Suara bel kamar hotel terdengar. Ryann yang sedang beristirahat duduk dengan kakinya yang diluruskan di sofa langsung beranjak untuk membukakan pintu.
"Kamu? Ada apa? Acaranya sudah selesai? Semuanya sudah pulang?" Cecar Ryann sekaligus membiarkan Hansel masuk.
"Om Yovie baru datang. Dia mau bertemu." Ucap Hansel.
"Biarkan sajalah. Daddy sudah lelah di bawah. Bilang padanya kalau mau bertemu disini saja jangan dibawah."
Hansel mengangguk mengerti. Saat ia ingin berdiri. Hansel teringat dengan Argen. Hanya ingin memastikan ayahnya mengetahui perihal Argen atau tidak. Melihat dari wanita yang bersama Argen sepertinya terlihat menghindari Argen.
"Ketiga adikku kemungkinan akan secepatnya meninggalkan rumah utama juga." Ucap Hansel.
"Hm. Kecuali yang ketiga."
Hansel mengerutkan keningnya. Belum tahukah ayahnya.
"Meskipun dia sudah menikah, daddy akan terus memantau dia." Ryann menatap Hansel yang sepertinya kebingungan. "Kamu belum tahu?" Ryann menaikkan alisnya. Hansel semakin bertanya-tanya dalam benaknya. Namun, ia menunggu ayahnya sendiri yang akan menjelaskan.
"Kamu keduluan adikmu." Ucapnya.
"Maksudnya?"
"Minggu depan Argen menikah. Kalau sudah begitu, apalagi dia tidak punya pacar atau calon istri sebelumnya. kamu tahu pasti kan sebabnya?"
Hansel menatap mata ayahnya yang menatap dirinya. Terlihat sekali ada rasa kekecewaan disana.
"Dia menemui daddy tadi?"
"Tidak, mana mungkin dia mau cerita. Daddy tahu dari orang kepercayaan daddy."
"Om Dion?"
"Bukan. Dia sudah tua. Kasihan kalau disuruh jadi asisten terus."
"Lalu?"
"Sudah, kamu tidak perlu tahu. Yang penting bantu daddy untuk jelaskan kepada mommy mu nanti. Daddy takut dia shock."
Hansel mengangguk. Hansel pun pamit untuk kembali ke ballroom. Karena Om Yovie yang ingin bertemu dengan Ryann pasti sudah menunggu jawaban.
☘️🌹☘️
Selina melihat bayangan seseorang yang datang ke arah kamar. Ia tahu itu sudah pasti suaminya. Kedua netra mereka bertemu.
"Sudah mandi?" Tanya Hansel menatap Selina yang sepertinya sudah siap untuk tidur dan beristirahat untuk malam ini.
"Sudah." Jawabnya cuek.
Hansel pun meninggalkan Selina. Hansel masuk ke dalam kamar mandi untuk memberikan dirinya.
Sedangkan, Selina duduk di sofa dengan bantal yang ada di atas pahanya. Ingin sekali ia cepat-cepat tidur. Hanya saja ia bingung ingin tidur dimana. Bisa saja sebenarnya ia tidur di sofa. Namun, dingin. Ia tidak tahu ada selimut kecil atau sesuatu yang mungkin bisa menutupi tubuhnya.
Keluar dari kamar mandi. Hansel melihat Selina yang tengah bermain ponsel di atas sofa. Dengan matanya yang sepertinya sudah lelah dan mengantuk. Namun, masih dipaksa untuk tetap sadar.
"Tante ku membawa mpek-mpek. Masih hangat. Tolong bawa kemari." Pinta Hansel seraya duduk di tepi ranjang.
"Ada dimana?" Tanya Selina balik.
"Di meja dapur."
"Baiklah."
Selina pergi mengambil mpek-mpek sesuai dengan perkataan Hansel. Tidak lama Selina kembali. Dengan wajah bingung menghampiri Hansel.
"Ini mpek-mpek yang kamu maksud?" Menunjukkan mpek-mpek yang sudah ia siapkan ke dalam piring.
"Hm, taruh di meja dulu. Nanti makan bersama." Hansel masih fokus dengan tablet di tangannya.Selina mengangguk dan menaruh mpek-mpek itu diatas meja dekat sofa. Melihat mpek-mpek yang sudah pasti mpek-mpek restoran yang harganya diatas mpek-mpek biasanya.
"Hmm…, tadi aku lihat ada otak-otak. Itu–" Selina jadi ragu untuk bertanya itu otak-otak punya siapa. Karena ia tergiur dengan otak-otaknya. Apalagi ada saosnya yang terlihat pedas.
"Kamu mau? Bawa juga saja kesini. Tadinya mau ku berikan Azel. Karena makanan itu tidak sehat. Tadi ada yang kasih itu banyak. Sebagian sudah ku berikan kepada yang lain."
Selina mengerti. Ia pun segera mengambil otak-otak itu juga yang masih ada di meja dapur. Ia menjadi tidak sabar untuk mencoba otak-otaknya.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...