29

2.1K 262 7
                                    

Rosé masih terisak dan menggenggam kerah baju Nicholas. Takut jika Nicholas beranjak barang sejengkal pun dari sisinya. Sedangkan Nicholas terus-menerus berusaha untuk menenangkan Rosé yang masih terisak.

Sekarang sudah jam 12 malam, dan mereka belum tidur, tadi Rosé terbangun pada jam 11, sudah sejam Rosé tak berhenti menangis. Dan Nicholas benar-benar ingin membunuh klan yang tiba-tiba saja mengajak untuk rapat. Dimana rapat penting seperti ini sama sekali tak boleh di wakilkan oleh siapapun.

"Sayang... Berhenti menangis. Kumohon."ucap Nicholas untuk ke sekian kalinya, Rosé masih tak mendengar ucapan Nicholas. Nicholas bangun dari tidurnya yang membuat Rosé terkejut dan langsung ikut bangun.

Nicholas langsung mengangkat tubuh Rosé ke dalam pangkuannya. Ia memangku Rosé bak koala.

Nicholas mengusap wajah Rosé. Mata Rosé bengkak karena menangis, hidungnya memerah. Ugh meskipun begitu Rosé terlihat sangat lucu dimata Nicholas.

Nicholas melemparkan tatapan lembutnya, yang dimana hal itu sangat damai dimata Rosé. Dapat membuat hatinya tenang.

"Sayang, dengar baik-baik. Aku hanya pergi sebentar, oke? Setelah itu semua selesai, aku langsung kembali lagi kesini tanpa ada halangan seperti ini lagi"ucap Nicholas lembut, selembut mungkin.

"T-tapi, hiks.. kau sudah berjanji sebelumnya. A-apakah sepenting itu?"ucap Rosé, Nicholas mengecup hidung dan bibir Rosé.

"Maafkan aku  atas janji yang sudah ku langgar. Dan ya, kau benar. Ini sangat penting"ucap Nicholas, Rosé cemberut dan mengalihkan pandangannya dari Nicholas, ia tak ingin melihat wajah Nicholas.

Nicholas tersenyum melihat itu, Nicholas menyadari Rosé kesal padanya.

"Sayang... Heii, lihat aku"ucap Nicholas, Rosé masih setia tak menatap Nicholas dengan tangannya yang kini sudah tak memeluk Nicholas, melainkan melipatnya di depan dadanya.

Nicholas mengangkat tubuh Rosé untuk kembali tidur. Nicholas langsung mendekap tubuh kecil Rosé. Ia kemudian mengecup seluruh wajah Rosé.

"Sayang, kau harus tidur sekarang"ucap Nicholas, Rosé menggelengkan kepalanya cepat.

"Sayanggg..."ucap Nicholas mulai frustasi.

"Aku ingin ikut..."ucap Rosé dengan suara kecilnya. Tapi Nicholas masih dapat mendengar ucapan Rosé barusan.

"Apa kau bisa? Jika kau tidak ada pekerjaan, kau bisa ikut. Bahkan saat rapat kau bisa duduk di atas pangkuanku"ucap Nicholas bersungguh-sungguh, Rosé menggigit bibir bawahnya, membayangkan berada di ruang rapat dimana Nicholas akan menjadi sangat panas saat mulai berbicara serius dengan orang-orang yang ada di ruang rapat, ditambah ia membayangkan dirinya duduk di atas pangkuan Nicholas, dimana Nicholas tak peduli pada sekitarnya, yang terpenting dirinya ada di pangkuannya.

Ugh, itu pasti akan sangat panas.

Tapi cepat-cepat Rosé menampar pipinya sendiri, hal gila itu tak akan mungkin terjadi. Bagaimana jika ada yang mengenalinya? Kira-kira artikel gila apa yang akan muncul?

"Aku tak bisa..."ucap Rosé sedih. Ya, benar, pun juga Rosé punya banyak pekerjaan yang semakin hari semakin padat.

Rosé mencoba untuk tersenyum walaupun itu sangat sulit.

"Tapi baiklah, aku tak bisa melarangmu. Ini pekerjaan mu, sama seperti kau yang selalu mendukung bahkan menemaniku saat bekerja, seharusnya aku menemanimu seperti yang kau lakukan padaku, tapi maaf aku tak bisa"ucap Rosé dengan raut wajah yang sedih lagi di akhir ucapannya.

Nicholas langsung merasa lemas melihat sikap Rosé yang harus berpura-pura baik-baik saja di hadapannya.

"Sayang, jangan seperti ini, ku mohon. Aku tak apa-apa jika kau tak bisa menemaniku bekerja, dan aku menemanimu bekerja karena aku mau, dan aku suka. Aku tak mengharapkan balasan timbal balik padamu. Selama kau baik-baik saja, sehat, dan melakukan apa yang kau suka. Itu sudah lebih dari cukup untuk ku"ucap Nicholas, Rosé langsung mengecup bibir Nicholas sekilas.

𝔽𝔸𝕃𝕃𝕀ℕ𝔾 [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang