Beruntungnya Hansel dan Azel masih dapat mempertemukan dr. Fandy dengan ayahnya. Karena seharusnya dr. Fandy sudah dalam perjalanan menuju urusannya di luar kota.
Namun, karena satu dan lain hal. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Hansel. Selain itu juga dr. Fandy bekerja di rumah sakit milik mereka. Jadi, mau tidak mau dr. Fandy akan menyempatkan waktunya. Walaupun tidak banyak.
Karena tetap profesional adalah kuncinya. dr. Fandy meminta untuk tidak membuang waktunya. Dia ingin sampai di urusan selanjutnya sebelum waktu menjelang malam.
Saat ini mereka semua pun telah masuk dan duduk berhadapan dengan dr. Fandy di ruang dokternya. Sebelum ke hal yang lebih serius juga Ryann dengan dr. Fandy telah saling bersilaturahmi terlebih dahulu. Setelah sekian lama belum bertemu lagi.
"Baik, sebelumnya saya sudah mengetahui jenis kanker yang dialami oleh Tuan Ryann dari dr. Harry. Sekali lagi untuk memastikan, kepada Tuan Ryann bersedia untuk dilakukan Biopsi?" dr. Fandy memastikan bertanya langsung kepada Ryann.
Ryann yang sudah tahu semuanya apa yang sudah dilakukan oleh Hansel dan Azel sebelumnya dari semua yang sudah dijelaskan oleh Hansel di kantor tadi sebenarnya belum bersedia secara pasti.
Karena seperti yang Ryann tahu untuk melakukan Biopsi itu memiliki efek samping. Yang membuat Ryann ragu ialah ia tidak tahu apakah efek samping dari Biopsi itu akan terjadi pada dirinya.
Meskipun ia tahu kemungkinan terjadinya efek samping dari Biopsi itu masih di bawah sepuluh persen dari sekian banyaknya kasus.
"Menurut anda, bagaimana?" Tanya Ryann meminta pendapat dr. Fandy sendiri.
dr. Fandy menatap Ryann ragu. Ia paham dengan keraguan yang Ryann rasakan sekarang.
"Tuan dan Nona muda, sebelumnya sudah tahu guna dari Biopsi itu sendiri?" dr. Fandy beralih menatap Hansel dan Azel.
"Untuk memastikan diagnosis kanker dan mengetahui jinak atau ganasnya tumor, kan dokter?" Jawab Azel sesuai informasi dari dr. Harry pada saat itu.
"Benar. Dengan efek sampingnya, kalian sudah tahu itu juga, bukan?"
"Efek samping?" Hansel mengerutkan keningnya.
"Iya, untuk melakukan Biopsi ini ada efek samping yang harus diperkirakan. Seperti munculnya rasa nyeri dan kesemutan pada bagian dilakukannya biopsi."
"Rasa nyeri dan kesemutan masih bisa daddy tahan, kan dad?" Azel bertanya kepada ayahnya dengan hati-hati.
"Untuk itu masih bisa daddy tahan. Tapi, untuk penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lain. Daddy tidak tahu bagaimana dengan kedepannya nanti." Ungkap Ryann menjelaskan perlahan.
"Penyebaran? Kankernya masih bisa menyebar, dokter?" Azel sedikit terkejut. Namun, ia kondisikan.
"Benar. Ada efek samping lainnya untuk biopsi ini adalah penyebaran sel kanker. Tapi, perlu ditekan sekali lagi, dengan melakukan biopsi ini akan menjadi yang paling efektif untuk menentukan cara penanganan untuk ayah kalian."
Azel terdiam ia menoleh melihat sang kakak. Hansel juga terdiam ia tidak tahu ingin mengatakan apa.
"Dad, keputusan ditanganmu." Ucap Hansel.
Ryann menghela nafasnya. Sebenarnya ia takut untuk menjalani ini semua. Ia pun takut dengan dirinya sendiri setelah tahu ia didiagnosa mengidap kanker.
"Saya bersedia."
Mendengar jawaban sang ayah. Azel merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia menggenggam tangan Ryann.
"Azel sama Kak Hansel ada disini untuk daddy." Ucapnya dengan senyumnya menguatkan. Ryann mengangguk dan mengusap pucuk kepala anak perempuannya.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
_______________________________
Januari udah mau lewat nih..., kalian mau bilang apa untuk bulan Januari?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...