Dalam mobil Azel sambil ngemil makanan ringan yang ia beli di minimarket yang ada di sepanjang jalan. Perjalanan mereka sangat jauh.
Kemungkinan mereka tidak akan pulang ke rumah hari ini. Mereka akan pulang setelah urusan mereka selesai. Sesampainya mobil di bandara internasional Soekarno-Hatta. Mereka turun dan langsung mengikuti sekretaris sang kakak.
Hansel mengajaknya menemui seseorang yang termasuk penting dalam keluarganya. Tapi, tidak di Indonesia. Setelah Hansel mencoba cari tahu lebih dalam lagi. Dengan segala orang suruhannya dalam waktu cepat harus membuahkan hasil.
Dimana hasilnya itu membawa mereka ke negara tirai bambu. Setelah kurang lebih delapan jam penerbangan mereka pun sampai di negara tirai bambu itu. Tepatnya mereka sampai pada tengah malam.
Mereka dijemput dengan mobil yang sudah diatur oleh sekretaris kakaknya. Sekretaris Hansel tidak ikut dengan mereka. Karena akan menggantikan Hansel sementara di perusahaan selama Hansel pergi. Mereka berdua pun menuju hotel tempat mereka menginap.
Malam ini mereka gunakan untuk istirahat dan akan menemui orang yang dituju pada esok hari.
☘️🌹☘️
Cahaya matahari menembus sela jendela yang besar. Dengan remote control gorden yang menutupi jendela besar itu terbuka. Hansel membangunkan adiknya yang tidur di kamar sebelah. Tetapi, masih dalam satu unit kamar hotel yang sama.
Hansel tersenyum kecil melihat Azel yang tertidur hanya menyisakan rambut ujung kepalanya saja. Sisanya tertutup oleh selimut tebalnya.
Ia menepuk kepala Azel. Namun, belum ada tanda pergerakan dari Azel. Hansel mengusap pelan kepala Azel dengan sesekali menepuknya lagi.
Dibukanya selimut Azel sampai perut. Hansel menggendongnya dibawa ke kamar mandi. Yang digendong tetap saja pulas dalam tidurnya.
Sampai Hansel memasukkan Azel ke dalam bathtub seraya mengisikan air hangat ke dalamnya. Barulah sang empu tersadar dengan memberikan sedikit gerakan yang risih karena bagian bawah tubuhnya yang basah terkena air.
"Kakak…" Azel menatap Hansel kesal.
"Lima belas menit. Aku tunggu di meja makan." Ucapnya sebelum meninggalkan Azel dengan wajah cemberut.
"Sirna sudah mimpiku menikah dengan Kak Allen." Gumamnya kecewa.
Selesai mandi dan bersiap-siap. Azel menghampiri sang kakak yang telah siap di meja makan untuk sarapan bersama. Meskipun Azel telat sepuluh menit.
"Kita akan bertemu siapa kak?" Azel penasaran. Karena Hansel hanya memintanya ikut saja. Tapi, belum memberitahu apapun.
"Kamu akan tahu nanti."
"Jangan main rahasia-rahasia kak!"
"Kamu bodoh? Apa yang aku rahasiakan? Kita disini untuk mencari tahu." Tegas Hansel heran dengan adiknya.
Hansel sendiri pun memang belum tahu. Hanya mengetahui riwayat penerbangan Ryann sebelumnya saja, serta hal lainnya yang dilacak oleh orang suruhannya.
Sedangkan, Azel hanya ber-oh ria. Setelah mengetahui Hansel juga belum tahu. Ia pun kembali terdiam dan melanjutkan sarapannya tanpa banyak bicara.
Dengan waktu yang sudah diatur untuk bertemu dengan seseorang. Akhirnya, mereka dapat bertemu dengan Dokter Harry. Dokter yang selalu menangani Ryann dan juga Anna untuk melakukan Check-Up setiap setahun sekali.
Sebenarnya Dokter Harry sedikit terkejut dengan kedatangan Hansel dan juga Azel. Yang dipikirnya tidak ada kepentingan apapun dengan mereka berdua.
Tetapi, sepersekian detik kemudian ia teringat dengan Ryann yang pernah datang belum lama sebelum Hansel dan Azel. Yang dimana sudah pasti kedua anak ini akan mengacu ke arah kedatangan Ryann beberapa waktu lalu.
Mereka bertiga sudah duduk di ruang dokter Harry. Dengan wajah tegas dan tatapan tajam Hansel membuat Dokter Harry merasa terintimidasi.
"Dokter sudah tahu maksud kedatangan kami, bukan?" Hansel menatap lekat Dokter Harry yang tampak tegang.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...