Azel berhenti di depan restoran. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Karena Allen cepat sekali jalannya. Ternyata Allen sedang bicara dengan salah satu pelayan di resto. Langsung saja Azel menemui Allen.
"Maaf kak. Aku boleh bicara sebentar dengan kakak, tidak?" Azel menatap Allen dengan mendongak ke atas. Karena postur tubuh Allen yang lebih tinggi di atasnya.
"Mengenai apa?" Allen membalas tatapannya. Namun, datar.
"Kak, punya Instagram?" Azel memberikan ponsel miliknya.
"Tidak."
"Punya Twitter?"
"Tidak."
"Kalau nomor telepon ada kak?"
"Untuk apa?"
"Untuk kita diskusi mengenai kerja sama kita, kak."
Allen memberikan kartu namanya. Azel menerima kartu nama itu yang membuatnya berbinar. Ia langsung mengantongi kartu nama itu. Azel tersenyum.
"Terima kasih, kak." Azel menunduk hormat.
Langsung saja Azel berhambur masuk kembali ke dalam meninggalkan Allen yang menatapnya pergi. Azel menemui Argen.
"Dari mana kamu?" Argen menatapnya kesal. Karena ia harus menunggu.
"Aku baru saja minta nomor telepon, kak Hansel." Azel menunjukkan kartu namanya dengan merasa dirinya sangat hebat. "Kita itu harus pintar dalam berbisnis kak. Masa cuma kak Hansel yang punya nomor Kak Allen." Tukasnya.
Argen menggelengkan kepalanya. "Terserah saja deh." Argen sudah lelah menunggu.
"Kok jadi kaya cewek begitu." Cibir Azel melihat Argen yang jalan duluan meninggalkannya.
☘️🌹☘️
Beberapa urusan yang dilakukan di Singapura hampir seluruhnya selesai. Sebenarnya sudah ada jadwal yang tertera yang mengharuskan Ryann dengan Hansel selesai selama tiga minggu lamanya di Singapura.
Namun, dengan sifat Ryann dan Hansel yang sama-sama kerja keras dan menyukai pekerjaan lebih cepat selesai dibandingkan mengulur waktu membuat semuanya lebih cepat seminggu dari yang seharusnya.
Sehingga waktu mereka di Singapura tinggal tiga hari lagi. Hansel dan Ryann menemui beberapa klien dan partner mereka yang berada di cabang Singapura.
Ada dua kali pertemuan lagi yang harus dilakukan. Hansel dan Ryann membagi pekerjaan. Hansel menemui direktur dari perusahaan Algo di restoran hotel yang telah ditentukan. Sedangkan, Ryann menemui direktur dari Perusahaan Terstera di kantornya langsung.
Ryann bersama dengan asisten pribadinya yang selalu ikut menemani sedari ia masih single hingga menjadi seorang ayah sekarang.
"Dion." Dion melihat kaca spion untuk melihat wajah tuannya.
"Menurutmu siapa yang tepat untuk melanjutkan posisiku?"
"Melanjutkan untuk posisi Presiden Direktur, tuan?" Dion memperjelas maksud Ryann.
"Hm."
"Tuan muda Hansel." Pilih Dion.
Ryann mengerutkan keningnya. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku jasnya.
"Kenapa?"
"Tuan muda Hansel lebih berpotensi mengerti semua kinerja perusahaan."
"Itu karena dia berada di posisi wakil ku, saat ini."
"Menurut saya, Tuan muda Hansel pilihan tepat untuk menjadi pewaris perusahaan."
"Tapi, dia tidak bisa berdiskusi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...