Malam pun tiba. Ryann akan melakukan CT-Scan di rumah sakit. Dokter Harry juga yang akan menangani Ryann secara langsung. Selama kurang lebih satu jam untuk melakukan CT-Scan.
Setelah selesai semua dilakukan sesuai prosedur rumah sakit yang ada. Ryann pun diperbolehkan pulang untuk beristirahat. Karena hasil CT-Scan belum keluar. Jadi, akan diberitahukan lebih lanjut ketika sudah keluar nanti.
Ryann pun memutuskan untuk kembali ke hotel untuk beristirahat. Seperti anjuran dokter di rumah sakit.
Dalam kamar ia berdiri menatap jendela kamar hotelnya yang besar dengan pemandangan kota China yang indah di malam hari. Dengan terangnya lampu warna-warni di sekeliling kota membuat rasanya dunia ini sangat sayang sekali untuk ditinggalkan.
"Tidak ada penyesalan dalam diriku meninggalkan dunia perdokteran." Ucapnya seraya melihat foto keluarga di layar ponselnya.
"Ketiga anak ini, kenapa aku belum menemukan seseorang yang pantas untuk menggantikan ku di perusahaan?"
Ryann menghela nafasnya. Ia menjadi heran dengan dirinya sendiri. Dari anak-anaknya masih kecil, Ryann sudah mengenalkan anak-anaknya dalam hal bisnis.
Mulai dibawa ke kantor, ikut dalam perjalanan bisnis yang mungkin mereka menganggapnya sebagai jalan-jalan, bahkan di perlihatkan grafik dari naik turunnya saham perusahaan.
Mereka pun disekolahkan di sekolah khusus dalam hal bisnis sebelum masuk sekolah umum. Namun, apa yang sudah dilakukan belum terlihat hasilnya. Hanya Hansel yang terlihat kompeten dalam berbisnis. Tapi, Ryann ragu saat Hansel diam saja. Sebagai ayah, ia bingung akan Hansel yang malas bicara atau memang wataknya seperti itu.
Sedangkan, Argen dan Azel mereka masih terlihat seperti ingin menikmati hidup mereka. Bermain-main dengan keadaan dan santai menanggapi situasi kondisi yang ada.
Lalu, Helena dengan sifatnya yang tegas dan juga keras dapat membuat Helena menjadi pemimpin yang otoriter. Dengan begitu para dewan direksi ataupun pimpinan lainnya mungkin akan tidak nyaman dengan sikap yang harus mengikuti perintah Helena secara penuh.
"Kenapa tidak ada yang seperti ku diantara mereka?"
"Sepertinya kita harus buat anak lagi, sayang. Sampai kita dapat anak yang tepat untuk menjadi pimpinan di perusahaan." Ia pun tersenyum licik sembari melihat foto istrinya.
☘️🌹☘️
Lima hari Kemudian
Ryann belum mendapatkan info terbaru dari rumah sakit. Maka dari itu sampai hari ini ia belum juga kembali ke tanah air. Menikmati teh hangat di pagi hari yang udaranya cukup dingin rasanya sangat menghangatkan tubuh.
Ditambah dengan pemandangan yang indah dari taman hotel yang sangat luas. Bukan Ryann kalau tidak sambil memeriksa perkembangan harga saham perusahaan.
"Permisi tuan, Dokter Harry sudah memberikan jadwal pertemuan untuk sore hari ini ke rumah sakit." Ucap Dion memberikan info.
"Hasil ku sudah keluar?"
"Sudah tuan."
Ryann pun mengangguk dengan mata yang tetap fokus menatap layar tablet.
"Dion…" Ryann menatap Dion yang masih berdiri di sebelahnya.
"Iya tuan?"
"Duduk." Ryann beralih menatap kursi kosong di sebelahnya.
"Terima kasih, tuan." Dion pun duduk mengikuti perkataan Ryann.
"Kau tidak bosan hidup dengan ku tiga puluh tahun menjadi asisten pribadi?"
"Tidak, tuan. Suatu kehormatan saya bisa menjadi asisten pribadi Tuan muda Ryann Arthajaya."
"Dion."
"Iya tuan?"
"Berhentilah bekerja."
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...