Saat dirasa memiliki waktu luang. Azel menghubungi Hardan untuk bertemu pada saat jam makan siang. Azel sekedar ingin tahu kenapa Allen yang secara tiba-tiba bisa bekerja di rumah sakit lagi.
Hardan sebenarnya ingin Azel sendiri yang bertanya langsung ke orangnya. Tapi, Azel memaksanya. Hardan pun akhirnya menyetujui. Mereka janjian untuk bertemu di salah satu restoran yang ada di mall dekat rumah sakit Allen bekerja untuk prakteknya di pagi sampai siang hari.
Kebetulan Allen bekerja di dua rumah sakit. Jadi, Allen ada dua jam praktek setiap harinya. Pagi Allen akan pergi ke Rumah sakit Dr. Gautama yang memang milik keluarga Gautama. Pada sore harinya, Allen praktek di Rumah sakit Citra Indah. Azel mengetahui itu menurut informasi dari Hardan.
"Jadi, kamu tidak berani untuk bertanya sendiri?" Tanya Hardan meremehkan seraya duduk di hadapan Azel yang sudah datang lebih dulu.
"Enak saja! Bukan begitu. Aku itu cuma tidak mau dicap sebagai cewek genit yang ngejar-ngejar lelaki." Elak Azel.
"Padahal kalau kamu menemuinya kemungkinan kakakku akan senang."
"Oh iya? Kenapa begitu?"
"Mau aku beritahu satu rahasianya, tidak?" Tawar Hardan.
"Apa? Apa? Aku ingin tahu!" Antusias Azel langsung.
"Ada syaratnya dong! Namanya bisnis harus saling menguntungkan." Hardan menaik turunkan alisnya.
"Cih! Apa syaratnya?" Azel mendelik kesal.
"Ukuran jarimu dengan Helen sama atau beda?"
Azel mengerutkan keningnya. "Kenapa memangnya?"
"Hm…, jawab saja dulu. Sama atau beda?" Cecer Hardan lagi.
"Kemungkinan sama. Karena berat tubuhku dengan Kak Helen kurang lebih sama. Kami juga tidak terlalu jauh bedanya dari segi ukuran tubuh. Pasti ukuran jari tidak terlalu beda" Ucap Azel memperkirakan.
"Oke, nanti aku pinjam jarimu ya."
"Hah? Untuk apa?" Azel masih tidak mengerti.
"Sudahlah nanti kamu juga tahu."
Azel menatap Hardan curiga.
"A-apa?" Hardan jadi salah tingkah. "K-kamu jadi mau tahu rahasia kakak ku tidak? Kalau tidak mau ya tidak apa-apa." Hardan mencoba untuk mengembalikan topik mereka.
"Mau! Apa rahasianya?" Azel kembali tersadar.
Hardan tersenyum penuh arti. "Kakakku sedang mempersiapkan diri untuk melamar seseorang."
"H-hah?"
☘️🌹☘️
Azel menjatuhkan badannya di atas ranjang. Rasanya seperti ditimpa buah mangga di siang bolong setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Hardan tadi.
Benar Allen lagi mempersiapkan untuk melamar seseorang. Tapi, siapa yang dilamar? Azel menjadi penasaran. Tapi, Azel juga tidak mau tambah sakit hati setelah tahu pujaan hatinya sudah punya calon istri.
Azel bisa apalagi kalau sudah begitu. Merebut Allen dari calon istrinya? Tidak mungkin kan. Ia menjadi menyesal mengajak Hardan untuk bertemu. Bukannya mengetahui alasan Allen menjadi dokter malah ia yang mendapatkan jackpot tentang pria incarannya yang akan menikah. Sesak sekali rasanya.
"Kenapa aku apes banget ya kalau soal cinta? Dulu SMA crush aku sudah ada pacar, sekarang dikejar masih single, eh ternyata mau siap-siap nikah. Terus, aku sama siapa?"
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romantizm"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...