Sesampainya di rumah. Mereka membersihkan tubuh mereka setelah bekerja seharian. Lalu, bersiap untuk makan malam bersama.
Saat makan malam Azel terpikirkan sesuatu. Ia terbesit sebuah ide lagi. Mungkin ide yang sebelumnya belum bisa tercapai. Karena Ryann belum pulang dari perjalanan bisnisnya. Namun, kali ini ia tidak membutuhkan ayahnya sebagai persetujuan.
Azel berencana untuk merealisasikan idenya besok. Langsung tanpa ditunda-tunda.
"Azel..." Panggil Anna yang mencoba membuyarkan Azel yang sedang melamun.
"Azel..., jangan bengong gitu." Anna menepuk bahu Azel.
"Eh? Tidak kok, mom. Aku cuma baru menemukan satu ide cemerlang." Ucap Azel dengan senyumannya.
Anna menggelengkan kepalanya. Anak terakhirnya memang sangat berbeda dengan saudaranya yang lain. Memang sangat ceria dan selalu bersemangat setiap saat.
"Ide cemerlang apa itu? Ide kejar-kejar anak te-ump-" Mulut Argen ditutup dengan tangan Azel. Azel menatapnya tajam. Argen tersenyum sinis.
"Jangan gitu dong, nak." Tegur Anna kepada Azel.
"Iya, iya mom, maaf." Azel menatap sinis Argen. Karena membuat dirinya ditegur sang ibu. Sedangkan, Argen tersenyum licik.
"Helen katanya ada urusan, dia lembur di kantor atau di luar urusan kantor?" Tanya Anna sebab Helena tidak memberitahu alasannya.
"Kita juga tidak tahu, mom. Urusan kakak itu seperti urusan paling rahasia, tidak mau yang lain tahu." Ucap Azel.
"Memangnya Kak Helen memberitahu mommy-nya bagaimana?" Argen penasaran.
"Dia chat mommy seperti ini."
Anna memberikan ponselnya dengan layar menampilkan isi pesan dari Helena kepada Anna.
"Mommy, tidak kesal dengan kata-kata Kak Helen yang baku?" Argen bertanya pendapat ibunya sendiri mengenai anaknya yang kedua.
"Tidak. Semua orang itu kan memang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Jadi, tidak ada salahnya kalau kakak kalian menggunakan bahasa baku." Jelas Anna.
"Tapi, kan aneh mom."
"Tidak ada yang aneh, ah. Sudah Argen dimakan jangan bicara terus. Lihat Azel sudah piring ketiga."
Argen menoleh dan benar saja Azel sedang menaruh nasinya ke piring yang ketiga. Tubuh kecil tapi makannya banyak. Memang porsinya tidak main-main kalau sedang lapar. Pikir Argen.
☘️🌹☘️
Helena sedang menunggu surat bukti kepemilikan Penthousenya selesai. Karena sebelumnya ia berdebat dengan kepala bagian marketing yang sudah mempermainkan harga dengannya.
Meskipun ia bisa saja bayar dengan harga yang sudah dirubah. Namun, tetap saja harus adil dengan orang lain di luar sana yang membeli penthouse ini dengan harga asli.
Enak saja dirinya diberikan harga lebih mahal dua kali lipat dari harga asli. Beruntung Helena tidak beralih mencari Penthouse lain. Karena Penthousenya memiliki desain yang sesuai dengan kesukaannya membuat Helena memilih untuk berdebat.
"Saya deal sekarang juga untuk tipe Masterpiece President." Ucapnya kepada salah satu staf bagian Marketing gallery. Tentunya Leo yang akan melayani Helena.
"Baik, nona. Masterpiece President dengan harga terbaik dari kami ada di angka Rp 10.069.689.999,00. Tunai atau kartu, nona?" Leo bertanya sembari memberikan sebuah barcode yang dimana berisikan sebuah formulir akan data pembeli, jika telah di scan.
"Kartu." Tegas Helena.
"Debit atau Kredit? Untuk kredit, kami menyediakan program cicilan bunga 0% untuk tiga bulan pertama." Tawarnya.
"Debit."
"Baik, nona."
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...