☘️Bab 57 - Pemaksaan

1.9K 100 0
                                    

Selina sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Karena kondisinya yang sempat menurun jadi Selina dipulangkan lebih lambat dibandingkan dengan Ryann yang sudah diperbolehkan pulang beberapa hari yang lalu.

Sebenarnya Selina sedikit risih dengan keberadaan Hansel di ruangan rawatnya yang ikut membantu membereskan semua pakaiannya. Ditambah juga dengan Hansel yang akan mengantar Selina pulang.

"Tuan, lebih baik tuan pergi saja. Saya bisa sendiri. Pekerjaan anda lebih penting daripada saya." Selina berusaha membujuk Hansel.

Hansel menghentikan aktivitasnya. Ia pergi begitu saja keluar dari ruangan. Selina menghela nafasnya lega rasanya. Dirinya bisa bergerak leluasa sekarang.

Semuanya sudah selesai dibereskan. Selina mengangkat tas miliknya yang berisikan bajunya.

"Duh! Ternyata berat juga ya. Kenapa sekarang jadi terasa tambah berat? Padahal sebelumnya biasa saja." Gumamnya merasa aneh.

Selina pun mau tidak mau memaksa diri untuk membawa tas pakaiannya itu sendiri. Ia keluar dari ruangan rawatnya itu.

"Jangan keras kepala kalau tidak kuat!" Ketusnya Hansel seraya mengambil alih tas pakaian milik Selina dan berlalu begitu saja. Jalan lebih dulu meninggalkan Selina.

"Kenapa dia masih ada disini ya tuhan…" Keluh Selina yang kembali merasa stress rasanya kalau berada di sekitar Hansel. Seakan hidupnya tidak bebas dan tidak leluasa. Mau tidak mau Selina harus mengikuti Hansel.

Hansel membukakan pintu mobil untuk Selina. "Masuk."

"Tapi, saya bisa pulang sendiri." Ucapnya.

"Jangan sampai saya mengulanginya."

"Pemaksaan banget…" Lirih Selina mencibir Hansel seraya masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Hansel yang masuk ke mobil di sisi sebelahnya.

Selama mobil berjalan Selina tidak ditanya alamat rumahnya. Ia menjadi khawatir Hansel membawanya ke tempat yang salah.

Mobil pun akhirnya memasuki sebuah pintu masuk sebuah Apartemen mewah. Hansel memarkirkan mobilnya di basement.

"Maaf tuan, ini kita ada di Apartemen siapa ya?"

Hansel diam saja. Ia langsung turun dan membukakan pintu untuk Selina. Hansel membawa barang-barang Selina sebelumnya dan berjalan begitu saja meninggalkan Selina lagi.

"Demen banget ninggalin anak orang ya…" gumamnya kesal karena Hansel main jalan begitu saja.

Selina mengikuti Hansel memasuki lift yang membawanya naik ke lantai dua puluh tiga. Hansel keluar dari lift, Selina mengikut saja. Sampai akhirnya mereka berhenti di salah satu unit Apartemen yang ternyata di satu lantainya hanya ada beberapa unit saja. Tidak banyak berjejer pintu seperti biasanya.

Hansel membuka pintu itu dan menaruh barang-barang Selina di kamar utama.

"Dimana dia?" Hansel melihat kebelakang, kekanan dan ke kiri. Tidak ada Selina disekitarnya.

Hansel pun keluar dari kamar dan melihat ke depan pintu. "Tidak mau masuk?" Hansel menatap Selina aneh.

"Ini tempat siapa, tuan?" Selina belum beranjak dari tempatnya.

"Masuk, Selina." Tegas Hansel.

Mau tidak mau Selina harus mengalah. Menuruti setiap perintah Hansel lagi untuk masuk ke dalam. Ia terpukau dengan isi dari Apartemen itu yang terbilang sangat mewah.

"Tempat ini akan menjadi tempat tinggal kamu sementara sebelum kita menikah." Jelasnya.

"Tapi, tuan saya juga punya rumah sendiri. Ada ayah yang ha—"

"Ayah kamu saja tidak memperdulikan diri kamu, kan? Membiarkan anaknya melakukan donor hati. Sementara dia santai berjudi untuk mengumpulkan hutang."

Selina terdiam mendengar perkataan Hansel yang memang benar adanya. Mungkin tidak ada salahnya Selina mengikuti perkataan Hansel kali ini.

Anggaplah latihan menjadi orang kaya sebelum menjadi istri dari orang kaya beneran nantinya. Waktunya istirahat Selina setelah sekian tahun mendapatkan masalah dan harus bekerja hanya untuk membayar hutang milik ayahnya.

Bersambung.

Hai,hai! 👋

Terima kasih yang sudah baca karya ku💛

Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜

Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍

See u on the next episode 👋

The Four Heirs of ArthajayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang