Notifikasi pesan masuk pada ponselnya.
Setelah dibaca setiap kata dan Kalimatnya. Azel senyum sumringah dibuatnya. Ia segera membereskan pekerjaannya di toko.
"Ibu, Ezra…, aku pamit duluan ya. Ada urusan penting banget. Oke?"
"Iya, nak. Pergilah. Tidak apa-apa."
"Pasti kakak mau bertemu kakak tampan, ya?" Terka Ezra yang tebakannya sangat tepat sekali.
"Ezra bisa saja. Tapi, kamu benar sih. Hahaha…, kakak pergi dulu ya. Doakan aku bisa dapetin hatinya." Ucapnya kepada yang lain sebelum jalan terburu-buru keluar dari ruangan khusus.
☘️🌹☘️
Azel berdiri menggaruk kepalanya yang rasanya bingung sekali ingin memakai pakaian apa. Karena malam ini akan menjadi malam spesial dan juga malam yang sebenarnya dinanti-nantikan olehnya.
Meskipun tidak terlalu banyak harapan. Tapi, kan kesempatan emas kapan lagi kesempatan ini akan datang. Setidaknya Azel sudah berusaha. Kalau memang sang pujaan hati menolak setidaknya ada rasa belas kasihan untuk Azel yang sudah mencoba.
Setelah setengah jam habis waktunya untuk memilih pakaian. Akhirnya pilihan tertuju pada sebuah dress warna navy dengan lengan sampai siku dan juga seukuran dengan lutut.
Tatanan rambut pun sangat Azel perhatikan. Azel membuat rambutnya bergelombang dan diikatnya sebagian di belakang.
Wajah ia rias sendiri yang cocok dengan wajahnya. Namun, tetap fresh dan natural kelihatannya.
"Perfect!" Azel menatap dirinya sendiri di cermin.
Sungguh tampil elegan dan menawan sekali Azel. Layaknya akan dinner romantis dengan seseorang. Yang pada nyatanya hanya akan makan malam dengan orang tuanya saja.
Karena Anna diundang oleh temannya untuk makan malam bersama di rumah mereka. Tentunya akan ada anak-anak mereka juga pastinya. Jadi, Azel tetap harus tampil yang terbaik.
"Semoga saja dia kepincut kan. Jadi, aku tidak harus buang-buang extra tenaga dan biaya untuk pakai jasa santet."
☘️🌹☘️
Azel keluar dari kamarnya. Ia menghampiri ibu dan ayahnya yang telah menunggu di bawah. Anna tersenyum melihat Azel yang merias dirinya dengan begitu sempurna.
"Ada yang kamu sukai diantara kedua anaknya?" Celetuk Ryann yang langsung tepat sasaran membuat senyum Azel yang sebelumnya merekah menjadi hilang.
"Memangnya kenapa kalau ada?" Tanya balik Azel kepada ayahnya.
"Mau daddy jodohkan dengan dia?" Tanya balik Ryann lagi dengan memberikan penawaran spektakuler.
Seperti dibantu oleh orang tuanya sendiri. Padahal Azel tidak memintanya. Tetapi bantuannya merupakan bantuan yang sangat Azel hindari.
"Tidak!" Tolak Azel langsung.
"Kenapa? Bukankah akan memudahkan kamu dalam mengambil hatinya?" Timpal Anna yang satu pemikiran dengan suaminya.
"Jangan, mom. Jangan! Nanti dia malah ilfeel sama aku. Biar aku saja yang urus."
"Baiklah. Dalam satu bulan kalian tidak menikah. Berarti Daddy turun tangan."
"Apa?! Tidak mau! Kak Hansel dulu, baru aku."
"Sudah ah, daddy-nya jangan gitu." Tegur Anna kepada suaminya sendiri yang terus menggoda anaknya sendiri. "Sekarang kita berangkat. Sebelum jalanan jadi macet. Kita mampir ke toko roti kamu dulu kan, nak? Teman mommy mau mini cake yang tadi siang sempat dia beli juga. Mommy dikirim fotonya yang ini." Anna menunjukkan foto kepada Azel.
"Yang itu ya, oke." Azel bersikap biasa saja.Meskipun rasanya sangat senang sekali. Karena inisiatif nya tadi siang membuahkan hasil. Karena ternyata calon ibu mertuanya suka dengan mini cake yang diberikan olehnya. Ia berpura-pura tidak tahu saja. Tetap santai di depan Anna.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...