☘️Prolog

12.3K 384 8
                                    

Dalam tiga puluh menit rapat evaluasi tahunan perusahaan akan dilaksanakan. Semua persiapan telah dilakukan. Tinggal menunggu waktu saja untuk memulai rapat.

Ryann Setyawan Arthajaya sebagai Presiden Direktur sudah siap dengan rapat yang akan dilaksanakan nanti. Rapat kali ini berbeda. Karena akan dihadiri oleh para komisaris perusahaan serta direksi perusahaan.

Dengan begitu sebagai presiden direktur, Ryann harus mewaspadai anak-anaknya yang telah bergabung bekerja di Perusahaan Arthajaya Group ini.

Karena anak-anaknya ditempatkan pada bagian penting perusahaan.

Hansel Arsetya Arthajaya - Anak pertama laki-laki dari empat bersaudara. Lulusan MBA, Stanford University. Calon pewaris Arthajaya, dua puluh delapan tahun. Ditempatkan pada bagian Wakil Presiden Direktur. Dimana setiap saat mendampingi dan membantu ayahnya sendiri.

Helena Ansalma Arthajaya - Anak Kedua perempuan dari empat bersaudara. Lulusan MBA Oxford University, yang terhitung masih muda, berusia dua puluh enam tahun. Ditempatkan pada bagian Direktur Keuangan.

Argen Arsetya Arthajaya - Anak Ketika laki-laki dari empat bersaudara. Lulusan B.B.A, University of California. Cuma terpaut dua tahun lebih muda dari kakak perempuannya. Ditempatkan pada bagian Direktur Marketing.

Terakhir, dia Arazella Ansalma Arthajaya - baru saja lulus kuliah dengan usia termuda dengan dua gelarnya yang ia dapatkan, yaitu di usianya yang ke dua puluh dua tahun. Dia Staf Pemasaran, dimana berada dalam satu divisi yang sama dengan kakak ketiganya. Berbeda dari ketiga kakaknya yang lain. Karena ia menolak untuk ditempatkan sebagai sekretaris Kakak pertamanya, Hansel.

"Daddy tidak mau kalian mengacaukan rapat besar tahun ini." Peringatan Ryann kepada anak-anaknya.

"Siap, dad!" Jawab Argen dan Azel berbarengan.

"Hansel? Helen?" Ryann menatap mereka berdua satu persatu.

"Hm." Hansel berdehem saja. Sedangkan, Helen cukup dengan sekali anggukan mewakili jawabannya.

" Ya Tuhan..., kalian berdua kalau ditanya, jawab." Tegur Ryann kepada anaknya sendiri.

Melihat anaknya tidak memberi respon apapun membuat Ryann menggelengkan kepalanya. Apa ada yang salah dengan dirinya? Atau memang anaknya yang salah.

"Sabar ya dad, anak daddy yang tua memang begitu." Ucap Argen.

"Siapa yang tua?" Timpal Azel bertanya.

"Siapa lagi kalau bukan kakak pertama dan kakak kedua."

Buk! Argen kena timpuk pulpen yang dilempar sama Helen. Argen menghela nafasnya berusaha sabar seraya mengusap kepalanya.

Ryann menggelengkan kepalanya melihat tingkah keempat anaknya yang sangat melelahkan jiwa.

☘️🌹☘️

Rapat besar tahunan ini pun akhirnya selesai. Hal yang dikhawatirkan pun tidak terjadi. Semuanya berjalan dengan lancar.

"Hansel, ikut daddy perjalanan bisnis." Ucap Ryann ketika rapat baru saja selesai.

Hansel tanpa berbicara apapun itu. Ia langsung mengikuti kemana ayahnya pergi. Argen yang melihat sang kakak tidak menolak ataupun berbicara sedikit pun semakin merasa aneh.

"Zel, dia seperti orang tuna wicara tidak sih?" Tanya Argen kepada Azel yang masih berdiri di sebelahnya.

"Heh! Enak saja. Dia itu sedang malas bicara mungkin." Azel memukul lengan kakak ketiganya.

"Ya kan tidak ada yang tahu dia itu bisa bicara atau tidak?"

"Kak Hansel itu tipe cowok kulkas mahal yang banyak pintunya." Azel melipat kedua tangannya di depan dada. Seraya melihat punggung kakaknya bersama sang ayah menghilang dari pandangannya.

"Saking banyaknya pintu, dinginnya sampai kelewatan, akhirnya korslet. Sudah tidak bisa bicara lagi deh." Argen terus saja meledek Hansel.

"Heh! Jaga mulutnya, kak!" Tegur Azel.

"Jaga mulutnya kak..." Argen meledek Azel dengan meragakan ulang cara bicara Azel.

"Kak Argen!" Teriak Azel kesal dengan Argen.

"Kalian berdua diam!" Bentak Helena mengingatkan kedua adiknya.

Argen dan Azel langsung saling membuang wajah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sepertinya aku ada urusan..., aku permisi ya kak." Azel melenggang pergi.

"Sepertinya aku juga ada urusan, permisi." Argen juga ikut pergi meninggalkan Helen seorang diri yang masih berdiri di depan pintu ruang rapat.

Bersambung.

Halo, semua!

Bagi para pembaca baru yang baru datang harap baca sequel pertamanya dulu ya, tapi kalau mau lanjut it's ok. ☺️

Bagi yang sudah tamat di sequel sebelumnya selamat menempuh masa baru lagi ya...☘️

Semoga bisa langgeng lagi dari awal hingga tamat...🤗

Jaga kesehatan kalian selalu ya...💜

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 💛

See u on the next episode 👋💞

The Four Heirs of ArthajayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang