"Kita sebenarnya menunggu siapa kak?" Azel menaruh kepalanya di atas meja dengan tumpuan tangannya.
"Mana aku tahu." Argen mengangkat bahunya.
Azel menghela nafasnya karena sudah menunggu setengah jam. Tapi, tidak ada yang datang dan duduk bersama mereka. Setidaknya orang itu tahu bagaimana penampilan dari Argen yang akan ditemuinya.
Akhirnya, Argen menelepon Ryann untuk bertanya kembali mengenai pertemuan yang disuruhnya.
📞
"Dad."
"Hm."
"Kenapa orangnya tidak datang juga ya? Sudah setengah jam aku menunggu, dad."
"Bodoh! Pertemuannya itu saat makan malam."
"Hah? Daddy bilang tadi jam dua siang."
"Tidak mungkin. Cepat kembali ke kantor! Dengar baik-baik lain kali!"
📞
Panggilan pun langsung dimatikan sepihak oleh ayahnya sendiri. Argen menatap ponselnya dengan perasaan kesal. Karena bisa-bisanya Ryann menyalahkan dirinya.
Dengan jelas Argen mendengar Ryann memintanya untuk datang menggantikan Hansel pukul dua siang di restoran mall Permata Indah bersama Helena.
"Ayo, kita kembali saja." Argen berdiri dan berjalan meninggalkan Azel yang masih menatapnya heran.
"Kenapa kembali? Tidak jadi, kak?" Azel bertanya-tanya.
"Tanya sajalah kepada daddy mu itu yang tidak jelas."
"Kenapa jadi salahkan daddy?" Azel mengerutkan keningnya.
"Sudahlah aku lelah jadi anaknya Daddy ter tidak jelas sedunia." Keluhnya seraya membuka pintu mobil.
"Ih lebay!" Ejek Azel seraya ikut masuk ke dalam mobil.
"Terserah, Argen juga manusia."
Argen pun menancapkan gasnya melaju meninggalkan parkiran mall. Azel menggelengkan kepalanya. Memang kakaknya yang satu ini sangat berbeda.
"Lagipula tidak ada yang bilang Kak Argen itu robot."
"Ada."
"Siapa?"
"Daddy lah siapa lagi…, manusia kulkas pertama yang menghasilkan kulkas kedua dan ketiga."
"Ya ampun…, jadi manusia kiperbola banget."
"Hiperbola, bodoh!" Tegas Argen merasa kesal dan greget sendiri dengan adiknya. "Azel, cukup ya. Jangan bersuara lagi. Aku lelah." Peringatannya.
Azel pun meragakan tangannya seperti mengunci mulutnya. Lalu membuangnya begitu saja entah kemana.
☘️🌹☘️
Di sebuah restoran mewah. Pada salah satu meja yang berisikan empat orang dimana sedang berdiskusi akan kolaborasi bisnis yang sedang mereka rencanakan. Mereka bersalaman untuk mengakhiri pertemuan kali ini.
Hansel bersama Ryann menyudahi pertemuan hari ini. Mereka kembali menuju kantor cabang Arthajaya Group di Singapura. Memeriksa kembali data yang kurang untuk melakukan pertemuan lagi dengan klien selanjutnya.
"Kamu rindu dengan mommy mu tidak?" Tanya Ryann di sela-sela foku dengan layar laptopnya.
Hansel tidak menjawab. Ia tetap fokus dengan laptop dan beberapa laporan di mejanya. Ryann menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Roman d'amour"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...