Hari-hari berlalu…
Ryann yang dirawat di rumah sakit sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Karena kondisinya sudah mulai membaik. Hanya saja tetap harus minum obat yang sudah diresepkan oleh dokter.
Terutama tugas untuk Hansel. Tetap harus menjadi pendonor hati untuk ayahnya. Sampai hari ini Hansel belum mendapatkan pendonor yang cocok.
Sudah melalui orang suruhannya dan asistennya untuk mencarikan pendonor yang cocok. Namun, sulit sekali. Karena golongan darah Ryann yang termasuk sulit.
Hansel sudah memberitahu ketiga adik-adiknya. Agar pencarian pendonor bisa lebih cepat dan lebih mudah.
Meskipun relasi perusahaan mereka banyak mereka tetap saja kesulitan. Karena relasi perusahaan bahkan karyawan di perusahaan belum ada yang tahu mengenai penyakit Ryann.
Sampai akhirnya Ryann kembali drop dan dirujuk kembali ke rumah sakit untuk kedua kalinya. Beberapa gejala sudah mulai muncul. Hansel menjadi khawatir akan semakin parah gejalanya.
Dalam sebuah panggilan Hansel menerima laporan dari orang suruhannya.
📞
"Bagaimana sudah dapat calon pendonornya?"
"Kami sebenarnya sudah dapat yang cocok, hanya saja mereka tidak mau. Ada beberapa yang mau mendonorkan juga tapi tidak cocok, tuan muda."
"Baiklah. Aku minta laporan lagi secepatnya."
"Baik, tuan muda…"
"Jon! Jon! Kau sedang laporan ke tuan kan?! Beritahu tuan ada tiga orang yang mau donorin hatinya, tapi belum diperiksa! Ini orangnya lagi dalam tahap pemeriksaan." Hansel tidak sengaja samar-samar mendengar teriakan salah satu teman dari orang suruhannya itu.
"Tuan muda…, tuan muda…, apa masih tersambung?"
"Iya, kenapa?"
"Ada tiga orang lagi dalam tahap pemeriksaan. Mereka mau mendonorkan. Semoga ada yang cocok dengan tuan besar, ya tuan."
"Ya semoga saja. Kabari aku segera."
"Baik, tuan muda."
📞
Hansel sudah bisa sedikit lega dengan kabar terbaru yang diberikan secara tidak sengaja tadi. Walaupun begitu ia tetap tidak bisa tenang sebelum hasil dari tiga orang terbaru tadi belum keluar.
Hansel yang keluar sejenak untuk menerima telepon kembali masuk ke dalam ruang perawatan ayahnya.
"Mom, aku ke kantor dulu." Ucap Hansel karena sudah terlalu lama ia tidak datang ke kantor.
"Iya, hati-hati ya." Ucap Anna lesu.
"Hm."
Hansel pun keluar lagi dari dalam ruangan. Ia hanya ingin memantau kinerja karyawannya di perusahaan saja. Secepatnya ia akan kembali lagi ke rumah sakit.
☘️🌹☘️
Azel yang baru saja kembali dari toko rotinya masuk ke dalam ruangan. Menemui sang ibu yang masih setia menunggu ayahnya sadar dari masa kritisnya. Azel mengusap punggung ibunya berusaha menguatkan.
"Mommy sudah makan?" Tanya Azel melihat Anna yang lemas sekali. Seakan tidak ada semangat hidup.
Anna menggelengkan kepalanya. "Mommy tunggu daddy bangun dulu."
"Tapi, mommy juga butuh makan. Kita makan dulu ya? Aku bawain sate padang untuk mommy makan."
"Tidak, nak. Mommy mau menunggu daddy dulu. Mommy tidak tenang."
Azel tersenyum seraya menghela nafasnya. Ia senang sekali melihat ibunya bisa sangat setia kepada suaminya. "Mommy mau setelah daddy bangun, mommy sakit karena tidak mau makan?"
"Tapi, mommy tidak mau makan kalau daddy belum bangun, nak. Bagaimana nanti kalau daddy bangun tapi mommy lagi makan?"
"Makanya kita sekarang makan, mom. Setelah makan mommy istirahat dulu. Biar aku menggantikan menjaga daddy. Pasti mommy lelah kan?"
"Mommy mau menunggu daddy ba–"
"Iya nanti kalau daddy bangun, Azel kasih tau mommy ya."
Azel terus mencoba membujuk ibunya agar mau makan dan istirahat. Sampai akhirnya Anna menyerah dan mengikuti ucapan anaknya.
Azel pun bergantian menjaga Ryann. Belum ada tanda-tanda Ryann akan siuman. Tapi, dengan semua doa dari pihak keluarga dan orang tersayangnya berharap Ryann untuk bangun.
Ia juga berharap sang kakak dapat menemukan pendonor yang cocok untuk ayahnya secepatnya. Karena ia tidak mau melihat ayahnya terus-terusan terbaring di brankar rumah sakit ini.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Roman d'amour"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...