"Bagaimana kabarmu?"
"Baik."
"Baik, jawaban seperti biasanya."
"Bagaimana?"
"Orang tuaku sudah menentukan tanggal pernikahan. Tidak ada celah untuk mengubah keputusan mereka."
"Penolakan pihak wanita?"
"Aku menolak, warisan keluarga ancamannya."
Hansel menyeringai. "Warisan?"
"Warisan sudah menjadi hal penting di keluarga ku. Bukankah di keluargamu juga begitu?"
"Siapapun itu berhak memimpin sesuai pilihan pimpinan."
"Berarti, kamu tidak peduli posisi pimpinan diberikan kepada orang lain? Meskipun itu adikmu sendiri."
Hansel mengangguk. "Hidup tenang tanpa adanya hama."
Elle tidak menyangka Hansel akan masa bodoh dengan posisi pimpinan yang seharusnya diturunkan kepadanya sebagai putra pertama. "Hansel..." Panggilnya. Hansel mengangkat alisnya. "Pernikahan yang kita lakukan itu menyatukan dua hal." Tegasnya. "Dua pribadi dengan dua keluarganya." Jawabnya.
"Bukan."
"Bukan? Maksudmu? Posisi mu sebagai pimpinan perusahaan nanti dapat bantu aku untuk mendapatkan posisi penting di Grup Steel."
"Dua pribadi, dua keluarga, dua grup perusahaan."
"Pasti menguntungkan, bukan?"
Hansel mengangguk. Ia mengelap mulutnya dengan tisu. Lalu, memakai kembali jasnya yang digantung di belakang kursi. Ia berdiri dan hendak pergi. Namun, ia menatap Elle dahulu.
"Kamu ingin pernikahan yang menguntungkan?" Tanya Hansel sebelum pergi.
"Tentu. Memanfaatkan posisimu menguntungkan aku dapat posisi penting di Grup Steel dan aku akan menjadi menantu yang dibanggakan sebagai istrimu. Setidaknya, aku tidak akan membuatmu malu memiliki ku."
Hansel memberikan lembaran kertas. "Pernikahan ini akan menjadi pernikahan bisnis. Baca dan tandatangani."
Elle menerima itu. Hansel melenggang pergi meninggalkan Elle dengan lembaran kertas yang membuatnya bingung.
☘️🌹☘️
"Ayah..., sebenarnya keluarga Arthajaya menginginkan perjodohan ini atau tidak?"
Frederick mendongakkan kepalanya dari layar laptop. Melihat anaknya datang membuka pintu ruang kerja seenaknya dengan terlihat marah kepadanya.
"Begitukah sikap anak kepada orang tuanya?!" Tegur Frederick.
"Maaf ayah. Tapi, ayah harus lihat ini."
Elle memberikan lembaran kertas yang sebelumnya diberikan oleh Hansel. Frederick membacanya dengan seksama. Lalu, dikembalikan lagi kepada anaknya.
"Setujui saja permintaannya."
"What?! Ayah sudah baca semuanya, kan?" Elle menerima kembali lembaran kerta itu.
"Tidak ada yang akan merugikan dirimu dalam pernyataan disitu. Tentunya menguntungkan Grup Steel."
Elle tidak habis pikir dengan pemikiran ayahnya yang hanya memikirkan perusahaannya saja. Bukanlah kehidupan anaknya saat ini, begitu pula setelah menikah.
"Ayah baca bagian penekanan yang diberikan?"
"Ayah sudah baca semua, Elle."
"Lalu, ayah rela anaknya tidak diberi saham atas Arthajaya Group? Nol koma persen pun bahkan tidak ada."
"Elle!" Frederick meninggikan suaranya seraya memukul meja agar Elle terdiam.
"Apa yang kamu mau sebenarnya? Ayah sudah berusaha menjadikanmu sebagai menantu keluarga Arthajaya. Itu kan maumu? Sudah ayah turuti. Jangan serakah!"
Mata Elle berkaca-kaca. Ia menggelengkan kepalanya. Tidak mengerti dengan cara berpikir ayahnya. Mungkin saja ayahnya tidak mengerti dengan benar akan maksud dan keinginannya.
"Terserah ayah saja." Elle keluar dari ruang kerja sang ayah dengan perasaan kesal dan mata yang menahan tangisnya.
Elle masuk ke dalam kamarnya. Menjatuhkan diri ke atas ranjang. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan mengacak-acak rambutnya kasar.
"Bukan aku yang serakah! Tapi, ayah!" Teriaknya dalam kamar.
Dasar orang tua! Semakin tua semakin jadi pelupa. Bukan aku yang mau menikah sama dia, tapi ayah yang minta waktu itu. Batin Elle kesal dengan ayahnya sendiri.
Tok!, Tok!, Tok!.
Pintu kamar Elle diketuk. Elle segera merapikan dirinya.
"Permisi, nona. Nyonya memanggil anda ke ruangannya."
Elle menghela nafasnya. "Oke, terima kasih." Balas Elle dari dalam.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...