"Mengenai hasil pemeriksaan Tuan Ryann. Dari segi yang dialami Tuan besar merupakan beberapa gejala yang mulai muncul dari penyakit kanker yang tengah dialami." Jelas dokter yang telah memeriksa Ryann.
"Hah…" Anna beringsut lemas. Anna didekap oleh Hansel.
"Untuk saat ini Tuan Ryann masih belum sadar. Tetapi, kondisinya sudah mulai stabil." Lanjutnya lagi.
"Baik, dokter. Terima kasih." Ucap Azel ramah.
"Sama-sama, nona. Lebih jelasnya akan dijelaskan oleh dr. Fandy. Saya permisi." Dokter itu pun melenggang pergi keluar ruangan.
"Baik, sebelumnya saya mohon maaf atas keterlambatan hadir saya dan juga mengenai hasil biopsi yang akan keluar pada esok hari." Ungkapnya.
"Besok? Bukankah perkiraan dua sampai tiga hari?" Tanya Anna yang tidak percaya dengan perkataan dr. Fandy. Karena lebih lama dari perkiraan yang diberikan.
"Benar, nyonya. Maka dari itu saya mohon maaf. Karena hasil biopsi Tuan Ryann termasuk kategori sulit dan kemungkinan hasilnya akan menjadi lebih lama karena butuh diteliti lebih lanjut." Jelasnya.
"Baik, dokter. Kira-kira besoknya itu jam berapa ya? Besok berarti hari ini kan dokter? Karena sekarang sudah jam dua malam." Sela Azel.
dr. Fandy melihat jam tangannya. "Iya benar, nona. Akan saya infokan kembali mengenai jamnya."
"Baik, dokter. Terima kasih." Ucap Azel.
"Baik, kalau begitu selamat beristirahat tuan, nona dan nyonya. Saya permisi." Ucap dr. Fandy pamit keluar dari ruangan.
"Helen, temani daddy di ruangannya." Perintah Hansel.
Helena langsung keluar tanpa menjawab apapun. Azel menjadi merasa tidak enak. Ia merasa bersalah. Apa karena perdebatan yang terjadi pada waktu itu. Ia menjadi tidak tenang. Karena keadaan keluarga mereka yang menjadi renggang. Tidak hangat seperti biasanya.
"Azel, ikut aku." Hansel ingin Azel ikut dengannya membawa Anna untuk beristirahat di ruang VIP di rumah sakit.
☘️🌹☘️
Pagi hari Azel langsung berangkat ke toko roti karena ia mendapat kabar dadakan dari pihak admin toko.
Jadi, Azel yang seharusnya berada di rumah sakit ikut menemani ayahnya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Hanya saja Azel ada panggilan dari toko rotinya. Kalau ada yang ingin menanamkan modal di usahanya.
Sebagai pemilik Azel juga harus turut hadir untuk membicarakan lebih lanjut bersama Ibunda Ezra yang juga menjadi pemilik dari toko roti ini.
Setelah selesai dengan segala urusan toko rotinya. Ia tidak sengaja melihat sebuah map yang ada di atas mejanya. Yang dimana map yang diberikan oleh pujaan hatinya untuk kakaknya. Tetapi, Hansel malah berbalik menasehati seraya mengembalikan map tersebut.
Azel pun mencoba untuk membuka map itu. Demi melihat isinya karena penasaran. Di dalamnya terlihat sebuah kertas surat layaknya undangan akan kehadiran suatu acara formal. Ia pun membacanya dengan seksama tidak melewatkan satu kata pun.
Sedetik kemudian ia pun terkejut dengan sebuah note kecil yang membuatnya tersenyum lebar.
"Oh my god! Kenapa aku tidak membuka map ini sejak awal?!"
"Ternyata oh ternyata…, ya tuhan terima kasih sudah membantuku untuk menggerakkan hati salah satu ciptaan mu itu…"
"Ah…, tidak. Tenang, Azel ingat…, tahan tahan…, jangan lebay, oke jangan lebay."
"Stay cool and stay calm. Oke. Thank you." Azel tersenyum seraya memeluk kertas yang ia pegang.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...