Mobil sudah sampai di halaman depan yang juga luas. Anna sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah temannya. Sedangkan, Ryann masih menunggu anaknya satu lagi yang sedang merapikan riasan rambutnya dalam mobil.
"Masih lama?" Ryann sudah tidak dalam mood baik lagi. Sudah bosan dia menunggu Azel yang sedari tadi belum juga selesai.
"Sebentar lagi, dad." Azel masih merapikan rambutnya di cermin yang ada dalam mobil.
Ryann hanya bisa menghela nafas saja menunggu anaknya yang tidak pasti kapan selesainya untuk segera masuk ke dalam. Karena istrinya sudah didalam.
☘️🌹☘️
Semua keluarga sudah berkumpul. Mereka menikmati sajian yang telah disiapkan oleh keluarga Gautama. Azel juga sudah memberikan kue dari toko kuenya kepada teman ibunya.
Selesai makan malam bersama. Mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga berbicara dengan segala pembahasan. Mulai dari tentang anak-anak merek, bisnis mereka dan lainnya.
Namun, di satu sisi Azel tidak ikut bergabung dengan mereka semua. Ia bersama dengan Hardan di halaman belakang. Berbicara tentang perkuliahan. Karena Hardan sedang menempuh pendidikan jenjang magisternya.
Sebenarnya Azel ingin sekali berbicara bersama Allen. Hanya saja ia tidak melihat keberadaan Allen setelah makan malam selesai.
Maka dari itu ia memilih berbicara bersama Hardan. Sekaligus untuk kenal lebih dekat. Juga dari pada Azel bergabung dengan pembicaraan orang tua.
"Aku dengar kamu ya pemilik toko roti yang sedang viral itu?" Tanya Hardan.
"Iya, kapan-kapan kamu mampir ya."
"Siap. Nanti aku ajak Allen juga ke sana."
Azel mengangguk. Meskipun sebenarnya Allen sudah pernah datang.
"Aku boleh tanya sesuai, tidak?" Azel mengambil kesempatan. Karena Hardan baru saja menyebutkan nama pujaan hatinya.
"Apa?"
"Kamu kenal Kak Hansel kan?"
"Iya aku kenal. Tapi, belum terlalu dekat. Cuma pernah bertemu sekali saja waktu itu bersama kakak ku."
"Diantara Kak Hansel dengan Kak Allen lebih dingin yang mana?"
"Menurut ku Kak Hansel."
"Oh iya? Memangnya Kak Allen orangnya bagaimana?"
"Dia itu lebih suka melakukan hal yang menguntungkan baginya. Diantara urusan pribadinya saja, dia lebih memilih perusahaan. Karena tidak lama lagi, Kak Allen akan menjadi penerus perusahaan. Jadi, dia ingin menunjukkan yang terbaik." Jelasnya. "Dia juga apa ya…, sepertinya dia belum pernah kelihatan dekat dengan wanita manapun deh. Setahuku saja ya, aku tidak tahu kalau dengan Sekretarisnya mungkin lebih tahu." Lanjutnya lagi.
Azel mengangguk paham. "Hm…, aku boleh minta nomor telepon Kak Allen, tidak?" Azel ragu sebenarnya untuk meminta.
Hardan tersenyum penuh arti. "Boleh aku tebak? Kamu suka dengan kakak ku ya." Terkanya.
"Bukan begitu. Tapi, Kak Allen itu kan dekat dengan Kak Hansel. Siapa tahu ada kerja sama baru, jadi har–"
"Sudahlah, Azel. Aku paham sekali maksudmu itu. Kenapa tidak kamu saja yang minta langsung kepadanya? Dia pasti sedang ada di ruang kerjanya sekarang."
"Kalau tidak dikasih, bagaimana?" Azel tidak yakin kalau ia yang memintanya sendiri akan dikasih. Karena ia sudah pernah mencoba.
"Tenang, kamu berusaha saja dulu. Dikasih atau tidaknya belakangan. Ayo, aku antar ke ruang kerja kakak ku."
Hardan mengajak Azel ke ruang kerja Allen. Yang dimana terletak di lantai dua rumah ini. Perasaan Azel menjadi tak menentu sekarang. Haruskah ia senang atau takut?
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...