Hansel mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ayahnya Selina, Pak Azis. Pak Azis menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan aneh. Lalu, membalas uluran tangan Hansel.
"Siapa?" Tanya Pak Azis dengan sikap yang kurang sopan.
"Saya Hansel Arsetya Arthajaya, tujuan saya menemui bapak untuk menikahi anak bapak, Selina Widya Chandra." Ucap Hansel langsung to the point.
"Punya uang berapa untuk menikah dengan anak saya?" Tantangnya.
"Lebih dari cukup untuk menghidupi istri, anak serta cucu mungkin cicit saya nanti." Jelas Hansel.
"Gila! Orang kaya kayaknya nih zis…" Sahut temannya Pak Azis menimpali.
"Sebentar dulu, biasanya orang cuma bisa berkata-kata saja. Tapi, tidak bisa menunjukkan buktinya." Ucap Pak Azis pada temannya.
"Anda butuh bukti?" Tantang Balik Ryann kepada Pak Azis yang sedari tadi juga ikut menahan marah serta menahan untuk tidak ikut campur dalam urusan anaknya.
"Oh iya, tentu saja saya butuh bukti!" Balas Pak Azis dengan suara tinggi seakan merasa dilawan oleh Ryann.
"Bukti apa yang anda inginkan agar anak saya bisa menikahi anak anda?! Sedangkan anda hanya seorang ayah yang membiarkan anaknya menjual organnya kepada orang lain agar bisa membayar hutang milik ayahnya sendiri! Ayah macam apa anda ini! Manusia tidak ada gunanya! Bisanya meludah saja." Ryann sarkas membentak Pak Azis dengan lantangnya berbicara di hadapan mereka semua.
Hansel menyentuh bahu Ryann agar bisa tenang. Ia tahu ayahnya pasti terbawa emosi. Maka dari itu, ia mencoba untuk menahan emosinya.
Agar tidak berlama-lama lagi karena bau dari ruangan itu yang sangat tidak sedap. Sungguh rasanya Hansel mual berada di rumah ini.
Hansel mengeluarkan dompet miliknya. Mengambil beberapa lembar uang warna merah. Ia menaruhnya di atas meja yang ada di dekat sana.
"Sepuluh juta tunai. Masih kurang? Ini kartu nama sekretaris saya, hubungi saja. Sebut nominalnya, sisanya akan dikirim lagi." Ucap Hansel dengan tegas. "Satu lagi, saya mohon izin untuk menikahi putri anda, Selina Widya Chandra." Hansel mempertegas tujuan awalnya lagi agar lebih jelas.
"Saya permisi." Hansel pamit dengan merangkul ayahnya yang dilihatnya masih menahan amarah.
Sedangkan, Pak Azis dengan yang lainnya terdiam seakan terhipnotis dengan suara Ryann yang tegas. Entah terhipnotis akan sadar dengan setiap perkataan Ryann atau karena suaranya yang memenuhi seisi ruangan.
Mereka semua keluar lagi. Masuk ke dalam mobil.
"Untung saja calon istrimu itu tidak memiliki sifat yang kurang ajar seperti ayahnya. Kalau iya, daddy tidak akan merestui hubungan kalian sampai kapanpun." Ucap Ryann yang masih emosi.
"Sudah, sayang…" Anna yang mencoba meredakan emosi suaminya. "Memangnya di dalam kalian ngapain saja?" Tanya Anna karena dia memang sangat penasaran. Secara mereka cepat sekali. Biasanya pertemuan dengan orang tua calon mantu pasti lama.
"Di rumah aku ceritakan. Sekarang kita pulang dulu saja. Rasanya aku mau mandi agar kepalaku dingin."
"Ya sudah, Hansel ayo."
Hansel pun segera bersiap-siap mengemudikan mobilnya. Mobil mereka melesat pergi dari rumah itu. Didampingi dengan mobil yang menyusul untuk menemani mereka.
Bersambung.
Hai,hai! 👋
Terima kasih yang sudah baca karya ku💛
Semoga kalian terhibur dan tetap bahagia yaa💜
Jaga kesehatan dan terus semangat oke!💞
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 👍
See u on the next episode 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Heirs of Arthajaya
Romance"Kak Hansel saja yang jadi pewaris Arthajaya. Kakak pilihan tepat dari segala faktor." - Argen Arsetya Arthajaya "Kak Hansel jadi pewaris tunggal saja. Aku skip, kapan-kapan saja lagi mau jadi tukang roti." - Arazella Ansalma Arthajaya "Sorry, tidak...