☘️Bab 1 - Monster Karir!

7.5K 293 0
                                    

Brak! Bruk! Brak! Brak! Bruk!

"Heh! Mau dipecat kamu?"

"Jiakh! Kakak lagi akting jadi bos ceritanya?"

Azel berdiri menantang Direktur Marketing yang telah menegurnya. Karena Azel mengganggu ketenangan karyawan lainnya dengan membanting berkas yang diambil dari bawah mejanya ke atas meja.

"Di kantor bukan sebagai kakak, tetapi sebagai atasan kamu." Tegur Argen dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Baik, kakak ku yang tampan." Azel menundukkan tubuhnya dengan mengayunkan tangannya. Seakan Argen adalah yang mulia.

"Ya tuhan, punya adik kenapa begini banget ya…" Gumam Argen menggelengkan kepalanya seraya melenggang pergi meninggalkan area meja kerja Azel.

"Aku tidak tuli ya, kak!" Balas Azel masih dapat mendengar suara kakaknya.

"Lalu, siapa yang bilang kamu tuli?" Argen mengangkat alisnya.

"Cih! Dasar monster karir!" Cibir Azel beruntung Argen telah masuk ke dalam ruangannya.

☘️🌹☘️

Hansel sibuk dengan tabletnya. Selama diperjalanan menuju bandara Hansel tidak membuka suaranya sama sekali. Ryann merasa aneh dengan anaknya sendiri. Sangat jarang sekali ia mendengar Hansel bicara. Bahkan, menangis tidak mengeluarkan suara.

"Kamu tidak ingin ambil cuti?" Ryann menawarkan cuti mencoba buat Hansel bicara.

"Tidak." Jawabnya.

"Tidak ingin liburan?"

"Tidak."

"Tidak ingin makan siang dengan kekasih mu?"

"Tidak."

"Memangnya kamu punya kekasih?"Hansel tidak menjawab. Ia diam saja.

"Hansel, kalau kamu punya kekasih, bawa ke rumah kenalkan dengan orang tuamu. Ingat itu!" Ryann mengingatkan kembali.

Ryann khawatir anaknya berbuat yang tidak-tidak dengan wanita di luar sana. Sebagai orang tua yang berawal dari sebuah perjodohan pun, Ryann tidak ingin anaknya turut dijodohkan.

Ia membebaskan, namun tetap ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat itupun hanya Ryann bersama istrinya saja yang tahu. Atas kesepakatan bersama.

"Sepertinya daddy menyesal memberi kamu nama Hansel." Ryann mengambil alih paksa tablet yang digunakan Hansel.

Hansel menaruh tangannya di atas pahanya dengan saling bertumpu. Pandangan yang melihat pemandangan perjalanan mereka menuju bandara. Mobil dan motor yang melintas di antara mobil mereka.

"Hansel, kita hanya berdua. Kamu tidak ingin cerita apapun kepada daddy?"

Hansel diam. Tak menjawab sama sekali.

"Hansel, sepertinya daddy sendiri saja perjalanan bisnisnya. Kamu tidak bisa diajak diskusi kalau diam saja." Ryann memberikan kembali tablet milik Hansel.

"Berhenti." Hansel memerintah sopir mereka.

"Tidak jadi! Jalan terus, pak!" Ryann memberi perintah baru kepada sopir itu.

Ryann memukul pelan kepala anaknya. "Kamu ini bagaimana…, bedakan orang bercanda dengan orang serius."

Tidak mendapat jawaban apapun dari Hansel membuat Ryann lelah. Ia akhirnya ikut diam juga. Dalam hatinya menggerutu kesal kepada anaknya sendiri.

Ada yang harus ku tanyakan kepada Anna, selain aku dengan siapa dia berhubungan. Batin Ryann.

Sesampainya di bandara. Mereka turun dibantu dengan Dion yang sudah bekerja dengan Ryann hingga puluhan tahun lamanya. Dion sebagai asisten pribadi yang sangat mengabdikan hidupnya hanya untuk keluarga Arthajaya.

The Four Heirs of ArthajayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang