannya, akhirnya dengan terpaksa aku membukakan pintu nya yang sengaja ku kunci dari dalam.
Saat aku membuka pintu nya, aku di buat kaget oleh suami ku. Bagaimana nggak kaget dia masuk ke dalam kamar mandi tanpa menggunakan sehalai pakaian satu pun. Kali ini aku bisa lihat dengan jelas dada nya yang bidang serta burung perkututnya yang bikin aku langsung membuang muka.
" Astaga, mas. Kamu sudah nggak waras ya. " kata ku kesal.
" Aku masih waras kok. " ucap nya dengan santai.
" Mas mau apa ke sini? " tanya ku.
" Mandi bareng sama istri mas yang cantik ini. " jawab suami ku dan itu bikin aku tambah emosi.
Pintu kamar mandi di tutup dan di kunci olehnya. Lalu tangan kanan ku di pegang oleh nya. Dia menarik ku untuk ikut dengan nya masuk kedalam bathtub yang sudah setengah terisi. Aku sempat menolaknya tapi suami terus memaksa ku untuk ikut berendam bersamanya. Aku beruntung bathtub di hotel ini cukup luas, jadi aku dan suami ku duduk berdampingan.
Dia merebahkan tubuhnya pada sandaran bathtub. Sementara aku masih duduk sambil berpikir apa yang harus aku lakukan saat ini. Lima menit berlalu dan kami masih saling diam hingga tiba-tiba mas Adithya mengangkat tubuh ku untuk duduk bersamanya. Kini posisinya aku di depan suami ku. Dia melingkarkan tangan nya ke perut ku lalu mendekap tubuh ku.
Aku bisa merasakan ada yang mengganjal dari arah belakang tubuh ku saat suami ku memeluk. Lalu tangan mas Adithya satu persatu membuka kancing baju piyama tidur ku. Aku menahannya tapi dia tetap melanjutkan. Dia berusaha merobohkan pertahanan ku dengan cara mencium tengkuk ku dan tangan satu nya lagi menyentuh salah satu gunung kembar ku.
" Mas, Jangan. Aku belum siap. " kata ku dengan nada suara serak.
" Kamu tenang saja. Kita nggak akan melakukan hal yang belum kamu siap. Anggap saja ini pemanasan awal. Jangan menolak permintaan mas. " ujar nya bebisik di telinga kiri ku. Lalu dia gigit kuping ku dengan lembut. Aku sempat mendesah karena nggak tahan dengan sentuhan yang diberikan oleh nya.
" Mas...,"
" Nikmati saja apa yang mas lakukan. "
Setelah itu baju piyama ku terbuka dan mas Adithya melepaskan dan membuangnya ke sembarangan tempat. Setelah bagian atas yang di buka, kini giliran celana piyama ku yang jadi korbannya. Dia buka dan lempar lagi. Tinggalah aku menggunakan pakaian dalam. Aku merasa malu sekali.
" Mas buka ya? "
" Jangan mas. "
Tapi lagi-lagi mas Adithya lah yang lebih dominan. Tangannya melepaskan dalaman ku baik yang di atas maupun bawah. Ingin rasanya aku memarihinya tapi itu nggak bisa aku lakukan karena aku pun mulai nggak waras seperti suami ku. Setiap sentuhan yang di berikan oleh mas Adithya membuat ku mendesah penuh kenikmatan.
Lalu dia membalikkan posisi ku. Kali ini aku menghadapnya. Sementara itu burung perkutut milik suami ku mulai terasa di hutan rimba milik ku. Burung perkututnya terasa keras saat bergesekan dengan milik ku. Tangan kanan nya menyentuh salah satu gunung kembar ku. Dia pijat gunung itu lalu di akhiri dengan bagian puncak ku di tarik hingga aku mendesah hebat.
Sementara tangan kirinya menyentuh area hutan rimba ku. Dia masukkan salah satu jarinya ke dalam hutan rimba, memang nggak terlalu dalam karena dia nggak mau merusak segel yang ku miliki. Belum sampai di situ, mas Adithya mengulum salah satu puncak gunung kembar ku yang mengganggur.
Semua terasa begitu sempurna. Sentuhannya baik dibagian gunung kemabar, hutan rimba dan kulumannya membuat ku merasa ada di puncak dan untuk pertama kalinya aku merasakan pelepasan yang begitu nikmat dan belum pernah aku rasakan seumur hidup ku. Mas Adithya tersenyum melihat ekspresi ku saat aku mencapai puncak.
" Nikmat bukan. Ini belum seberapa sayang. " katanya sambil mencium kening ku. Aku hanya tersenyum dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomantikBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...