Azel menemui sang kakak lagi setelah kali terakhir ia meminta untuk resign. Ia meminta izin terlebih dahulu dengan staf sekretaris memastikan sedang sibuk atau sedang ada tamu.
Ketika sudah memastikan kakaknya tidak ada jadwal apapun. Ia pun masuk ke dalam dengan perasaan yang tak tenang. Karena sudah cukup lama ia tidak bertemu kakaknya dan Azel pun tidak dekat dengan Hansel.
"Kak, aku mau bicara sama kakak." Azel berdiri tepat di depan meja kerja Hansel.
Hansel diam saja. Tanpa melihat adiknya yang berdiri di depan meja kerjanya. Hansel berdiri dan berjalan lebih dulu dari Azel.
"Masuk ke mobil." Ucap Hansel.
Azel menghela nafasnya mencoba tenang. Azel mengikuti Hansel untuk masuk ke dalam mobil kakaknya. Ia penasaran kakaknya ingin membawa dirinya kemana. Tapi, Azel terlalu takut untuk bertanya. Jadi, ia mengikuti sampai di tujuan akhir saja.
Setelah melewati kemacetan jalan raya. Akhirnya, mereka sampai di restoran milik Arthajaya. Hansel turun lebih dulu. Azel mengikuti kakaknya dari belakang.
Mereka berdua masuk ke dalam ruang VIP. Hansel menatap Azel lekat ketika mereka berdua sudah duduk saling berhadapan. Orang yang ditatap Hansel merasa terintimidasi. Tapi, mencoba untuk tetap santai.
"Kak, sebelumnya aku minta maaf sudah mengganggu waktu kakak. Tapi, ada yang mau aku bicarakan sama kakak."
Hansel diam saja. Meskipun ia tidak merespon. Ia menunggu inti pembicaraan dari Adiknya itu.
"Kak, kalau kakak menjadi penerus Perusahaan Arthajaya, kakak mau kan?" Tanya Azel to the point. Dari pada kakaknya tidak membalas perkataannya lagi.
"Kamu ingin kembali?"
"Bukan kak. Ini tidak ada kaitannya dengan aku ingin kembali ke perusahaan."
Hansel menaikkan alisnya. Ia meminta penjelasan.
"Kak Helena kan mau punya usaha skincare sendiri. Jadi, dia sebentar lagi keluar dari perusahaan. Aku juga sudah punya usaha sendiri. Kalau Kak Argen tidak pantas menjadi pemimpin dibanding kakak. Kak Argen orangnya bercanda mulu. Kak Hansel kan lebih tegas dan berwibawa." Ungkap Azel memuji Hansel.
Hansel masih diam saja. Belum mengerti maksud Azel.
"Kak! Kakak harus mengerti."
Hansel menghela nafasnya. "Langsung saja."
"Memangnya kakak belum tahu?"
"Tahu apa?"
"Daddy sakit kak!"
Hansel menatap Azel. "Jangan bicara sembarangan!" Tegurnya.
"Aku serius, kak."
Pesanan yang mereka pesan datang. Hansel mengalihkan pandangannya pada makan siangnya.
"Makan." Ucapnya kepada Azel.
Azel menghela nafasnya. Ia bingung harus bicara bagaimana lagi dengan kakaknya. Karena ia juga merasa lapar. Jadi, ia ikuti ucapan kakaknya saja.
Selesai makan. Hansel mengantarkan Azel ke toko rotinya. Namun, sebelum Azel keluar. Hansel mengatakan sesuatu kepada Azel tanpa menatap adiknya.
"Jangan beritahu siapapun. Aku akan mencari tahu."
Azel mengangguk dan keluar dari mobil kakaknya. Ia berharap kepada kakaknya akan menemukan kebenaran.
☘️🌹☘️
Selama di toko roti Azel tidak bisa konsentrasi. Ia masih memikirkan ayahnya. Meskipun ayahnya terlihat biasa saja. Azel merasa ucapan ibunya tidak main-main.
"Kak…"
"Kak Azel…"
"Kakak…"
Azel tersadar ketika Ezra memanggilnya untuk ketiga kalinya. Ia pun menoleh ke arah Ezra dan tersenyum.
"Kenapa, Zra?" Tanyanya.
"Kak, di depan ada kakak tampan yang mau bertemu kakak."
"Kakak tampan?"
"Iya, kakak tampan yang tinggi."
"Oh iya?"
Azel karena penasaran. Ia pun keluar untuk melihat. Hanya tinggal memastikan antara Argen dan Hansel.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...