[Fantasy, Adventure, Minor Romance (13+), & Mystery || ON GOING-EVERY SABTU]
# Buat kalian yg udh baca sampai chapter 18 keatas, Kalian hebat! #
•• Blurb ••
Semua bermula dari pertemuanku dengannya di hari itu, kala hujan mengguyur seluruh dataran k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading!!! 🧚♀
❄❄❄
ŁUMINØUS
***Φ***
Aku bosan. Hujan masih saja mengguyur hampir sebagian besar kota di London sejak subuh tadi. Ditambah lagi angin juga ikut meramaikan kehadiran hujan dengan bertiup kencang tanpa henti di luar sana.
"Ck, sepertinya liburan ke rumah nenek bisa batal kalau begini keadaannya." Keluhku sambil berpangku tangan menatap bosan ke arah luar jendela kamarku, yang sengaja dibuat agak menjorok keluar dan dibuatkan ruang agar bisa duduk santai sambil melihat ke arah luar jendela.
"Kira-kira En lagi apa ya?" gumamku sambil memikirkan sosok lelaki yang jendela kamarnya berhadapan lurus dengan jendela kamarku. Rumah anak lelaki yang sedang kupikirkan ini berada di seberang jalan rumahku. Hanya perlu beberapa langkah saja untukku bisa sampai kerumahnya.
"Jendela kamarnya ditutup, apa dia belum bangun ya?" pikirku lagi, menebak-nebak kali ini.
"Oh? Atau jangan-jangan dia lagi main game?" tebakku lagi. En atau yang bernama lengkap Endrew Miles itu, adalah tetangga sekaligus teman Sekolah Menengah Pertamaku ketika pindah ke kompleks perumahan ini.
En dan aku sering menghabiskan waktu bersama. Kebanyakan waktu yang kami habiskan bersama hanya untuk sekedar bermain gameplay station di rumah En atau terkadang di rumahku.
Tapi, belakangan ini En jadi lebih sulit untuk ditemui. Entahlah. Aku juga tidak tahu apa alasannya. Tapi untungnya, En masih membalas pesan yang kukirimkan padanya lewat ponselku.
"Amber!"
"Iyaa, Maa!??"
"Cepat turun! Kita akan segera berangkat!"
Aku merasa sedikit kebingungan. Lalu menyahut, "hujannya deras sekali lo, Ma! Yakin kita tetap pergi!?" sahutku dengan nada suara yang dikeraskan agar tidak teredam oleh derasnya deru air hujan di luar sana.
"Iya! Kita akan tetap pergi! Cepetan turun!" jawab Mamaku dengan suara tak kalah keras.
"Okeee Maa!" balasku dan mengakhiri sahut-sahutan itu.
Tak mau membuang-buang waktu, aku segera meraih sepatuku lagi dan memakainya kembali. Dalam hati aku bersorak kegirangan. Karena, rencana berlibur di rumah nenek tidak jadi batal.
Ketika sedang mengikat tali sepatu, aku mendengar knop pintu kamarku diputar dari luar. Dan tidak lama setelahnya, pintu kamarku terbuka dan memperlihatkan Mama yang sedang berdiri di Ambang pintu.