Allen mengajak Azel untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Seperti pemilik pertama perusahaan yang dimana kakeknya sendiri, neneknya dan juga beberapa anggota keluarga lainnya.
Azel merasa senang dengan begitu tandanya Allen sudah memberikan lampu hijau untuknya kan? Meskipun ada rasa canggung Azel tetap senang karena sama saja Allen membuka jalan untuknya dengan mengenalkan keluarganya lebih dekat lagi.
"Kamu sudah makan?" Tanya Allen karena sedari tadi Azel ikut dengannya menyapa keluarga yang datang.
"Belum, kak. Kakak sudah?" Tanya Azel balik.
"Sebentar lagi acara akan dimulai. Kamu makan dulu saja. Ada salad buah di sebelah sana. Kamu cobalah." Ucapnya.
Azel pun mengangguk. Ia membiarkan Allen pergi untuk mempersiapkan acara yang akan dimulai. Karena Allen sebagai pewaris akan memberikan sambutan untuk para tamu.
Seperti yang dikatakan Allen. Azel mengikuti sarannya untuk mencoba salad yang sudah dihidangkan untuk para tamu.
"Sudah berapa persen?" Tanya seseorang yang menghampiri Azel dengan segelas air putih di tangannya.
Uhuk! Uhuk! Azel langsung meminum air yang dilihatnya. "Berapa persen apanya, kak?" Tanya balik Azel kepada Hansel.
"Sepertinya kamu semakin dekat dengan dia."
"Dia siapa?" Azel pura-pura tidak paham.
Hansel tidak menjawab. Melainkan menatap seseorang yang sedang memberikan sambutan dan membuka acara pada malam hari ini yang tak lain Allen Gautama.
Azel mengikuti tatapan kakaknya. Ia pun tersenyum melihat pujaan hatinya di atas sana. Mimpinya untuk menikah dengan sang pujaan hati pun semakin besar.
"Kita hanya berteman biasa saja, kak." Kilah Azel.
Hansel mengangkat satu alisnya. Tidak percaya dengan jawaban adiknya itu.
Azel menghela nafasnya. "Yaa…, aku yang suka dengan dia. Tapi, kakak jangan bocorkan pada siapapun ya!" Tegas Azel mau tidak mau mengatakan sejujurnya tapi mengancam juga. "Termasuk orangnya juga." Tambahnya.
"Hm." Hansel hanya tersenyum kecil saja.
Ternyata adiknya yang paling kecil itu sudah mulai dewasa. Sudah bisa memiliki rasa suka dengan lawan jenis. Rasanya waktu cepat sekali.
☘️🌹☘️
Acara sudah selesai. Hansel mengajak Azel untuk pulang bersama. Karena mereka sudah terlalu lama meninggalkan rumah sakit. Hanya saja Azel membawa mobil sendiri. Hansel menawarkan mobilnya untuk dibawa oleh sopir rumah saja.
Tetap Azel tidak mau. Katanya ada urusan yang harus diurus terlebih dahulu. Hansel pun mengerti pasti Azel sedang mencoba berusaha pada kesempatan yang ada. Hansel tidak melarangnya. Ia membiarkan Azel.
Hansel pun pulang terlebih dahulu. Sedangkan, Azel masih ada di lobi perusahaan Gautama. Banyak para tamu yang juga sudah pulang. Tetapi, Azel masih menetap.
Azel mencoba untuk mencari seseorang. Netranya mencari ke sepanjang sudut ruangan.
"Cari Kak Allen ya?"
Azel menoleh. "Huh, ku kira siapa." Hardan yang tiba-tiba muncul dari arah belakang mengejutkan Azel.
"Kamu sedang mencari kakak ku kan?"
"Hm…, tidak. Aku sedang mencari kakak ku." Azel berpura-pura mencari Hansel.
"Sudahlah. Aku tadi melihat mobil Kak Hansel keluar dari parkiran." Ucapnya mengetahui Azel berbohong.
Azel menjadi kesal sendiri jadinya. "Kalau iya memangnya kenapa? Aku sedang berusaha nih."
"Mau aku beritahu, tidak?" Tawar Hardan.
"Memangnya kamu tahu?" Tanya Azel memastikan.
"Tentu. Aku kan adiknya." Hardan menaik turunkan alisnya.
"Kalau begitu kasih tahu aku." Azel memohon.
"Hm…, bagaimana ya? Ada syaratnya."
"Apa syaratnya? Padahal kamu tinggal beritahu saja lho."
"Oh, tentu tidak. Kalau aku beritahu hanya kamu yang untung. Sedangkan, aku rugi. Jadi, aku mau kita sama-sama untung." Jelas Hardan.
"Ah, baiklah. Jadi, apa syaratnya?"
"Aku mau minta username Instagram Helen, boleh?"
Azel terdiam. Tidak menyangka Hardan akan meminta hal yang tidak disangkanya. Ia bingung harus memberikannya atau tidak.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Lãng mạn"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...