Warning ⚠️
Ada sedikit ++
Bacanya setelah buka puasa aja yaa sayangku semua...☘️🌹☘️
Azel menatap kakaknya kesal. Ia yang mendapatkan pertanyaan itu dari kakaknya merasa malas menanggapi. Sudah pasti kakaknya itu tahu bukan? Tidak mungkin tidak tahu. Saat Perusahaan Gautama ulang tahun bukankah secara terang-terangan Hansel melihatnya berduaan dengan lelaki pujaan hatinya.
"Ada lah klien yang memesan roti banyak—" jawabnya tidak ingin memberitahu. "Pokoknya tadi aku sedang menunggu seseorang. Tapi, tiba-tiba aku pusing sama perutku sakit dan setelah itu sudah deh aku tidak tahu apa-apa lagi. Pandanganku menghitam." Lanjutnya mengalihkan pembicaraan tentang siapa yang dia tunggu.
"Iya sudah, malam ini kamu langsung istirahat saja. Tapi, makan malam dulu. Baru setelah itu tidur. Yang lain jangan ada yang ganggu." Ucap Ryann mencoba untuk menyudahi acara interogasi yang sedang berlangsung.
"Lho, daddy?" Azel menyadari sesuatu.
"Kenapa?" Tanya Ryann heran dengan anaknya
"Yang periksa aku tadi daddy ya? Daddy berubah profesi lagi? Daddy mau jadi dokter lagi?" Pertanyaan beruntun langsung Azel utarakan. Karena melihat Ryann yang berdiri dengan stetoskop yang dikalungkan di lehernya.
"Tidak. Ini hanya untuk memeriksa kamu saja tadi. Sudahlah, kamu istirahat sekarang. Nanti bibi yang antar makan malam kamu. Yang lain ayo keluar."
Mereka semua pun keluar. Meninggalkan Azel untuk istirahat. Sementara itu Hansel mengajak Selina untuk berbicara berdua di halaman belakang. Duduk di kursi taman dekat kolam renang.
Hansel mengeluarkan dompet dari saku celananya. Lalu, ia mengambil salah satu kartu black card miliknya dan memberikannya pada Selina. Selina menatap kartu itu bingung.
"Ambillah ini."
"Tapi, untuk apa?"
"Gunakan untuk beli barang keperluan mu."
"Tidak perlu, terima kasih. Aku bisa bekerja untuk membeli barang keperluan ku sendiri."
"Bekerja? dimana?" Hansel menatap tajam Selina.
"Tidak penting aku bekerja dimana. Buktikan saja perkataan mu waktu itu." Selina tidak main-main dengan ucapannya mengingatkan Hansel akan tujuannya bersedia menerima Hansel untuk menikah.
"Kalau begitu, sekali lagi. Ambillah ini." Hansel kembali menyerahkan kartu black card nya lagi.
"Aku tidak mau. Aku tidak bisa menerima itu." Tolaknya lagi.
"Nominal yang kamu minta tidak setara dengan organ hati kamu yang berada di tubuh daddy."
"Aku tidak masalah. Aku ikhlas. Bagiku yang penting semua hutang sudah lunas."
Hansel tidak suka akan penolakan yang ia terima. Langsung saja ia menaruh kartu itu di atas telapak tangan Selina. Lalu, ia berdiri merapikan pakaiannya.
"Pulanglah, saya antar ke depan. Ada sopir yang akan mengantar kamu ke Apartemen."
"Tidak perlu. Ak—"
"Diam!" Hansel meninggikan suaranya sedikit lebih tegas menandakan ia tidak suka akan penolakan yang selalu Selina berikan padanya.
Besok sepertinya aku harus donor jantung juga, bisa tidak ya? Lelah rasanya hidup di dunia ini, gimana hidup berdua sama dia nanti. Kena serangan jantung mungkin. Batin Selina kesal dengan sikap Hansel.
☘️🌹☘️
"Uhm—, shh—, ja-ngan—aku mohon…"
Plak!
"Terima saja sayang, malam ini akan menjadi malam indah kita."
"Ahh—, jangan…" Lirih seorang wanita yang tengah di cumbu oleh pria yang tidak dikenalnya. "Jangan disitu—, jangan aku mohon…, lepaskan aku!" Wanita itu meronta agar dilepaskan.
Namun, nihil. Karena tenaga wanita itu tidak sebanding dengan pria yang sekarang sudah berada di atasnya hendak memasukkan sesuatu yang sangat keras ke dalam sebuah kehormatannya yang selama ini dijaga.
"Uhm—, sakitt…, ahh—, ibu tolong aku…" Lirihnya di sela desahannya meminta pertolongan.
"Kamu suka ini sayang?"
Plak!
"Ahh—, ibu!" Ringisnya sakit ditambah bulir bening yang mulai keluar dari sudut matanya.
Bersambung.
Halo!!
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan yaa🤗
Semangat puasanya kalian semua ✨
Love💕
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romansa"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...