❄Chapter XLIII : Don't Ignore My Hand❄

215 41 6
                                    

ĐÖNT ÍGNÖRE MŸ HANĐ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ĐÖNT ÍGNÖRE MŸ HANĐ

~Selamat Membaca~
🧚‍

"Dimana mereka?"

"Mereka sedang dalam perjalan, Yang Mulia."

"Lambat sekali!!"

"Ambilkan aku Pylaktos milikku!"

"Aku ingin mengumpulkan pasukanku. Aku sudah tidak sabar ingin mendengar kabar terbaru dari mereka. Cepat!"

"Baik, yang mulia."

Seorang raja berperawakan tinggi, berbadan besar dan berotot, memiliki rahang dan tatapan mata yang tajam, hidung mancung, dan kulit berwarna pucat pasiㅡterlihat sedang duduk di kursi agungnya dengan pikiran tak karuan.

Sementara itu, keadaan di dalam istananya terlihat remang-remang, hanya ada secercah cahaya di beberapa tempat dan sudut ruangan. Istana itu benar-benar terlihat kelam. Ditambah lagi, udara dingin terus saja menerobos masuk, bagi siapapun yang tidak megenakan pakaian hangat dapat dipastikan dia akan terkena hipotermia. Cepat atau lambat.

Seluruh wilayah tempat istana itu berada, semuanya diselimuti salju. Tak ada satupun penduduk yang berkeliaran di luar rumah. Tidak ada aktivitas ekonomi sekalipun kawasan pasar terbuka lebar. Segala tempat di daerah itu benar-benar sunyi bak kota mati yang telah ditinggalkan penduduknya berabad-abad lamanya. Dan kabar buruk lainnya, wilayah itu selalu gelap. Alias tidak pernah ada yang namanya pagi hari, siang hari, atau sore hari. Karena wilayah itu hanya merasakan malam yang berkepenjangan dan kesunyian abadi.

"Ini Yang Mulia," ucap peri laki-laki paruh baya dengan sayap berwarna hitam dan warna pakaian senada yang menjuntai hingga menyentuh mata kakinya. Peri itu terlihat memberikan sebuah benda aneh. Benda itu memiliki bentuk kepala seperti kepala burung gagak, hanya saja badannya mirip seperti badan burung hantu, sementara sepasang sayapnya mirip seperti sayap kelelawar. Benda itu berukuruan sebebesar gempalan telapak tangan orang dewasa. Dan seluruh permukaan benda itu berwarna pekat.

Tanpa basa-basi, Raja itu meraih benda aneh itu, kemudian menepuknya pelan sebanyak 3 kali. Dan entah bagaimana, mata benda itu terbuka dan memancarkan cahaya berwarna merah menyala. Cahayanya benar-benar mirip seperti warna mata Linzy dan Elsa sewaktu tidak sadarkan diri (kerasukan sesuatu).

"Datanglah!" ucap Raja itu dan menyeringai.

Tak membutuhkan hitungan menit, tiba-tiba saja keadaan dalam istana itu dipenuhi kabut tebal yang melingkar seperti pusaran air. Terdengar suara burung gagak memenuhi pusara itu, ditambah lagi suara-suara teriakan dan tawa aneh yang juga ikut meramaikan suasana.

Beberapa detik kemudian, terlihat satu-persatu bayangan hitam dipenuhi kilatan-kilatan kilat keluar dari pusaran itu dan masing-masing berdiri menghadap ke arah Raja. Raja yang melihat itu tersenyum misterius. Kemudian bangkit dari duduknya dan hendak turun dari takhtanya.

❄The Frosty Queen❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang