Ryann terdiam seraya menatap istrinya. Anna yang ditatap dengan suaminya merasa ragu kalau penyakit itu bisa disembuhkan. Anna tahu Ryann itu dokter yang dimana pasti lebih mengerti dibanding sepertinya.
"Pasti ada cara untuk menyembuhkannya kan? Operasi?"
"Cara sudah pasti ada. Operasi bisa saja, Dokter Harry ingin memantau perkembangan kanker yang ada dalam tubuhku terlebih dahulu. Karena aku belum menunjukkan gejala apapun." Jelas Ryann dengan tenang dan pelan-pelan. Agar tidak membuat Anna shock.
"Sebelum ada gejala tidak apa-apa. Sebelum bertambah parah, kan?" Anna menatap Ryann benar-benar berusaha meyakinkan Ryann bisa untuk disembuhkan. "Obat atau suntik? Selain itu untuk menyembuhkan apa lagi, sayang? Kamu pasti tahu kan? Kemoterapi?" Anna berusaha mencari cara yang bisa menyembuhkan suaminya.
Ryann membawa Anna dalam pelukannya. Mengusap punggungnya untuk menenangkan Anna yang mulai gelisah.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, aku akan lebih memperhatikan gaya hidup ku untuk kedepannya." Jelas Ryann. "Aku hanya ingin kamu mempersiapkan segala sesuatu yang mau tidak mau akan terjadi."
"Jangan berpikir begitu!" Anna memukul punggung Ryann.
"Aku tidak ingin kamu khawatir dan terbebani dengan penyakitku."
"Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, sebagai istri aku harus merawat suami. Siapa sih istri yang mau ditinggal suaminya? Tidak ada, sayang!" Tegas Anna.
Ryann hendak membawa Anna dalam pelukannya lagi. Namun, Anna menghempaskan tangannya.
"Aku bantu kamu untuk cari cara penanganannya. Kalau harus ke luar negeri, kita ke luar negeri." Ucap Anna sebelum meninggalkan Ryann keluar kamar. Namun, sesaat ia balik lagi dengan memunculkan setengah tubuhnya ke dalam kamar. "Sayang, tadi kamu bilang kanker hati kan? Kalau hati kamu diganti bisa tidak? Manusia bisa ganti hati tidak?"
"Anna…, aku-" Belum selesai Ryann bicara sudah dipotong sama Anna. "Tidak, tidak…, jangan ganti hati, jangan! Nanti kamu malah tidak cinta sama aku lagi." Anna pun langsung keluar lagi.
Ryann menghela nafasnya. Ia belum selesai bicara sepenuhnya dengan Anna. Bukan hanya mengenai penyakit yang ingin dibicarakan. Melainkan juga mengenai Pewaris perusahaan nantinya. Karena mereka sama sekali belum menentukan yang tepat.
☘️🌹☘️
Semakin hari usaha yang dibangun oleh jerih payah Azel bersama Ezra dan ibunya mulai berkembang dengan cukup pesat. Dimana sekarang pendapatan mereka melebihi target yang mereka tentukan.
Dengan begitu Toko Roti usaha Azel sudah bisa untuk menambah cabang di lokasi lainnya. Pengurusan segala sesuatu untuk menambah cabang pun sudah dilakukan. Sehingga cabang berikutnya hanya tinggal menunggu waktu saja untuk dibuka.
"Wah…, sekarang sudah jadi Bos muda ya."
Azel melihat siapa yang tiba-tiba datang saat toko roti sudah mau tutup. Azel langsung memasang wajah kesal.
"Kak, lebih baik kamu pulang saja. Aku malas sekali rasanya melihat wajahmu itu." Tukas Azel kepada Argen yang datang dengan beberapa box pizza di tangannya.
"Kamu memang bukan adik yang baik ya…, kakaknya datang bawa makanan malah di usir. Mau tidak pizzanya?"
"Kalau begitu taruh dulu pizza nya di dalam, baru setelah itu kakak pulang." Usir Azel dengan tak mau rugi.
"Heh! Enak saja…, aku kan juga mau kenalan dengan temanmu yang lain."
"Bukan, teman. Tapi, keluarga keduaku. Mereka ada di dalam. Kakak mau bertemu?"
"Iya, aku mau bertemu mereka. Ada yang cantik, tidak?" Argen menaik turunkan alisnya.
"Tidak ada. Adanya adik kecil yang lucu."
Argen langsung menciutkan raut wajahnya. Azel pun mengajak Argen untuk ke ruang khusus di dalam toko rotinya. Dimana ada Ezra dengan ibunya.
Azel memperkenalkan Argen dengan Ezra dan juga Ibunya Ezra. Mereka juga makan pizza bersama sampai toko roti benar-benar sudah tutup. Akhirnya, mereka pulang bersama.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...