Hansel menaruh ponselnya. Ia melihat Selina yang sudah menunggu di sofa. Hansel menghampirinya dan duduk di sebelah Selina.
"Kamu suka makanan seperti ini?" Tanya Hansel
"Iya lumayan." Sebenarnya Selina sangat suka makan makanan seperti ini. Apalagi mpek-mpek.
"Habiskan saja kalau kamu mau."
"Kenapa? Kamu tidak mau? Kamu baru makan dua."
"Aku tidak terlalu suka. Tolong ambilkan aku anggur yang ada di dalam kulkas."
"Sebentar."
Selina langsung mengambilkannya. Lalu, kembali lagi duduk di sebelah Hansel. Hansel memakan buah anggur itu. Sedangkan, Selina menikmati mpek-mpek dan otak-otak yang ada di atas meja.
Semua makanan yang ada tentunya tidak sanggup langsung Selina habiskan. Jadinya, Selina menyimpan sisa makanan itu di dalam kulkas. Tinggal dihangatkan saja untuk besok pagi kalau mau dimakan lagi.
Selina melihat Hansel yang masih duduk di sofa sambil menikmati anggur dan menonton televisi. Selina duduk di sebelahnya.
Hansel menyodorkan kotak buah anggur kepadanya. Selina menggelengkan kepalanya. Ia kurang suka dengan yang namanya buah-buahan.
Hansel pun menyuapi Selina satu biji anggur. Selina menggelengkan kepalanya seraya menahan tangan Hansel.
"Coba." Katanya.
Selina terpaksa menerima anggur yang disuapi untuknya itu. Rasanya lebih ke manis tapi ada rasa asamnya. Ia kurang menyukainya. Selina langsung meminum segelas air yang ada di atas meja.
"Tidak tidur?" Hansel mengerutkan keningnya.
"Kamu masih duduk disini."
Hansel semakin mengerutkan keningnya. "Mau tidur di sofa?"
"Memangnya dimana lagi?"
"Di ranjang."
"B-berdua?" Tanya Selina ragu.
"Hm."
"Kalau tidak mau bagaimana?"
"Kita sudah menikah. Memangnya salah?"
Selina terdiam. Ia tidak ingin menjawab lagi. Selina pun langsung beranjak ke arah ranjang. Ia naik dan memasukkan tubuhnya ke dalam selimutnya.
Saat Selina mencoba untuk memejamkan matanya. Ia merasakan pergerakan di ranjangnya. Sudah pasti Hansel yang naik juga ke atas ranjang tepat di sebelahnya. Rasanya aneh sekali tidur berdua di satu ranjang yang sama. Meskipun sudah sah menjadi seorang suami. Rasanya sangat aneh.
"Tidurlah. Aku tidak akan memintanya malam ini."
☘️🌹☘️
Cahaya mulai masuk dari sela-sela gorden jendela hotel. Selina mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia pun bangun dan meregangkan otot-otot tubuhnya.
Melihat di sebelahnya masih ada mahluk besar yang masih terlelap dalam mimpinya. Ada rasa senang dan tenang tersendiri bagi Selina karena sikap Hansel sebelum dan sesudah menikah sangat berbeda.
Ditatapnya wajah pria tampan yang kini telah menjadi suami sahnya. Memanfaatkan kesempatan selagi pemilik wajah tampan sedang tidur.
Ternyata boleh juga. Batin Selina tersenyum.
Sebelum Hansel terbangun dari tidurnya. Selina segera bangkit dari tidurnya untuk mandi lebih dulu.
Di sisi lain. Seorang pria baru saja terbangun dari alam mimpi indahnya. Sedikit terukir sebuah senyuman di bibirnya. Melihat wanitanya yang telah ia temukan secara tidak sengaja dan entah beberapa minggu ini pergi kemana. Akhirnya, tetap kembali pada genggamannya.
Iya, dia Argen. Pria yang baru saja bangun dari tidurnya di atas ranjang yang sama dengan wanita yang masih tertidur pulas di sebelahnya.
"Sejauh apapun kamu pergi, sejak saat itu. Kamu sudah menjadi milikku, Re." Lirihnya. Tidak lupa dengan dikecupnya kening wanita cantik yang masih terlelap itu dengan lembut.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...