❄️Chapter XC : Night At Hidden Forest❄️

62 11 0
                                    

NÏGHT ÃT HÏDDËN FØRËST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NÏGHT ÃT HÏDDËN FØRËST

~Selamat Membaca~
🧚‍♀


Perisai perlindungan telah selesai dibuat. Ada sekitar dua puluah orang peri ikut berpartisipasi dalam pembuatannya.

Dan perisai itu benar-benar melindungi tempat para peri akademi bersembunyi. Bahkan luas jangkauannya hampir mencapai 1/3 hutan.

Berkat perisai perlindungan itu, semua peri menjadi tak kasat mata. Tak ada satupun makhluk di luar perisai dapat melihat mereka, bahkan Raja Dethour dan anak buahnya.

Selain itu, para Profesor juga telah melapisi perisai itu dengan sensor penghilang bau. Jadi, tidak ada satupun yang akan bisa mengetahui aroma tubuh ataupun aktivitas mereka.

Dan kerennya, perisai mereka juga telah dilengkapi secara khusus oleh Professor Arien menggunakan sensor pendeteksi makluk hidup yang bergerak mendekati tempat persembunyian mereka dalam radius 500 meter.

Secara otomatis, Perisai akan mengeluarkan sinyal berupa gelombang cahaya berwarna merah muda selama beberapa saat dan suara siulan khas, yang akan membuat para peri siap siaga.

"Selesai..." ucap Profesor Maii dan berbalik kembali melihat para murid.

"Sekarang apa rencanamu, Profesor?" tanya profesor Arian.

"Kita akan mempersiapkan segala keperluan untuk bertahan hidup sebelum matahari terbenam. Aku butuh banyak peri untuk membantuku." Jawab Profesor Maii dan langsung mendapat anggukan setuju dari Profesor Arien dan lainnya.

...

1 jam berlalu...

Semua peri yang terluka dan kritis akibat perang beberapa jam lalu, kini sudah berangsur-angsur membaik dan pulih dengan cepat. Tidak terkecuali Amber.

Akan tetapi, gadis itu masih merasa cemas ketika melihat senior Nadine masih dalam pengobatan oleh senior Ao dan salah satu teman medisnya.

"Bagaimana keadaan senior Nadine?" tanya Amber pada salah seorang peri medis senior, bernama Margareth.

"Keadaannya fisiknya sudah membaik, hanya saja dia masih belum sadarkan diri." Jawab senior Margareth sambil membantu Amber meminum ramuan herbal, persis seperti ramuan yang dia minum dulu, sewaktu di rumah Ashs.

Usai meneguk habis ramuan itu, Amber hanya bisa mengepalkan tangannya sendiri sambil memasang wajah menahan rasa pahit. Dia terpaksa meminumnya karena tiba-tiba teringat wajah galak Ashs waktu itu, ketika dia memaksanya untuk meminum obat yang sama sewaktu Amber pulang dari hutan Treeston.

'Kau pilih rasa pahit atau mati karena keracunan?'

Tiba-tiba saja kalimat horor Ashs itu muncul lagi dalam benaknya, membuat Amber langsung meneguk habis ramuan herbal tadi.

❄The Frosty Queen❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang