Setelah bertanya dengan adik kandung dari pujaan hatinya. Setelah pulang dari tokonya. Ia langsung mengendarai mobil menuju tempat yang diberitahu oleh calon adik iparnya.
Setelah selesai memarkirkan mobilnya. Azel langsung masuk dan menuju pusat informasi.
"Maaf, saya mau tanya. Apa benar ada yang bernama Dokter Allen memiliki jadwal praktek di rumah sakit ini?"
"Iya benar, dokter Allen sebagai dokter spesialis anak di rumah sakit ini. Apa ibu ingin saya bantu untuk atur pertemuan pemeriksaan anaknya dengan dokter Allen?"
"Eh, tidak, tidak perlu. Bukan itu tujuan saya. Hm…, gimana ya…" Azel menjadi bingung sendiri. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tidak mungkin kan ia bilang ingin menemui Allen hanya karena ingin ketemu dan memastikan saja kalau Allen memang bekerja di rumah sakit ini untuk jadwal praktek sore malamnya. "Hm…, ya sudah nanti saja kalau begitu terima kasih ya." Azel dengan senyum ramahnya.
Azel pun berjalan keluar dari rumah sakit dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Rasanya malu sekali kalau ia harus menemui Allen sekarang. Bukankah kalau ia menemuinya sama saja terlihat banget kalau Azel sangat mengejar Allen.
Daripada berlama-lama di rumah sakit. Azel memutuskan untuk pulang saja. Tapi, setelah melihat seseorang yang sebelumnya ia cari. Ia mengurungkan niatnya untuk menginjak pedal gas.
Ia memperhatikan kemana Allen pergi. Azel melihat Allen menuju ke sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari keberadaan Azel sekarang.
Tidak lama mobil itu keluar dari parkiran dan Azel tentu saja tanpa berpikir panjang lagi langsung tancap gas untuk mengikuti mobil itu dari belakang.
Ia mengikuti Allen yang pergi ke salah satu cafe dekat rumah sakit. Tidak lama Allen keluar lagi dengan paper bag kecil. Azel kembali mengikuti Allen sampai titik tujuan selanjutnya yang berakhir di rumah sakit lagi.
"Lebih baik aku menunggu dia selesai praktek atau langsung masuk terus temui dia langsung atau…" Azel mengusap wajahnya bingung sekali dengan masalah cintanya ini. Tidak pernah ada kepastian. "Kapan-kapan sajalah ya. Nanti aku dikira genit lagi. Terus dia ilfeel. Ah, Jangan sampai seperti itu, aku tidak mau!"
Azel langsung memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Tanpa menunggu pujaan hatinya pulang praktek. Sebenarnya ia penasaran alasan Allen kenapa tiba-tiba bisa jadi dokter. Yang selama ini selalu ia temui di perusahaan menjadi pimpinan dari Gautama Group. Ia sudah bertanya kepada Hardan. Tetapi, Hardan sengaja ingin Azel yang bertanya langsung dengan orang yang bersangkutan.
☘️🌹☘️
"Dua minggu lagi kalian menikah, jadi jaga kesehatan kalian dan jangan keluar rumah dulu ya Selin, kamu belum lama ini operasi. Jadi, sebaiknya kamu ambil cuti." Ucap Anna menasehati.
"Baik, m-mom." Selina masih belum terbiasa dengan panggilannya untuk Anna yang memintanya untuk dipanggil 'mommy' sama seperti Hansel.
"Jangan kaku-kaku ya sayang, santai aja." Anna tersenyum lembut.
"Kalian menikah begitu cepat, pasti kalian juga belum mengenal dekat satu sama lain. Cobalah untuk makan bersama atau jalan berdua. Supaya setelah menikah bisa mengurangi rasa canggung kalian nanti." Jelas Ryann yang paham dengan kondisi hubungan anaknya. "Kalian atur saja waktunya. Kamu ajak saja Selin jalan-jalan berdua besok. Untuk perusahaan biar daddy yang handle." Ucap Ryann memberikan kesempatan pada anaknya.
"Tidak perlu. Kami sudah cukup mengenal satu sama lain." Tolak Hansel tidak setuju.
Anna melirik ke arah suaminya. Lalu, mendesah pelan. Memang anaknya yang satu ini keras kepala. Sudah punya pendiriannya sendiri dan mulai sulit untuk diberitahu.
"Cobalah satu hari saja. Besok kalian pergi ke mall cari baju atau makan berdua, bisa juga cari perhiasan untuk Selin. Setelah itu kalian istirahat menyiapkan diri untuk hari pernikahan nanti." Timpal Anna membantu membujuk kedua calon pengantin di hadapannya ini.
"Aku si–"
"Sudah daddy bilang tadi, perusahaan biar daddy yang handle!" Potong Ryann langsung. Ia tahu apa yang akan dikatakan oleh anaknya. Hansel akan menggunakan alasan sibuk bekerja yang sebenarnya masih ada Ryann yang sanggup untuk menggantikan sementara.
Selin memegang tangan Hansel. Menahan Hansel untuk bicara lagi yang pastinya ingin membantah. "Baik, mom, dad. Besok kami coba untuk jalan berdua." Ucap Selin tersenyum ramah.
Dalam hatinya Selina kesal sekali dengan Hansel. Sudah terlihat jelas rahang Ryann yang mengeras. Dokter pun juga bilang untuk mengontrol emosi karena tidak baik untuk kesehatan saat jadwal kontrol ke rumah sakit kemarin kepada ayah mertuanya.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...