☘️Bab 64 - Takut

1.8K 73 0
                                    

Beberapa hari ini Azel tidak melihat mobil bahkan batang hidung dari pimpinan perusahaan Gautama Group berlalu lalang keluar dari pintu masuk perusahaan. Hal itu cukup membuat Azel kecewa. Karena setiap usahanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya selalu saja gagal.

Ia tidak tahu lagi harus mencari pujaan hatinya itu kemana. Satu tempat yang sudah pasti adalah rumahnya. Tapi, Azel tidak punya keberanian yang cukup untuk mendatangi rumahnya secara ada calon mertuanya.

Mau tidak mau Azel kembali ke toko roti miliknya untuk bekerja lagi. Melupakan rasa kesal dan kecewanya sejenak.

☘️🌹☘️

Sebentar lagi jam operasional toko rotinya sudah selesai. Jadi, jam bekerja akan selesai. Walaupun Azel bisa saja pulang lebih awal. Azel tidak lupa memberikan undangan pernikahan kakaknya yang mulai disebarkan kepada Ezra juga ibunya.

Hansel tidak keberatan jika adiknya itu ingin mengundang seseorang yang memang Azel inginkan juga untuk datang.

"Kita besok cari baju, yuk! Ah, tidak…, kita bikin saja. Ibu sama Ezra pakai warna yang seirama. Oke?" Ajak Azel pada Ezra juga ibunya Ezra dengan antusias.

"Kami bisa kok cari baju sendiri, nak. Nanti kami merepotkan kamu lagi. Sudah terlalu sering kamu membantu kami." Ibunya Ezra merasa tidak enak.

"Tidak, kok bu. Aku merasa senang-senang saja. Besok pokoknya kita harus bikin baju ya. Pakai titik bukan koma. Oke!" Antusias Azel yang dibalas dua ibu jari oleh Ezra.

"Oke, kak!" Sahutnya.

Di perjalanan pulang. Azel merasa ingin makan sesuatu. Ia rasanya sangat ingin makan Seblak yang rasanya pedas banget. Alhasil, Azel mampir sebentar di salah satu tempat makan yang jual seblak di pinggir jalan searah dengan rumah.

Ia memesan untuk dibawa pulang. Tidak makan langsung di tempat. Azel menunggu di dalam tempat makan itu duduk di salah satu meja sembari minum es campur yang juga dijual pada tempat makan yang sama.

Setelah selesai dibuatkan, Azel langsung bayar es campurnya dan lanjut untuk pulang ke rumah.

☘️🌹☘️

Argen yang baru sampai di rumah menatap Azel heran. Karena Azel terlihat begitu bingung juga frustasi di sofa ruang keluarga. Azel berbaring di atas sofa dengan kakinya yang tidak bisa diam.

"Kamu kenapa?" Tanya Argen penasaran.

"Kak…" Rengek Azel.

"Kenapa?" Argen mengerutkan keningnya.

"Aku mau kirim pesan kepada seseorang tapi takut." Ucapnya seraya mengerucutkan bibirnya.

"Heh! Ku kira ada apa. Urus saja urusanmu sendiri. Aku lelah. Mau tidur." Ucap Argen langsung meninggalkan Azel begitu saja.

Azel menghela nafasnya kesal. Ia tidak ingin ribut juga dengan kakaknya. Ia cuma ingin tahu dimana pujaan hatinya itu sekarang bekerja.

Sebenarnya bisa saja Azel mengirim pesan lalu bertanya. Hanya saja Azel takut. Takut pesannya tidak dibaca, takut pesannya tidak dibalas, takut dikira mengurusi hidup orang lain dan dikira kepo pastinya.

"Ah, iya. Hardan!" Seru Azel ketika mengingat seseorang yang mungkin saja bisa membantunya.

Azel berlari ke kamarnya. Dirasa sudah memiliki solusi. Ia bisa sambil berbaring di atas ranjang sebelum tidur dengan tenang.

Bersambung.

Hai,hai! 👋

Terima kasih yang sudah baca karya ku💛

Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜

Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍

See u on the next episode 👋

The Four Heirs of ArthajayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang