67

1K 183 33
                                    

Nicholas menghela nafasnya dalam-dalam, untuk tetap menjaga agar dirinya tetap sadar. Darah dari kepalanya terus mengalir, Nicholas mencoba untuk dapat berdiri.

Ia mencari-cari ponselnya berada, untuk menghubungi Rosé, setidaknya dia masih bisa berbicara pada perempuan itu, karena ia tak yakin kali ini akan selamat.

Untungnya, ponselnya masih utuh, tak sampai hancur.

Nicholas sangat bodoh karena masih meremehkan ucapan musuh-musuhnya, tak mendengar nasihat-nasihat yang Rosé katakan padanya. Nicholas menyesal, sangat menyesal.

Dia sudah mulai kesulitan untuk bernafas, dan yang paling ia harapkan adalah, Rosé menjawab panggilannya. Mungkin dengan mendengar suara perempuan itu untuk terakhir kalinya membuatnya merasa sedikit tenang.

Panggilan itu akhirnya terjawab, tapi Nicholas semakin kesulitan untuk bernafas.

"Helooo?? Nicholas? Ada apa? Tadi kau bilang masih sibuk. Apakah pekerjaan mu telah selesai?"suara indah itu membuat hati Nicholas remuk. Matanya langsung berkaca-kaca. Ia sungguh tak rela untuk meninggalkan perempuan itu, dan ia juga tak ingin, tapi sialnya, ia mulai sangat kesulitan untuk bernafas.

Penglihatan Nicholas juga mulai memudar.

"R-rosie... A-aku mencin-- Aku sangat mencintaimu"ucap Nicholas terputus-putus, nafasnya tak beraturan. Sangat mudah menebak bahwa Nicholas sekarang sedang tak baik-baik saja hanya dengan mendengar suaranya.

Rosé disana langsung panik, air matanya langsung menetes mendengar suara Nicholas.

"NICHOLAS?!! APA YANG TERJADII, HEII?? NICHOLAS PLEASE..."teriak Rosé, ia sudah mulai terisak.

"Ma-maafkan aku..."ucap Nicholas, lalu menarik nafasnya dalam-dalam.

"Jika aku benar-benar sudah-- Mmhh... Sudah mungkin tak ada lagi, aku hanya ingin kau tau bahwa argh... Bahwa... Aku, aku sangat mencintaimu"ucap Nicholas susah payah, lalu tak ada lagi yang terdengar dari panggilan itu.

Membuat Rosé berteriak histeris. Ia meneriaki Nicholas lagi, tapi tak ada sahutan sama sekali. Rosé mulai menenangkan dirinya terlebih dahulu agar bisa berpikir jernih. Lalu ia memiliki ide, ia menyambungkan sambungan telefon ini pada Herri agar bisa melacak dimana keberadaan Nicholas.

Tak lama, Herri mengangkat telfonnya.
"HERRII!! TOLONG TEMUKAN NICHOLAS SEKARANG JUGAA... D-DIA MENELFONKU, DENGAN KEADAAN YANG KACAU, SEPERTI KECELAKAAN ATAU SEMACAMNYA... LALU---"Rosé menghela nafasnya karena dia berteriak sambil menangis.

"Lalu... Sekarang dia sudah tak bersuara lagi, aku menyambungkan panggilan ini padamu, agar kau bisa melacaknya"ucap Rosé, sama sekali tak memberikan Herri waktu untuk membuka mulutnya.

"Ya Nona, aku akan segera melacaknya"ucap Herri

"Tolong temukan dia... Kabari aku jika dia sudah kau temukan. Aku akan mencari penerbangan sekarang juga"ucap Rosé

"Baik"ucap Herri.

Rosé dengan cepat bersiap-siap tanpa mematikan sambungan telfon nya. Rosé tak peduli dengan jadwal apapun sekarang, yang terpenting ia harus terbang ke Milan sekarang juga, untungnya, dia masih berada di Paris, dan mereka baru saja menyelesaikan konser, hanya ada jadwal individu saja.

Rosé mengusap air matanya kasar, suara kesakitan Nicholas mengucapkan kata cinta seolah-olah ucapan itu adalah kata-kata terakhir yang keluar dari mulutnya membuatnya sangat terpukul.

Melihat sedikit luka di tubuh Nicholas saja sudah membuat Rosé sakit hati, apalagi mendengar suara Nicholas tadi. Rosé berusaha sekuat tenaga agar bisa mengontrol dirinya, tapi pertanyaan-pertanyaan staffnya yang membuat dia memakan waktu lama membangkitkan emosi Rosé.

𝔽𝔸𝕃𝕃𝕀ℕ𝔾 [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang