Dalam kamar ia berdiri tepat di depan cermin. Melihat jam miliknya yang memperlihatkan jarum jam terus berputar. Tanpa beristirahat ia langsung berganti baju dan bergegas pergi lagi ke suatu tempat.
Hansel melihat Azel yang masih mengambil oleh-oleh miliknya depan pintu kamar. Tanpa mengatakan apapun ia lanjut melenggang pergi menggunakan mobilnya sendiri. Tidak dengan seorang sopir ataupun pengawalnya.
Azel melihat sekilas kakaknya yang pergi lagi. Dengan begitu membuat muncul pikiran terhadap kakak laki-laki pertamanya yang sangat sibuk.
"Terima kasih, tolong taruh koper kakak dalam kamarnya ya." Ucap Azel kepada pengawal Hansel.
"Baik, nona." Pengawal itu menundukkan kepalanya hormat dan melakukan tugasnya.
Sesuai niatnya hari ini, Azel ingin jalan-jalan di hari libur bekerja. Sebelum itu ia harus menyimpan coklat-coklat miliknya ke dalam kulkas. Barulah ia pergi.
Diperjalanan Azel belum menemukan sesuatu yang sedang ia cari. Sampai akhirnya ia menemukannya. Butuh waktu karena apa yang ia cari sedang berjalan di sepanjang jalan raya untuk mendapatkan penghasilan.
Azel memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Segera ia temui anak kecil yang pernah ia beli rotinya.
"Hai! Kamu masih ingat kakak tidak?" Sapa Azel.
"Hai, juga kak! Aku ingat sama kakak yang borong roti aku kan?" Anak itu tersenyum senang melihat kedatangan Azel.
Azel terkekeh mendengarnya. "Iya, kamu benar. Aku mau ngobrol sama kamu. Kamu mau? Sambil makan es krim, yuk!" Ajak Azel.
"Boleh, kak. Tapi, rotinya bagaimana, kak?"
"Tenang, hari ini rotinya kakak beli semuanya lagi ya."
"Oke kak."
Anak itu pun mengikuti Azel masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju menuju tempat yang dituju.
"Oh iya, boleh aku tahu siapa nama kamu?"
"Nama aku Ezra, kak. Nama kakak siapa?"
"Nama aku Arazella, panggil saja aku Kak Azel ya."
"Oke Kak Azel."
Azel merasa senang bisa membuat tersenyum Ezra. Tidak butuh waktu lama mereka pun sampai di salah satu mall. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam mall.
Mereka berdua duduk berhadapan di meja dimana tempat jual es krim yang menyediakan es krim favoritnya Azel. Ia membiarkan Ezra memilih rasa es krim secara bebas. Karena hari ini Azel ingin mengobrol panjang dengan Ezra.
"Sambil makan es-nya, kita ngobrol ya."
"Iya kak, terima kasih ya."
Azel tersenyum dan mengangguk.
"Kamu setiap hari jual roti ya?"
"Iya kak, aku bantu ibu untuk jual rotinya."
"Oh, kamu bantu ibu kamu. Ibu kamu sekarang dimana?"
"Ibu juga sama kak, jual roti juga. Tapi, Ibu jual-nya di jalan satu lagi."
"Oh, begitu ya. Rotinya enak tahu." Azel tersenyum. "Ibu yang buat?" Tanyanya kemudian.
"Iya, kak. Ibu setiap pagi buat roti terus kalau sudah jadi dijual."
"Kamu bantu buat rotinya juga, tidak?" Goda Azel. "Atau cuma bantu jual saja?"
"Hehe…, aku tidak bisa buat rotinya, kak. Aku pernah coba tapi hasilnya jadi jelek. Akhirnya, tidak bisa dijual." Jawabnya malu-malu.
Azel terkekeh mendengarnya. Ia merasa lucu dengan bagaimana Ezra menjawab jujur pertanyaannya. "Tidak apa-apa. Namanya juga belajar buat roti, nanti juga pasti bisa. Tapi, ibu marah tidak sama kamu?"
"Tidak, kak. Ibu malah menertawakan hasil buatan roti aku."
Azel tersenyum. "Boleh kakak bertemu dengan ibu kamu?"
"Boleh, kak."
"Kalau gitu kita habiskan es krim kita dulu. Terus, kita beli bolu dulu ya untuk ibu kamu. Oke?" Azel memberikan telapak tangannya.
"Oke, kak." Ezra pun menepuk telapak tangan Azel. Dimana mereka sudah saling setuju.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...