Manusia itu harus kena getahnya dulu baru sadar
Hari ini Navya berangkat bekerja seperti biasa "Semangat, ayo semangat!" Navya menyemangati dirinya yang sedang tidak baik-baik saja itu. Setelah berpamitan dengan ibunya, Navya melanjutkan perjalanan ke kantor dengan motornya. Di jalan pikiran Navya kemana-mana, ia terus berbicara sendiri sebagai bentuk penghiburan. Entah kenapa pagi ini jalanan lebih riuh daripada biasanya, mulai Navya selalu mendapat lampu merah, kemacetan yang lumayan panjang, dan bertemu beberapa pengemudi yang seenaknya. "Ya Allah, dari semalem dapet sesuatu yang kurang baik mulu, curiga besok dapet uang 10M." ucap Navya dalam hati untuk menghibur diri.
Sesampainya di kantor ternyata Navya bertemu dengan rekan dari bagian keuangan yang dulunya satu SMA dengan Navya, namanya Rico. Rico ini adalah kakak kelas Navya dan juga ketua OSIS pada saat itu. Mereka bertemu di dalam lift yang mau tidak mau mereka harus menyapa.
"Pagi kak, tumben baru berangkat." sapa Navya terlebih dahulu karna kak Rico adalah kakak kelasnya.
"Iya Navya, kebetulan tadi jalannya macet." jawab Rico dengan nada agak canggung. "Aduh belum tak jawab sapaan Navya, kalo dijawab sekarang jadi aneh dong suasananya." ucap Rico dalam hatinya
"Yaudah kak saya duluan, udah sampai di lantai kantor saya soalnya. Mari kak."
"Iya Navya, mari."
Navya bergeming sendiri sambil berjalan menuju meja kerjanya "Sombong amat, disapa gak direpon."
Sampainya di ruang kerja, Navya menyapa teman-temannya dan membicarakan tentang kelanjutan dari editing naskah untuk short film perusahaan mereka. Saat Navya membuka handphone, Navya mendapat notif yang agak mengejutkan pada pagi hari yang sudah cukup melelahkan bagi Navya.Setelah apa yang dilakukan Karel, ia tidak minta maaf atau apapun, justru sangat percaya diri mengatakan hal itu pada Navya. Kalau berurusan dengan Karel, Navya memang sulit untuk menolak. Walaupun hatinya sakit tapi Navya tetap membalas chat Karel walaupun hanya dengan kata "terserah".
Navya penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Karel, dan pikiran tersebut menghantui hari Navya hari ini. Rasanya Navya ingin segera pulang untuk mendengar penjelasan Karel, namun satu sisi Navya juga belum siap bertemu Karel karna rasa sakit hatinya.Jam menunjukkan pukul 16.00 waktunya Navya pulang, jantungnya berdegup kencang seperti ingin bertemu gebetan untuk pertama kali, namun sejak pacaran Navya memang selalu deg-degan jika bertemu Karel apalagi saat ada masalah. Dalam perjalanan pulang Navya kembali bertemu Rico teman kantor sekaligus kakak kelas Navya. Kali ini Rico yang menyapa.
"Hai Nav."
"Oh, hai kak."
"Baru pulang ya?"
Pertanyaan aneh. Ucap Navya dalam hati "Ah iya kak, kan kita satu kantor."
"Oh iya, yaudah hati-hati ya." bego banget lo Co, Rico. Rico menjelek-jelekkan dirinya sendiri.Sesampainya di rumah ternyata Karel belum datang dan membuat Navya berpikir "Paling gajadi kaya kemarin, yaudah lah mandi dulu aja." Navya meletakkan tas kerjanya di kasur, lalu meraih handuk dengan tangannya dan mandi. Setelah selesai Navya mendengar handphonenya berdering menunjukkan pesan masuk. Ternyata yang mengirim pesan adalah Karel dan mengatakan bahwa dia sudah sampai di depan rumah sejak 15 menit yang lalu. Melihat isi pesan tersebut, Navya berlalu ke bawah dan menuju gerbang untuk membukakan pintu untuk Karel.
"Kenapa gak langsung masuk aja, mama di rumah kok."
"Gak enak Nav, aku dah lama gak kesini. Takut mama kamu marah."
"Emang mama aku orangnya kaya gitu?"
"Enggak juga sih, tapi papa kamu yang kaya gitu. Hahaa, bercanda Nav."
"Papa masih kerja. Mau disini aja apa masuk?"
"Terserah kamu Nav."
"Yaudah disini aja. Mau ngapain?"
"Enggak, cuma mau ketemu aja. Kangen." ucap Karel sambil mengelus kepala Navya.
"Kangen tapi jalan sama orang lain. Eh aku deng yang orang lain."
"Mulai deh. Yaudah aku minta maaf ya, ini aku bawain ice cream sama roti bakar kesukaan kamu. Biar mood kamu naik."
"Tumben baik."
"Tumben? enggak ya cantik." ucap Karel sambil mencubit hidung Navya "Dimaafin gak nih?"
Navya hanya menjawab "Hmm.."Entah kenapa setiap ada masalah dengan Karel, Navya tidak pernah sanggup mengatakan apa yang sebenernya ia rasakan. Dan hanya dengan melihat wajah Karel, Navya pasti luluh dan memaafkan Karel. Besoknya pasti nyesel dah tu:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice?
Teen FictionNyatanya mau setulus apapun, kalo yang dipengen bukan kita, mau apa lagi? maaf ya ceritanya berantakan banget karena ini baru pertama kali aku nulis:( gak lupa makasih bgt buat semuanya yang udah support😚